Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor 149/PID.SUS/2015/PN.Tembilahan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Alfitra, Modus Operandi pidana khusus diluar KUHP, Jakarta, Penebar SwadayaGrup, 2014.

Chazawi Adami,Pelajaran Hukum Pidana I (Stelsel Pidana, Tindak PidanaTeori-Teori pemidanaan, dan batas berlakunya hukum pidana), Rajawali Pers, Jakarta, 2013.

Djamil, M. Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Jakarta, Sinar Grafika.

Ekaputra, Muhammad, Dasar-dasar Hukum Pidana, Usu Press, Medan, edisi 2, 2013.

Farhana,Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2010.

Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, PT. Refika Aditama,Bandung 2013.

---Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, PT. Refika Aditama, Bandung, 2013.


(2)

Hamzah, Andi, 1999, Bunga Rampai Hukum Pidana dan AcaraPidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999.

Joni, Muhamad dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak (Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.

Makarao, Muhammad Taufik, Weny Bukamo dan Syaiful Azri, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta, 2013.

Mansur, Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan (Antara Norma dan Realita), PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2008.

Marlina, Hukum Penitensier, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011

Mozasa, Chairul Bariah, Aturan-Aturan Hukum Trafficking (Perdagangan Perempuan dan Anak), Medan, USU Press, 2005.

Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan ke-2, 2012.

Ridwan, H.M dan Ediwarman,Asas-asas Kriminologi (Medan, USU Press, 1994)

Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2004.


(3)

---Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,Depok,1994.Sofian, Ahmad, Perlindungan Anak di Indonesia Dilema dan Solusinya, PT.Sofmedia, Jakarta,2012.

Susanto IS, Kriminologi ( Yogyakarta. Genta Publishing, 2011)Syamsuddin, Azis Tindak Pidana Khusus, Jakarta, Sinar Grafika, 2011.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Perda Nomor 6 tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan anak.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Convention on The Right of The Child (Konvensi Hak Anak) Perserikatan Bangsa-Bangsa 1989.


(4)

C. WEBSITE


(5)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

Manusia sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya mempunyai suatu hubungan erat ataupun memiliki keterkaitan dalam kehidupannya. Kehidupan dalam bermasyarakat ada kalanya terjadi suatu benturan kepentingan satu dengan lainnya dan juga terdapat penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma hukum yang dikenal dengan sebutan kejahatan. Kejahatan merupakan masalah sosial yaitu masalah yang timbul ditengah-tengah masyarakat dimana pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat itu sendiri.

Kejahatan di seluruh dunia selalu mengalami perkembangan yang sangat cepat sejalan dengan cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi. Perkembangan mengenai masalah-masalah kejahatan, baik dilihat secara kuantitatif maupun kualitatifnya tetap memerlukan suatu pembahasan dan pengamatan sesuai dengan aktivitas permasalahannya. Tanpa mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan sulit untuk dimengerti alasan kejahatan itu terjadi apalagi untuk menentukan tindakan yang tepat dalam menghadapi pelaku kejahatan.

Usaha telah dilakukan untuk mempelajari dan meneliti sebab-sebab yang mempengaruhi manusia itu melakukan kejahatan.Sifat dan hakikat dari kejahatan yang


(6)

dilakukan sukar sekali untuk menentukan faktor-faktor yang pasti penyebab seseorang melakukan kejahatan66

Faktor-faktor yang penting untuk diperhatikan adalah .

Aliran krimonologi klasik mencoba mencari jawaban tentang sebab musabab seperti faktor ekonomi, biologi dan sebagainya. Aliran kriminologi moodren mengambil sikap yang berlainan. Aliran ini melihat kejahatan dalam konteks mengkonstraksikan kejahatan sosial yang bertalian dengansi penjahat, bukan saja dalam hubungan dengan interaksi proses pembuatan Undang-Undang, bagaimana realitas pelaksanaan Undang-Undang, melainkan juga dengan hubungan dengan realitas pelanggaran terhadap Undang-Undang itu sendiri. Lembaga-lembaga hukum perlu dilihat pengaruhnya didalam realitas kehidupan sosial penjahat itu sendiri, serta juga pandangan masyarakat terhadap kejahatan itu sendiri. Kepustakaan kriminologi terhadap beberapa faktor yang amat sering dhubungkan dengan kejahatan faktor ini perlu kita periksa dengan hati-hati, karena faktor-faktor ini belum sepenuhnya terbukti mempunyai sebab-akibat dengan kejahatan dan lagi pula sebagaimana yang dikatakan ditaas yang diterima sebagai dalam atas kemungkinan untuk dicari kriminologi hannya faktor yang necessarybut not sufficient sebagai sebab kejahatan (faktor-faktor yang selau merupakan sebab dari suatu akibat/kejahatan dengan (faktor-faktor lain).

67

66Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, PT Refika Aditama,

Bandung, 2013, Halaman.40-41. (selanjutnya disebut Maidin Gultom II) :


(7)

1. Teori ekologis (Shaw dan Mckey); kepadatan pendudukdan mobilitas sosial (horizontal dan vertikal) kota dan pedesaan; urbanisasi dan urbanisme; delinguency areas dan perumahan;distribusi menurut umur dan kelamin.

2. Teori konflik kebudayaan (Selli); masalah suku, agama, kelompok minoritas. 3. Teori ekonomi (Bonger); pengaruh kemiskinan dan kemakmuran.

4. Teori differential asscociation (Sutherland); pengaruh media massa.

5. Teori Anomie dan subculture; perbedaan nilai dan norma antara “middle class” dan “lower class”, ketegangan yang timbul karena keterbatasan kesempatan untuk mencapai tujuan.

Mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan, dikenal adanya beberapa teori yang dapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kejahatan. Teori-teori tersebut digolongkan kedalam penggolongan teori-teori kriminologi yang positip dan penggolongan teori-teori yang berkiblat pada mazhab kritis. Penggolongan teori tersebut terdiri dari:

a. Mazhab Antropologi68

Usaha untuk mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis dipelopori oleh ahli-ahli frenologi, seperti Gall (1758-1828) Spurzheim (1776-1832), yang mencoba mencari hubungan antara bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku.Mereka mendasarkan pada pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal.


(8)

Cesare Lombroso (1835-1909) seorang dokter ahli kedokteran kehakiman merupakan tokoh yang penting dalam mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri fisik (biologis) penjahat dalam bukunya L’uomo Delinquente (1876). Pokok-pokok ajaran Lombroso adalah:

1. Menurut Lombroso, penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat

2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu diwariskan dari nenek moyang (borne criminal).

3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain-lain

4. Bakat jahat tersebut tidak diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat dipengaruhi

Lamboroso juga menggolongkan para penjahat dalam beberapa golongan seperti :69

1. Antroplogi Penjahat : Penjahat umumnya dipandang dari segi antroplogi merupakan suatu jenis manusia tersendiri (genus home delinguenes), seperti halnya dengan negro. Mereka dilahiran demikian (ildelinguente nato) mereka tidak mempunyai predis posisi untuk kejahatan, tetapi suatau prodistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merubahnya. Sifat batin sejak lahir dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, suatu tipe penjahat yang dapat dikenal.


(9)

2. Hypothese atavisme : Persoalannya ialah bagaimana caranya menerangkan terjadinya mahkluk yang abnormal itu (penjahat sejak lahir). Lambroso dalam memecahkan soal tersebut, memajukan hypothase yang sangat cerdik, diterima bahwa orang masih sederhana peradapannya sifatnya adalah amoral, kemudian dengan berjalannya waktu dapat memperoleh sifat asusila (moral), maka orang penjahat merupakan suatu gejala atavistis, artinya ia dengan sekonyong-konyong dapat kembali menerima sifat-sifat yang sudah tidak dimiliki nenek moyangnya yang lebih jauh (yang dinamakan pewarisan sifat secara jauh kembali).

3. Hypothese Pathology : Berpendapat bahwa penjahat adalah seseorang penderita epilepsi

4. Type penjahat : ciri-ciri yang dikemukakan oleh Lambroso terlihat pada penjaha, sedemikian sifatnya, sehingga dapat dikatakan tipe penjahat. Para penjahat dipandang dari segi antroplogi mempunyai tanda-tanda tertentu, umpamanya sis tengkoraknya (pencuri) kurang lebih dibandingkan dengan orang lain, dan terdapat kelainan-kelainan pada tengkoraknya. Dalam tengkoraknya terdapat keganjilan yang seakan-akan mengingatkan kepada otak-otak hewan, biar pun tidak dapat ditunjukkan adanya kelainan-kelainan penjahat khusus. Roman mukanya juga laindari pada orang biasa, tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melengkung ke belakang.


(10)

b. Teori Psikologi

Teori ini berpendapat bahwa kejahatan melalui studi proses mental dalam hal ini penyakit kejiwaaan, kehancuran dari pusat ketakutan/kegugupan neurasthenia ketidakmampuan (inadequete) seluruh kemampuan mental. Hal-hal tersebutlah menyebabkan seseorang menjadi penjahat, tokohhnya Sigmund freud, Carl Jung, Alfred Adler, August Aichorn, dan Kurt R.Eissler.

c. Teori Sosiologi

Menurut teori ini bahwa penjahat adalah sebuah hasil dari masyarakat dengan pusat perhatian adalah hubungan antara manusia dan kepada keyataan bahwa penyimpangan secara terus menerus karena dikehendaki dan diterima sebagai dorongan dan kebanyakan perilaku menyimpang adalah bagian dari kebudayaan. Teori menolak bahwa gagasan timbulnya kejahatan dapat dipahami dan analisa dimana penjahat sebagai individu. Kejahatan adalah perwujutan sebuah produk dari belajar tentang prilaku tentang hubungannya dengan masyarakat.

d. Teori ekonomi

Menurut teori ini, sebab-sebab kejahatan didasarkan pada gagasan dari konsep manusia berakal dan dari faktor lain yang berkaitan dengan gagasan dari pilihan ekonomi. Menurut ahli ekonomi, karena individu mempunyai keperluan untuk memuaskan usaha mereka dan ketika dihadapkan pada pilihan, individu menggunakan pilihan yang rasional diantara alternatif akan memuaskan


(11)

kebutuhan mereka, dalam hal ini merupakan kondisi sosial teapi mereka tidak tertarik menerangkan apa sebab atau bentuk pilihan itu.

e. Teori multifaktor

Pendekatan multifaktor menerangkan perilaku penjahat adalah adalah sebuah perpaduan dari kelompok biologis, psikologis dn sosiologis. Para penganut teori ini berusaha mendamaikan (reconcile) perbedaan disiplin dengan tujuan membangun teori integrasi memahami kejahatan. Perintis pendekatan ini adalah Adolple Prins, Frans von Liszt, menurut mereka menggabungkan gagasan dari pilihan dari sebab-sebab dan melakukan upaya merasionalisasikan ketitak sesuaian diantara ketiga kelompok besar menjadi kelompok tunggal70

A. Faktor Internal

.

Faktor-faktor terjadinya Perdagangan Anak dapat dikategorikan kedalam dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor Individual

Setiap individu pada dasarnya telah pernah menjadi korban dari satu atau lebih bentuk kekerasan ataupun eksploitasi, karena manusia pada dasarnya makhluk sosial, makhluk yang selalu berada dalam berbagai interaksi dan relasi dengan individu-individu yang lain dan dibesarkan dalam suatu kelompok atau golongan sosial tertentu dan dengan pola budaya tertentu pula. Setiap orang memiliki kepribadian dan karakteristik tingkah laku

70


(12)

yang berbeda satu sama lainnya. Kepribadian seseorang ini dapat dilihat dari tingkah laku seseorang dalam pergaulannya ditengah masyarakat. Seseorang yang tingkah lakunya baik akan mengakibatkan orang tersebut mendapat penghargaan dari masyarakat. Akan tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tidak baik maka orang itu akan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.

Perdagangan perempuan dan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran, terjerumusnya anak-anak dalam pentas pelacuran bukan merupakan pilihan anak semata, oleh karena anak tidak dalam kapasitas yang kuat untuk memberikan persetujuan untuk menjadikannya sebagai pelacur. Perdagangan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran ini mengalami peningkatan, anak cenderung tidak menggunakan nalarnya dalam mengambil keputusan, mereka lebih menggunakan emosinya sehingga anak-anak ini terjebak dalam lingkaran prostitusi atau pelacuran.

Perdagangan anak dan perempuan terjadi, disamping kurang menggunakan akal pikirannya, karena disebabkan adanya keinginan pada diri perempuan dan anak-anak itu sendiri untuk memperolah atau mendapatkan uang yang cukup besar sehingga mereka kurang hati-hati di dalam menerima tawaran pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi. Keterbatasan kemamampuan yang dimiliki anak yang menjadi korban perdagangan ini, sehingga anak dengan mudah berada dibawah ancamanataupun paksaan, baik dari kerabat terdekatnya untuk dirumuskan kedalam dunia prostitusi maupun pelacuran. Faktor ketidak mampuan menggunakan akal pikir (nalar) dan adanya hasrat atau keinginan untuk memperoleh uang yang banyak sehingga terpengaruh dengan janji-janji yang ditawarkan,


(13)

yang merupakan salah satu pendorong perempuan dan anak dengan mudah menjadi korban perdagangan untuk tujuan prostitusi atau pelacuran71

2. Faktor Ekonomi

.

Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan manusia yang dilatar belakangi kemiskinan dan lapangan pekerjaan yang tidak ada atau tidak memadai dengan besarnya jumlah penduduk. Kemiskinan dan lapangan pekerjaan inilah yang membuat seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu mencari pekerjaan meskipun harus keluar daerah asalnya dengan resiko yang tidak sedikit. Kemiskinan yang begitu berat dan langkanya kesempatan kerja mendorong jutaan penduduk Indonesia untuk melakukan migrasi didalam dan keluar negeri guna menemukan cara agar dapat menghidupui diri mereka sendiri dan keluarga mereka sendiri72

71Maidin Gultom II, op.cit., Halaman.41-42. 72

Farhana, op.cit., Halaman.50 .

Kesenjangan tingkat kesejahteraan antar negara juga menyebabkan perdagangan orang disamping kemiskinan. Negara-negara yang tercatat sebagai penerima para korban perdagangan orang relatif lebih kaya dari indonesia seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Saudi Arabia. Studi dari Wijers dan Lap Chew mengenai perdagangan orang di 41 negara bahwa keinginan uuntuk memperbaiki situasi ekonomi ditambah dengan langkanya peluang ekonomi ditempat asal merupakan salah satu alasan utama mencari pekerjaan diluar negeri. Peneliti Indonesia juga menyatakan bahwa motifasi utama ekonomi bagi kebanyakan pekerja untuk bermigrasi adalah motifasi ekonomi.


(14)

Kemiskinan bukan satu-satunya indikator kerentanan seseorang terhadap perdagangan orang. Penduduk Indonesia masih ada jutaan yang hidup dalam kemiskinan tidak menjadi korban perdagangan orang, akan tetapi ada penduduk yang relatif baik dan tidak hidup dalam kemiskinan malah menjadi korban perdagangan orang. Perdagangan orang ini disebabkan mereka bermigrasi untuk mencari pekerjaan bukan semata karena tidak mempunyai uang, tetapi mereka ingin memperbaiki ekonomi serta menambah kekayaan materil, kenyataan ini didukung oleh media yang menyajikan tontonan yang glamour dan komsumtif, sehingga membentuk gaya hidup yang materialisme dan konsumtif.

Materialis adalah stereotip yang selalu ditujukan kepada mereka yang memiliki sifat menjadikan materi sebagai orientasi atau tujuan hidup.Untuk mendapatkan materi sebagai orientasi atau tujuan hidup. Untuk mendapatkan materi sering menghalalkan segala cara, termasuk mendapatkannya melaluli cara pertukaran nilai jasa dan/atau dirinya. Kalangan orang tua yang tergolong materialistis, cara yang ditempuh adalah menukarkan jasa atau diri anaknya sendiri karena dianggap sebagai bentuk pengabdian dan balas jasa anak kepada orang tua yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan.

Gaya hidup elit dengan budaya konsumtif dewasa ini sudah mewarnai sebagian masyarakat terutama yang bermukim di perkotaan. Golongn masyarakat ini, terutama gadis belia cendurung memksakan diri untuk berkeinginan menikmati kemewahan hidup tanpa perlu perjuangan dalam mencapainya. Cenderung menempuh jalur cepat atau instan menuju kemewahan hidup walaupun tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan ang


(15)

memungkinkan mereka mendapatkan angan-angan itu. Pelaku perdagangan orang, kondisi ini selalu akan menjadi peluang untuk menjaring korban untuk diperdagangkan73

3. Faktor keluarga

.

Keluarga mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan pola tingkah laku anak sekaligus bagi perkembangan anak, karena tidak seorang pun dilahirkan langsung mempunyai sifat yang jahat tetapi keluargalah yang mempunyai sumber pertama yang mempengaruhi perkembangan anak74

Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua membuat anak melarikan diri dari keluarga dan mencari pelampiasan kepada teman-temannya, merupakan faktor yang sangat penting bagi kejiwaan anak tersebut, apabila terjadi perubahan kondisi rumah tangga seperti perceraian, sehingga membuat anak mengalami “broken home”. Faktor lain didalam

. Pembinaan terhadap anak haruslah sebaik mungkin dilakukan dalam keluarga. Akibat kurangnya pemahaman keluarga terhadap anak sehingga anak tersebut mudah terpengaruh pada lingkungan disekelilingnya, tanpa menggunakan nalarnya secara baik akan tetapi emosi yang dimiliki anak itu sangat berpengaruh pada lingkungan disekelilingnya, tanpa menggunakan nalarnya secara baik akan tetapi emosi yang dimiliki anak itu sangat berpengaruh dan dengan mudahnya terikat pada tawaran pekerjaan dengandiimingi gaji yang besar. Ketidaktahuan orang tua dan keluarga tentang hak-hak yang harus dilindungi, sehingga dalam keluarga itu juga sering terjadi pelanggaran terhadap hak-hak anak itu sendiri tentang cara-cara mendidik anak yang baik.

73Ibid ., Halaman. 52-53.

74 Andi Hamzah, 1999, Bunga Rampai Hukum Pidana dan AcaraPidana, GhaliaIndonesia,


(16)

keluarga yang dapat mendorong anak menjadi korban perdagangan untuk prostitusi atau pelacuran adalah penerapan disiplin didalam keluarga itu sendiri.

Kurangnya kedisiplinan dalam keluarga disebabkan oleh :

a. Perbedaan antara orang tua dan anak dalam hal kedisiplinan;

b. Kelemahan moral, fisik dan kecerdasan orang tua yang membuat lemahnya disiplin ;

c. Kurang disiplin karena tidak adanya orang tua;

d. Perbedaan pendapat tentang pengawasan terhadap anak-anaknya; e. Karena penerapan kedisiplinan yang kurang ketat;

f. Orang tua dalam membagi cinta dan kasih sayang terhadap anak kurang merata atau pilih kasih dalam penerapan kedisiplinan didalam rumah tangga. Kepatuhan pada orang tua juga merupakan hal yang sangat penting untuk dicermati. Ketidakpatuhan terhadap orang tua membuat anak ini tidak lagi memperhatikan nasihat ataupun bimbingan dari orangtuanya, sehingga anak ini bertindak dan berperilaku hanya berdasarkan emosionalnya semata. Ketidak patuhan ini yang membuat anak tersebut terjebak dalam lingkaran perdagangan ornag, dan hal ini mungkin tidak pernah diinginkan oleh anak tersebut..

4. Faktor pendidikan

Penyebab terjadinya perdagangan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran adalah faktor pendidikan dari korban ataupun pelaku itu sendiri. Peran pendidikan dari


(17)

korban ataupun pelaku itu sendiri akan sangat berpengaruh menumbuhkan perilaku yang rasional dan menurunkan atau mengurangi bertindak secara irasional.

Seorang anak dalam keluarga belajar memegang peranan sebagai makluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecapan tertentu didalam pengalamannya dengan masyarakat lingkungannya. Pengalaman-pengalaman yang didapatnya dalam keluarga turut pula menentukanr cara-cara bertingkahlaku anak tersebut. Hubungan anak dengan anak yang berlangsung secara tidak wajar atau kurang baik, maka kemungkinan pada umumnya hubungan anak dengan masyarakat disekitarnya akan berlangsung secara tidak wajar pula75

Laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari telah memperoh pembagian peran tugas nilai-nilai serta aturan-aturan yang berbeda. Perempuan karena fungsi reproduksi ditempatkan domestik (rumah tangga), sedangkan laki-laki ditempatkan pada ruang publik. Pembagian peran ternyata berdampak luas serta mempengaruhi pola pengasuhan dan kesempatan bagi anak-anak laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, terutama dipedesaan oarang tua lebih memberikan kesempatan kepada anak laki-laki, karena suatu hari anak laki-laki harus mencari nafkah bagi anak dan istrinya. Anak perempuan dianggap tidak terlalu membutuhkan pendidikan karena kelak akan mengikuti suami. Perempuan dalam keluargan selalu diberika pendidikan rela berkorban untuk keluarga, sehingga banyak perempuan yang bekerja bukan untuk mengaktualisasikan

.

75


(18)

dirinya atau melaksanakan haknya, tetapi sekedar membantu keluarga atau menambah penghasilan keluarga76

Kurangnya pendidikan formal berupa pendidikan agama juga merupakan faktor penyebab meningkatnya perdagangan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran, hal ini mungkin disebabkan keterbatasan pengetahuan tentang keagamaan ataupun kurangnya rasa iman pada diri anak tersebut dalam mengendalikan dirinya, dan lebih memudahkan trafficker untuk merekrut anak-anak itu untuk dijadikan pelacur

.

77

B. Faktor Eksternal

.

1. Faktor lingkungan

Suatuk kejahatan manusia didalam hidupnya akan selalu berdampingan dengaan masyarakat sekitar. Tidak ada manusia yang hidup tidak tergantung dengan atau membutuhkan orang lain. Semua orang untuk memenuhi segalakeperluannya harus selalu membutuhkan orang lain. Seseorang itu didalam masyarakat harus menaati segala peraturan yang hidup didalam masyarakat termasuk juga norma hukum yang berlaku.

Penyebab anak menjadi korban pergangan anak sangat berpengaruh pada keadaan anak itu berada. Anak sebagai korban perdagangan ini tidak hannya berasal dari lingkungan keluarga miskin tetapi juga berasal dari lingkungan keluarga kaya.


(19)

Anak menjadi korban perdagangan ini, karena terpengaruh oleh lingkungan yang bersifat materialisme maupun konsuntif. Anak untuk memenuhi kebutuhannya, maka anak tersebut akan menanggapi bahkan menerima suatu pekerjaan dengan gaji yang tinggi sehingga anak itu akan menerima tanpa memikirkan akibatnya. Anak-anak tersebut pada umumnya tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan cara dari trafficker untuk merekrut korbannya.

Faktor lingkungan atau pergaulan anak tersebut dengan masayarakat sekitarnya dpat menjadi salah satu penyebab terjadinya perdagangan yang korbanya anak-anak. Kejahatan perdagangan ini merupakan gejala sosial yang tidak berdiri sendiri melainkan adanya kondisi atau hubungan dengan berbagai perkembangan kehidupan sosial, ekonomi, hukum maupun adanya teknologi serta perkembanganyang lain akiibat sampingan yang negatif dari setiap kemajuan dan oerubahan sosial masyarakat. Orang tua dalam hal ini harus pengalamannya dalam membina dan membentuk kepribadian anak, sehingga tidak terjerumus dalam lingkungan prostitusi atau pelacuran sebagaiman yang sering terjadi78

2. Faktor perkawinan usia muda

.

Faktor pendorong yang membuat anak perempuan berhenti sekolah adalah adanya kepercayaan bahwa anak perempuan yang sebaiknya menikah pada usia muda. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang operkawinan, memperbolehkan perempuan menikah pada usia 16 (enam belas) tahun atau lebih muda daritu asalkan diijinkan oleh orangtua dan disahkan oleh kantor catatan sipil.

78


(20)

Perkawinan usia muda ini banyak mengundang masalah, karena perkawinan mengandung resiko tinggi, terutama ketika diikuti dengan kehamilan. Secara sosial anak perempuan yang menikah pada usia muda cenderung banyak mengalami kesulitan terutama bila diceraikan oleh suami. Ketika seseorang anak perempuan bercerai, ia kehilangan status haknya sebagai anak, hal ini menghalanginya untuk memasuki sistem pendidikan formal apabila ia menginginkanya. Anak perempuan sejak menikah dianggap sebagai orang dewasa yang mandiri dan tidak lagi menjadi tanggungan orangtuanya. Anak perempuan apabila sudah bercerai dengan suaminya, orang tuanya tidak lagi bertanggung jawab untuk memberinya nafkah atau menanggung hidupnya. Anak perempuan yang telah dikembalikan oleh suaminya cenderung memberanikan diri pergi kekota-kota besar untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik dan untuk bertahan hidup. Anak perempuan yang tidak mempunyai keterampilan atau ijazahyang memungkinkan mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga mereka masuk jaringan perdagangan orang79

3. Faktor ketidakadaan kesetaraan gender

.

Nilai sosial budaya patriarki yang masih kuat ini menempatkan laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda dan tidak setara, hal ini ditandai dengan adanya pembekuan peran, yaitu sebagai istri, sebagai ibu, pengelolaan rumah tangga, dan pendidikan anak-anak di rumah, serta pencari nafkah tambahan dan jenis pekerjaannya serupa dengan tugas didalam rumah tangga, misalnya menjadi pembantu rumah tangga dan mengasuh anak. Perempuan selain memiliki peran tersebut, perempuan juga mempunyai beban ganda, subordinasi, marjinalisasi, dan kekerasan terhadap


(21)

perempuan, yang kesemuanya itu berawal dari diskriminasi terhadap perempuan yang menyebabkan mereka tidak atau kurang memiliki akses, kesempatan dan kontrol atas pembangunan, serta tidak atau kurang memperoleh manfaat pembangunan yang adil dan setara dengan laki-laki. Faktor sosial budaya disinyalir merupakan penyebab terjadinya kesenjangan gender, antara lain dalam hal berikut :

a. Lemahnya pemberdayaan ekonomi perempuan dibandingkan dengan laki-laki, yang ditandai dengan masih rendahnya peluang perempuan untuk bekerja dan berusaha, serta rendahnya akses sumber daya ekonomi seperti teknologi, informasi, pasar, kredit, dan modal kerja;

b. Ketidaktahuan perempuan dan anak-anak tentang apa yang sebenarnya terjadi di eraglobalisasi;

c. Kurangnya pengetahuan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki;

Perempuan kurang mempunyai hak untuk mengambil keputusan dalam keluarga atau masyarakat dibanding kan laki-laki.

Ketimpangan gender dalam masyarakat cukup tinggi. Studi yang dilakukan Bappenas/Unicef dinyatakan bahwa kemauan politis untuk mengimplementasikan isu-isu yang berkaitan dengan gender nasih sangat lemah. Kasus-kasus kekerasan dalam dalam rumah tangga yang berbagai macam bentuknya merupakan isu yang sangat membutuhkan perhatian serius80.

80


(22)

4. Faktor penegakan hukum

Perangkat hukum di Indonesia masih terlalu lemah dalam memberikan perhatian terhadap masalah perempuan dan anak ini, karena pengaturan yang bersifat global dan tidak spesifik mengatur tentang perdagangan perempuan dan anak ini, sehingga tidak menyentuh segmen perdagangan perempuan dan anak untuk tujuan prostitusi atau pelacuran, dan membawa akibat banyak kasus tidak terselesaikan secara hukum dan adanya ketidak mampuan aparat hukum untuk membongkar dan memutuskan mata rantai perdagangan perempuan dan anak81

Inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup

.

82

. Kaidah-kaidah tersebut menjadi pedoman bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantas atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian, dapat juga dikatakan bahwa penegakan hukum dalam masyarakat berarti membicarakan daya kerja hukum dalam mengatur dan memaksa masyarakat untuk taat kepada hukum.Penegakan hukum tidak terjadi dalam masyarakat karena ketidak serasian antara nilai, kaidah, dan pola perilaku. Permasalahan dalam penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum itu sendiri83

81Maidin Gultom II, op.cit., Halaman. 46.

82Soerjono Soekanto, FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2004, Halaman. 5.


(23)

Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor penegakan Hukum adalah faktor hukumnya sendiri, faktor penegakan hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyrakat, dan faktor kebudayaan

a. Faktor hukumnya sendiri

Sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, tidak ada peraturan perundang-undangan yang dengan tegas mengatur perdagangan orang. Ketentuan hukum positif yang mengatur tentang larangan perdagangan orang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Pasal 297 KUHP. Pasal tersebut tidak menjelaskan dengan jelas defenisi perdagangan orang, sehingga tidak dapat dirumuskan dengan jelas unsur-unsur tindak pidana yang dapat digunakan penegak hukum untuk melakukan penuntutan dan pembuktian danya tindak pidana. Pasal ini dapat dikatakan mengandung diskriminasi terhadap jenis kelamin karena Pasal ini hanya menyebutkan hanya wanita dan anak laki-laki dibawah umur, artinya hanya perempuan dan anak laki-laki yang masih dibawah umur yang mendapat perlindungan hukum.

Interpretasi hukum yang berkembang terhadap Pasal 297 KUHP menyempitkan makna tindak pidana tentang perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak. Definisi tentang perdagangan orang dalam Pasal 297 KUHP tidak jelas, maka terjadi interpretasi hukum yang sempit. Penjelasan KUHP yang disusun R. Sugandhi yang menyatakan bahwa perdagangan wanita dan anak laki-laki dibawah umur hanya sebatas pada eksploitasi pelacuran dan pelacuran paksa. Interpretasi ini adalah interpretasi tidak resmi.


(24)

Asas hukum pidana menentukan bahwa hukum pidana menganut sistem interpretasi negatif yang berarti tidak ada interpretasi lain selain yang ada dalam KUHP itu sendiri. Pasal ini bersifat umum, sehingga tidak mampu mewadahi kasus yang sifatnya lebih spesifik, karena dalam lapangan banyak ditemukan bentu-bentuk kejahatan lebih spesifik tidak mampu dijerat oleh Pasal tersebut.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga terkait dengan perdagangan manusia. Ketentuan hukum dalam Undang-Undang ini menunjukkan kemajuan ketentuan pidana dengan mengikuti perkembangan kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia dalam masyarakat dan tidak ada diskriminasi perlindungan hukum dari tindak pidana terhadap jenis kelamn atau usia, karena perdagangan manusia mencakup semua orang termasuk laki-laki dan anak meliputi anak laki-laki dan anak perempuan. Ketentuan Undang-Undang ini juga memberikan ruang lingkup perlindungan yang lebih luas terhadap segala bentuk tindak pidana yang biasanya merupakan bagian ekploitasi dalam perdagangan orang seperti penyekapan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 83 telah mencantumkan larangan memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau dijual. Undang-Undang ini akan tetapi sama halnya dengan KUHP tidak merinci apa yang dimaksud dengan perdagangan anak dan untuk tujuan apa anak itu dijual. Undang-Undang ini cukup melindungi anak dari ancaman penjualan anak dengan memberikan sansi yang lebih berat dibandingkan dengan KUHP yang ancaannya 0-6 tahun penjara, sedangkan Undang-Undang Perlindungan Anak mengancam pelaku kejahatan perdagangan anak 3-15


(25)

tahun penjara dan denda antara Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta) rupiah sampai Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta) rupiah. Undang-Undang ini sering digunakan sebagai dasar untuk menangkap pelaku perdaganga orang84

b. Faktor penegak hukum

.

Penegakan hukum dalam masyarakat selain dipengaruhi peraturan atau Undang-Undang juga ditentukan oleh para penegak hukum. Peraturan sering tidak tidak terlaksana dengan baik karena ada penegak hukum yang tidak melaksanakan suatu peraturan dengan cara sebagaimana mestinya.

c. Faktor sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas mempengaruhi penegakan hukum. Penegakan hukum tidak mungkin akan berlangsung dengan lancar tanpa adanya saran atau fasilitas. Sarana atau fasilitas antara lain mencakup sumberdaya manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup85

Lemahnya kordinasi antar penegak hukum, polisi tidak mengetahui hasil putusan hakim sehubungan dengan kasus-kasus yang diajukannya kepada kejaksaan dan pengadilan.

.

Perbedaan interpretasi terjadi pada penegak hukum tentang defenisi perdagangan orang sangat berpengaruh pada penuntutan, pembukrian dan penghukuman. Kasus kejahatan perdagangan manusia sering lepas dari penuntutan karena adanya perbedaan interpretasi.

84Ibid., Halaman. 64-65. 85


(26)

Kejaksaan juga tidak mengetahui hasil putusan pengadilan. Keadaan ini sangat menghambat proses monitoring dan evaluasi penegak hukum.

Sistem pendataan dan dokumentasi kasus dan penanganan perdagangan manusia yang tidak memadai, sehingga data tidak terdokumentasi secara lengkap.Ini mengakibatkan adanya anggapan bahwa upaya penanganan kasus perdagangan orang tidak merupakan prioritas.

Ruang pelayanan khusus (RPK) dalam struktur organisasi Polri bagian terdepan Polri dalam menangani perempuan dan korban kekerasan dan eksploitasi. Peranan RPK belum digunakan secara maksimal oleh masyarakat. Masyarakat masih banyak yang belum terdorong mengadu ke RPK bila mengalami ekploitasi ekonomi atau seksual.

d. Faktor masyarakat

Kesadaran masyarakat terhadap hukum belum terbangun dengan baik. Sebagian masyarakat masih mengalami krisis kepercayaan kepada hukum dan aparat penegak hukum. Krisis kepercayaan tersebut sangat berpengaruh terhadap ketaatan terhadap hukum dan jaminan pelaksanaan hak asasi manusia, khususnya dalam hal pencegahan dan penanggulangan tindak kejahatan perdagangan orang terutama perempuan dan anak. Masyarakat memiliki pemahamn tentang tindak pidana perdagagan manusia masih sangat rendah. Masyarakat tidak tahu bahwa mereka sedang melakukan salah satu bentuk kejahatan perdagangan manusia dan masayarakat yang mengetahui adanya kejahatan


(27)

perdagangan manusia tidak melaporkan kepada kepolisian atau telah menjadi korban perdagangan orang86

e. Faktor kebudayaan .

Laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari telah memperoh pembagian peran tugas nilai-nilai serta aturan-aturan yang berbeda. Perempuan karena fungsi reproduksi ditempatkan domestik (rumah tangga), sedangkan laki-laki ditempatkan pada ruang publik.

Pembagian peran ternyata berdampak luas serta mempengaruhi pola pengasuhan dan kesempatan bagi anak-anak laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, terutama dipedesaan orang tua lebih memberikan kesempatan kepada anak laki-laki, karena suatu hari anak laki-laki harus mencari nafkah bagi anak dan istrinya. Anak perempuan dianggap tidak terlalu membutuhkan pendidikan karena kelak akan mengikuti suami. Perempuan dalam keluargan selalu diberikan pendidikan rela berkorban untuk keluarga, sehingga banyak perempuan yang bekerja bukan untuk mengaktualisasikan dirinya atau melaksanakan haknya, tetapi sekedar membantu keluarga atau menambah penghasilan keluarga87.

86Ibid., 66-68. 87


(28)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (STUDI PUTUSAN NOMOR 149/PID.SUS/2015/PN. TEMBILAHAN)

A. Posisi KASUS

Bermula pada hari pada hari Minggu tanggal 19 April 2015 sekira pukul 09.00 WIB Terdakwa minum kopi bersama dengan saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN diwarung milikSdr.PANE di Parit 13 Tembilahan. Pada saat itu Terdakwa berkata kepada saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN "ada nggak orang yang akan membeli anak bang " lalu dijawab oleh saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN "anak siapa" selanjutnya Terdakwa menjawab "Anak saya yang kecil" setelah itu saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN menanyakan lagi " berapa " dan Terdakwa jawab "Rp 5.000.000,-(lima juta rupiah ), lalu saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN menjawab " kalau segitu mana ada orang yang mau, kalau Rp 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) ada yang mau " dan saat itu Terdakwa bilang " Nantilah dulu saya pikir- pikir dulu" selanjutnya Terdakwa langsung pulang ke rumah yang terletak di Jalan SKB RT. 008 RW.002 Kel, Sungai Beringin Kec. Tembilahan.

Senin tanggal 20 April 2015 sekira pukul 16.00 WIB Terdakwa bertemu lagi dengan saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN di warung Sdr. PANE di Parit 13 Tembilahan, pada saat itu saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN menanyakan lagi masalah perundingan jual beli anak tersebut, tetapi pada saat itu Terdakwa belum memberikan kepastian kepada saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN. Kemudian pada hari Senin tanggal 20 April 2015 sekira pukul 21.00


(29)

WIB saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN datang kerumah Terdakwa untuk menanyakan kepada Terdakwa " bagai mana WAN runding kita ", lalu dijawab oleh Terdakwa " iyalah bang jadi ", pada saat itu saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN melihat seorang anak perempuan lalu saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN bertanya kepada Terdakwa "yang ini ya anaknya " lalu dijawab oleh Terdakwa " Iya.

Kemudian pada hari Selasa tanggal 21 April 2015 sekira pukul 19.00 WIB Terdakwa pergi ke rumah saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN yang berada di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW. 009 Kelurahan Tembilahan Hilir untuk mengantar Kartu Keluarga (KK) sebagai bukti bahwa benar anak yang akan Terdakwa jual kepada saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN tersebut adalah anak kandung Terdakwa sendiri yang bernama AYU WULANDARI, setelah itu Terdakwa langsung pulang ke rumahnya.

Pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekira pukul 07.00 WIB Terdakwa pergi membawa anaknya yang bernama AYU WULANDARI ke rumah saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN, sesampai Terdakwa di rumah tersebut kemudian Terdakwa meninggalkan anaknya di rumah saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN, kemudian Terdakwa pergi bersama dengan saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN untuk minum kopi di warung Sdr. PANE di Parit 13 Tembilahan, kemudian saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN pergi bersama dengan saksi IWAN Als GANDUT untuk membuat surat perjanjian masalah jual beli anak, sedangkan Terdakwa menunggu di warung kopi tersebut, kemudian sekira pukul 09.30 Wib saksi JAMRI Als IJAM MISRAN datang untuk mengajak Terdakwa ke jalan Swarna Bumi Tembilahan menuju depan Kantor Bupati, dan ditempat tersebut Terdakwa disuruh untuk menanda tangani surat perjanjian


(30)

jual beli anak tersebut, setelah Terdakwa menanda tangani surat perjanjian tersebut kemudian saksi JAMRI Als IJAM Bin MISRAN memberikan uang kepada Terdakwa sebesar Rp 3.200.000,- ( tiga juta dua ratus ribu rupiah ) sambil berkata " Ini sisa uangnya sebesar Rp. 300.000,- ( tiga ratus ribu rupiah ) untuk ongkos membuat surat, setelah uang penjualan anak tersebut di terima oleh Terdakwa kemudian Terdakwa langsung pergi untuk mencari ojek, setelah ojek di dapat oleh Terdakwa kemudian Terdakwa pergi ke pasar untuk membeli duku (langsat ) dan baju untuk anaknya AYU WULANDARI, kemudian Terdakwa pulang kerumahnya sambil meletakkan duku (langsat) dan baju, pada saat itu Terdakwa memberikan uang hasil penjualan anaknya kepada saksi NURSIAH Binti SAPARIN (istri Terdakwa) sebesar Rp 1.000.000,- ( satu juta rupiah ), pada saat itu saksi NURSIAH Binti SAPARIN bertanya kepada Terdakwa dengan mengatakan " mana anak " saat itu Terdakwa tidak menjawab, selanjutnya Terdakwa langsung pergi ke pasar menuju ke Wisma 99 sesampai disana Terdakwa menginap selama 2 ( dua ) malam dengan sewa kamar sebesar Rp. 200.000,- ( dua ratus ribu rupiah) uang hasil penjualan anak Terdakwa juga di pergunakan untuk membayar utang kepada Mbak LO di Pekan Arba sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), membayar hutang kepada Mbah SUM di Parit 11 Tembilahan sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah ) dan uang sisa penjualan anaknya tersebut

sebesar Rp 1.045.000,-( satu juta empat puluh lima ribu rupiah ).

Pada hari Jumattanggal 24 April 2015 sekira pukul 16.30 WIB Terdakwa pulang kerumahnyasambil membawa sisa uang hasil penjualan anaknya, sesampai di rumah telah datang Ketua RT yaitu saksi MUHKTAR EFENDI Bin AHMAD beserta beberapa warga


(31)

masyarakat untuk menanyakan masalah penjualan anak yang Terdakwa lakukan tersebut dan tidak lama kemudian Terdakwa ditangkap Polisi dan dibawa ke Polsek Tembilahan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa MISWANTO AIs IWAN Bin TUKIRAN terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan atau perdagangan anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 76 F UU RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 83 UU RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa MISWANTO Als IWAN Bin TUKIRAN dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama Terdakwa, ditahan dan menghukum Terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan kurungan dengan perintah Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

c. Menyatakan barang bukti berupa:

1. uang sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah)


(32)

3. 1 (satu) lembar surat perjanjian tertanggal 22 April 2015 yang dibuat dengan kertas bermatrai 6000,-yang ditanda tangani oleh MISWANTO dan DEDIAFRIZAL;

d. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah)

B. Fakta Hukum

Fakta-fakta yang terungkap di depan persidangan secara berturut-turut berupa keterangan saksi, surat, petunjuk, keterangan terdakwa dan adanya barang bukti adalah :

1. Keterangan Saksi

a. Saksi NURSIAH Binti SAPARIN, atas persetujuan Terdakwa, Saksi memberikan keterangan dibawah sumpah sebagai berikut ;

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa karena saksi adalah istri Terdakwa;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar ;

3. Bahwa anak kandung saksi yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO telah dijual oleh Terdakwa kepada JAMRI Alias IJAM Bin MISRAN;

4. Bahwa anak saksi AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan ;


(33)

5. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah Terdakwa sendiri yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW.009 Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

6. Bahwa kejadian tersebut berawal pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah saksi yang terletak di jalan SKB RT.01, RW.06, Kelurahan Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, terdakwa menyuruh saksi untuk memandikan anak saksi yang bernama Ayu Wulandari Binti Miswanto untuk dibawanya ke Bank dikarenakan akan menerima bantuan dana dari kantor Nasabah dan untuk itu harus membawa anak sebagai saksi untuk mendapatkan bantuan dana dari kantor Nasabah dan saksi pun menyetujuinya, kemudian sekira pukul 09.00 Wib Terdakwa pergi dari rumah bersama dengan Ayu Wulandari Binti Miswanto dan setelah di tunggu-tunggu oleh saksi sore harinya ternyata Terdakwa dan anak saksi juga tidak pulang dan sekitar pukul 13.30 Wib, temannya Terdakwa yaitu sdr. AYI Bin BAKHTIAR datang kerumah saksi dan mengatakan, “Nur, suami mu bilang si AYU hilang, Yok kita ke rumahku suami mu ada disana“, kemudian saksi pergi ke rumah sdr. AYI Bin BAKHTIAR, kemudian saksi bertanya kepada Terdakwa, “mana anak pak ?“, dan Terdakwa menjawab, “anak


(34)

hilang“, sambil mengangis, kemudian saksi tanya lagi, “dimana hilangnya ?“, dan Terdakwa jawab, “dipasar rakyat waktu mau beli baju lagi milih–milih anak itu tidak ada lagi” ;

7. Bahwa mendengar hal tersebut saksi kaget dan menangis dan setelah itu saksi bersama dengan sdri. RUKIAH dan Terdakwa langsung mencari ke pasar dengan ditemani oleh sdr. AYI Bin BAKHTIAR, Sesampainya di pasar, saksi bersama dengan sdri. RUKIAH dan sdr. AYI Bin BAKHTIAR mencari ke warung-warung yang ada di Pasar Rakyat sedang Terdakwa mencarinya sendiri namun hingga sampai jam 16.00 Wib, anak saksi yang bernama Ayu Wulandari Binti Miswanto tersebut tidak ditemukan juga dan Terdakwa juga menghilang entah kemana, Tidak ada satu orangpun yang ada di pasar tersebut yang melihat keberadaan Ayu Wulandari Binti Miswanto dan setelah semua di telusuri dan Ayu Wulandari Binti Miswanto juga tidak ditemukan, kemudian sdr. AYI Bin BAKHTIAR menyarankan kepada saksi untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib dan kemudian saksi melaporkan kejadian ini kepihak yang berwajib yaitu Polres Inhil dan Polsek KSKP untuk menanyakan apakah ada Terdakwa telah melapor kehiangan anak kami.

Polisi disana menjawab tidak ada laporan mengenai anak hilang dan kemudian saksi serta sdr. AYI Bin BAKHTIAR pulang kerumah masing–masing dan saksi juga


(35)

memberitahukan kepada Ketua RT. yaitu sdr. MUKHTAR EFENDI tentang kehilangan anaknya tersebut dan semua warga yang ada di lingkungan RT tersebut ikut juga mencari keberadaan Ayu Wulandari Binti Miswanto;

8. Bahwa kemudian Terdakwa kemudian pulang ke rumah sambil menangis dan kemudian Terdakwa memberikan saksi uang sebesar Rp1.000.000,- ( satu juta rupiah) sambil mengatakan “ ini uang untuk bayar kredit Honda Rp. 600.000 ( enam ratus ribu rupiah ) dan Rp. 400.000 (empat ratus ribu rupiah) untuk bayar kredit speaker, selanjutnya Terdakwa langsung pergi lagi dengan mengatakan kepada saksi ingin mencari anak itu lagi hingga akhirnya Terdakwa tidak pulang ke rumah selama beberapa hari;

9. Bahwa saksi mengetahui bahwa Ayu Wulandari Binti Miswanto telah dijual oleh Terdakwa yang merupakan suami saksi yaitu pada hari Jumat tanggal 24 April 2015, sekitar pukul 13.00 Wib, dimana saat itu adik kandung saksi yaitu sdri. RUKIAH mengatakan kepada saksi bahwa Terdakwa mengirim SMS yang mengatakan bahwa anak tersebut telah di adopsi, suratnya ada di bawah tikar, uangnya sudah diterima. Kemudian sdri. Rukiah langsung pergi ke rumah Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran namun Ayu Wulandari Binti Miswanto tersebut tidak berada disana, dan sekitar pukul 16.00 Wib, Terdakwa menelpon dan mengatakan kepada saksi, “Dek, anak itu udah aku adopsi sama keponakan Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran disimpang Gaung, uangnya udah ku terima;


(36)

10.Bahwa saksi kemudian menyuruh Terdakwa untuk cepat pulang dan kemudian Terdakwa menyuruh saksi untuk menjemputnya di Parit 13, kemudian saksi pergi menjemput Terdakwa bersama dengan sdr. AYI Bin BAKHTIAR di Parit 13, dan kemudian Terdakwa bercerita bahwa anak tersebut sudah di adopsi harga pertamanya Rp. 6.000.000 ( enam juta rupiah);

11.Bahwa sebelum kejadian Terdakwa tidak pernah membicarakan tentang akan menyerahkan atau menjual Ayu Wulandari Binti Miswanto kepada orang lain untuk diadopsi;

12.Bahwa pada hari Selasa tanggal 21 April 2015, sekitar pukul 16.00 Wib, saat di rumah Terdakwa mengatakan bahwa ia dapat bantuan uang dari kantor Nasabah, kemudian Terdakwa pergi keluar rumah dengan mengatakan kepada saksi, “saya pergi dulu dengan Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran mau ngurus surat–surat uang bantuan itu “, dan sekitar 1 (satu) jam kemudian Terdakwa pulang ke rumah dan mengatakan kepada saksi, “malam ini orang yang ngurus bantuan itu mau datang ke rumah”, kemudian sekitar pukul 21.00 Wib, datanglah Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran ke rumah dan sambil menghampiri saksi di kamar mengatakan kepada saksi, “anak ini anak siapa?“, sambil menunjuk ke arah Ayu Wulandari Binti Miswanto yang sedang tidur kemudian

Terdakwa langsung masuk ke kamar dan mengatakan kepada saksi, “bilang aja aku duda, kalau tidak gitu tidak dapat bantuan“, kemudian Terdakwa mengatakan


(37)

kemudian Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran bertanya lagi kepada saksi, “kakak ni siapa ?“, kemudian Terdakwa langsung mejawab, “aku numpang disini, aku tak punya istri, aku duda“, kemudian Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran bertanya lagi sama kami berdua, “kalian keluarga ya ?“, dan saksi jawab, “tidak“, dan selanjutnya kemudian Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran pamit dengan mengatakan kepada saksi, “maaf mengganggu kak“, dan Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran langsung pulang, selanjutnya saksi bertanya kepada Terdakwa, “ngapa orang itu pak ?”, dan Terdakwa menjawab, “Udah selesai surat – suratnya aku urus, besok pagi sekira pukul 09.00 Wib aku kesana“, dan kemudian esoknya Terdakwa bersama Ayu Wulandari Binti Miswanto pergi ;

13.Bahwa menurut pengakuan Terdakwa kepada saksi bahwa anak saksi bernama Ayu Wulandari Binti Miswanto tersebut telah di adopsi dengan harga awalnya Rp.6.000 000,00 (enam juta rupiah) namun Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran hanya memberikan uang sebesar Rp. 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah ), kemudian dipotong Rp. 300.000,00 ( tiga ratus ribu rupiah) untuk Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran dikarenakan akan mengurus surat – suratnya sehingga total harga adopsi anak tersebut yang diterima Terdakwa sebesar Rp. 3.200.000 ( tiga juta dua ratus ribu rupiah ). Dan yang menerima adopsi tersebut adalah keluarga Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran yang berada di Simpang Gaung; Atas keterangan saksi terdakwa melalui kuasa hukumnya tidak keberatan dan membenarkan keterangan saksi;


(38)

b. Saksi RUKIAH Alias KIAH Binti SAPARIN ;

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa dan Terdakwa adalah suami dari kakak saksi;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar ;

3. Bahwa anak kandung sdri. Nursiah yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO telah dijual oleh yaitu Terdakwa kepada Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran;

4. Bahwa Terdakwa adalah suami dari Saksi Nursiah dan ayah kandung dari AYU WULANDARI ;

5. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan ;

6. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah Terdakwa sendiri yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW.009 Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

7. Bahwa kejadian tersebut berawal pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib., bertempat di rumah Saksi Nursiah yang terletak di jalan SKB RT.01, RW.06, Kelurahan Sungai Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, Terdakwa menyuruh sdri. Nursiah untuk memandikan anak mereka yang bernama Ayu Wulandari Binti


(39)

Miswanto untuk dibawanya ke Bank dikarenakan akan menerima bantuan dana dari kantor Nasabah dan untuk itu harus membawa anak sebagai saksi untuk mendapatkan bantuan dana dari kantor Nasabah dan Saksi Nursiahpun menyetujuinya, kemudian sekira pukul 09.00 Wib, Terdakwa pergi dari rumah bersama dengan Ayu Wulandari Binti Miswanto dan setelah di tunggu-tunggu oleh Saksi Nursiah sore harinya ternyata Terdakwa dan anaknya juga tidak pulang dan sekitar pukul 13.30 Wib, temannya Terdakwa yaitu sdr. AYI Bin BAKHTIAR datang ke rumah Saksi Nursiah dan mengatakan kepada Saksi Nursiah, “Nur, suami mu bilang si AYU hilang, Yok kita ke rumahku suami mu ada disana“, kemudian Saksi Nursiah pergi kerumah sdr. AYI Bin BAKHTIAR, kemudian Saksi Nursiah bertanya kepada Terdakwa, “mana anak pak?“, dan Terdakwa menjawab, “anak hilang“, sambil mengangis, kemudian Saksi Nursiah tanya lagi, “dimana hilangnya ?“, dan Terdakwa jawab, “dipasar rakyat waktu mau beli baju lagi milih – milih anak tu tidak ada lagi” ;

8. Bahwa Saksi dan Saksi Nursiah langsung kaget dan menangis, setelah itu Saksi Nursiah bersama dengan saksi dan Terdakwa langsung mencari ke pasar dengan ditemani oleh sdr. AYI Bin BAKHTIAR, Sesampainya di pasar, saksi bersama dengan Saksi NURSIAH dan sdr. AYI Bin BAKHTIAR mencari ke warungwarung yang ada di Pasar Rakyat sedang Terdakwa mencarinya sendiri namun hingga sampai jam 16.00 Wib., Ayu Wulandari Binti Miswanto


(40)

tersebut tidak ditemukan juga dan Terdakwa juga menghilang entah kemana, kemudian sdr. AYI Bin BAKHTIAR menyarankan kepada sdri. NURSIAH untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib dan kemudian sdri. NURSIAH melaporkan kejadian ini kepihak yang berwajib yaitu Polres Inhil dan Polsek KSKP untuk menanyakan apakah ada Terdakwa telah melapor kehilangan anak mereka dan Polisi disana menjawab tidak ada laporan mengenai anak hilang dan kemudian kami pulang kerumah masing – masing dan kami juga memberitahukan kepada Ketua RT. yaitu sdr. MUKHTAR EFENDI tentang kehilangan anaknya tersebut dan semua warga yang ada di lingkungan RT tersebut ikut juga mencarinya keberadaan Ayu Wulandari Binti Miswanto;

9. Bahwa saksi mengetahui hari Jum’at tanggal 24 April 2015, sekitar pukul 14.00 Wib., sewaktu saksi sedang berada dirumah, ada masuk SMS dari MISWANTO (terdakwa berkas terpisah) ke handphone saksi yang isinya mengatakan, “bahwa AYU telah aku Adopsikan ke saudara IDAM yang tinggal nya di belakang Surau, suratnya ada di bawah tikar“;

10.Bahwa setelah membaca SMS tersebut kemudian saksi mengecek di bawah tikar dan menemukan surat perjanjian tentang adopsi anak kemudian saksi langsung memberitahu kakaknya yaitu Saksi NURSIAH, selanjutnya saksi NURSIAH menyuruh saksi untuk menjumpai Saksi Jamri Alias Ijam Bin


(41)

Misran yang rumahnya ada di belakang surau tersebut kemudian saksi langsung pergi mencari anak tersebut;

11.Bahwa setelah sampai di depan lorong rumah, saksi berjumpa dengan Ketua RT., yaitu sdr. MUKHTAR dan mengatakan kepada saksi, “sudah jumpa ya anak yang hilang tu“, lalu saksi jawab, “belum lagi pak, tapi barusanTerdakwa ada SMS saya dan mengatakan anak itu telah di adopsi kepada JAMRI Alias IDAM. lalu sdr. MUKHTAR mengatakan, “ada ya surat adopsinya“, saksi jawab, “ada pak“, sambil memperlihatkan surat adopsi tersebut kepada sdr. MUKHTAR, lalu sdr. MUKHTAR mengatakan, “fotocopy dulu surat ini“, lalu saksi langsung fotocopy-kan surat tersebut, setelah saksi fotocopy lalu saksi memberikannya kepada sdr. MUKHTAR, setelah itu saksi pergi ke rumah Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran;

12.Bahwa sesampainya di rumah Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran namun Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran sedang tidak ada dirumah, kemudian saksi kembali lagi pulang kerumah dan sekitar pukul 17.00 wib., sewaktu saksi baru pulang ke rumah, saksi melihat Terdakwa tersebut ada di rumah tidak lama kemudian datang Ketua RT., yaitu sdr. MUKHTAR kerumah dan kemudian membawa Terdakwa tersebut ke rumah Ketua RT;

13.Bahwa menurut keterangan sdri. NURSIAH, Ayu Wulandari Binti Miswanto tersebut telah di jual dengan harga Rp. 3.200.000 ( tiga juta dua ratus ribu rupiah) tetapi di dalam surat perjanjiannya yang saksi baca, jual beli yang


(42)

dilakukan Terdakwa dengan DEDI AFRIJAL sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah);

14.Bahwa saksi mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirkan dipersidangan ;

c. Saksi AYI Alias AI Bin BAKHTIAR EFENDI

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa adalah kakak ipar saksi;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar;

3. Bahwa anak kandung Saksi Nursiah yang bernama Ayu Wulandari Binti Miswanto telah dijual oleh Terdakwa yang tidak lain adalah suami dari sdri. Nursiah dan ayah kandung dari Ayu Wulandari kepada Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran;

4. Bahwa Ayu Wulandari Binti Miswanto saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

5. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu, tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT 2 RW 9 Kelurahan Tembilahan Hilir, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;


(43)

6. Bahwa Terdakwa melakukan hal tersebut dengan cara membuat berita bohong dengan mengatakan anak tersebut telah hilang padahal anak tersebut telah dijual oleh Terdakwa kepada seseorang melalui Saksi Jamri Alias Ijam Bin Misran;

7. Bahwa saksi menyuruh Saksi Nursiah untuk melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi dan kami langsung pergi ke Polres Inhil dan Polsek KSKP untuk menanyakan apakah ada laporan orang kehilangan anak dan Polisi disana menjawab tidak ada laporan mengenai hal tersebut, selanjutnya kami diintrogasi Polisi, setelah itu saksi dan sdri. NURSIAH pulang kerumah masing-masing;

8. Bahwa bahwa anak Terdakwa tersebut ternyata tidak hilang melainkan telah dijual oleh Terdakwa pada hari Jumat, tanggal 24 April 2015 sekitar pukul 14.30 Wib. Saksi pergi ke rumah sdri. NURSIAH dan sesampainya disana, saksi berjumpa dengan sdri. NURSIAH dan menanyakan kepadanya apakah anaknya tersebut sudah ditemukan dan sdri. NURSIAH mengatakan bahwa anak tersebut sedang dijemput di SKB ditempat rumah Saksi Jamri Alias Ijam, dan saksi NURSIAH juga mengatakan kepada bahwa anak tersebut sebenarnya bukan hilang tapi telah dijual oleh Terdakwa MISWANTO kepada seseorang;

9. Bahwa Terdakwa meminta dijemput di Parit 13 kemudian saksi pergi menjemput Terdakwa bersama dengan istrinya (sdri. Nursiah) dan


(44)

sesampainya di Parit 13, kami membawa Terdakwa untuk pulang ke rumahnya dan tidak lama kemudian datang Ketua RT., bersama warga dan selanjutnya saksi pulang kerumahnya;

10.Bahwa besoknya Saksi Ayi pergi kerumah Terdakwa lagi untuk menanyakan masalah anak yang bernama AYU Terdakwa sudah ditangkap Polisi;

11.Bahwa saksi mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirka dipersidangan;

d. Saksi JURIATI Alias IJUR Binti RAHIMIN ;

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa dan tidak ada hubungan keluarga dengan Terdakwa;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar;

3. Bahwa anak kandung Saksi Nursiah yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO telah dijual oleh Terdakwa yang tidak lain adalah ayah kandungnya AYU WULANDARI;

4. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO dijual oleh terdakwa kepada Saksi Jamri Alias Ijam;

5. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan;


(45)

SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW.009 Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

7. Bahwa Terdakwa menjual anak kandungnya yang bernama AYU WULANDARI tersebut kepada Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) seharga Rp 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah );

8. Bahwa saksi tidak mengetahui kesepakatan harga jual beli anak tersebut antara Terdakwa dengan Saksi Jamri Alias Ijam;

9. Bakwa kesepakatan yang saksi ketahui dimana pada hari Selasa tanggal 21 April 2015, sekitar pukul 19.00, Terdakwa datang ke rumah saksi dan pada saat itu Terdakwa menyatakan mau menyerahkan anaknya yang bernama AYU WULANDARI kepada Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) tetapi saat itu Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) masih ragu anak tersebut anak Terdakwa atau bukan;

10.Bahwa kemudian Terdakwa pulang dan sekitar pukul 20.00 Wib, dan datang lagi ke rumah saksi dengan membawa Kartu keluarga dan Surat Nikah untuk meyakinkan kepada Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi);

11.bahwa anak yang bernama AYU WULANDARI yang akan diserahkan kepada Saksi Jamri Alias Ijam tersebut adalah anak Terdakwa dan pada saat itu Terdakwa mengatakan mau menyerahkan anak kandungnya kepada Saksi Jamri Alias Ijam;


(46)

12.Bahwa Terdakwa mengatakan bahwa istrinya pergi sudah 2 (dua) tahun tidak ada kabarnya dan anaknya tidak ada yang mengurus;

13.Bahwa anak tersebut kemudian saksi serahkan kepada keponakan saksi yang bernama DEDI APRIJAL (DPO) dan istrinya bernama ARE dan selanjutnya anak tersebut dibawa oleh keponakan saksi dan istrinya kerumahnya di Parit Usaha Anda Desa Teluk Kabung Kecamatan Gaung Kabupaten Indragiri Hilir untuk dipelihara;

14.Bahwa Suami saksi (Saksi Jamri Alias Ijam) yang menyuruh saksi untuk menyerahkan anak tersebut kepada Dedi Aprijal;

15.Bahwa sebelumnya keponakan saksi yang bernama DEDI APRIJAL (DPO) dan istrinya bernama ARE, menyuruh Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) untuk mencarikan anak yang akan dipelihara, kemudian Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) mencari dan menurut Saksi Jamri Alias Ijam, Terdakwa menawarkan anaknya dengan kesepakatan dimana Saksi Jamri Alias Ijam harus membayar Rp3.500.000,00 ( tiga juta lima ratus ribu rupiah) dan setelah itu terjadi kesepakatan antara Terdakwa dengan Saksi Jamri Alias Ijam dan kemudian anak tersebut diserahkan oleh Terdakwa kepada Saksi Jamri Alias Ijam (suami saksi) dan selanjutnya anak tersebut, saksi serahkan kepada DEDI APRIJAL dan istrinya bernama ARE;

16.Bahwa seingat saksi sebulan sebelum kejadian ini, Dedi Aprijal menelepon Saksi Jamri Alias Ijam minta dicarikan anak untuk dipelihara karena sudah


(47)

lama menikah tapi tidak mempunyai anak dan mengenai perjanjiannya saksi kurang mengetahui tapi yang saksi ketahui bahwa Dedi Aprijal akan membayar ongkos dalam rangka mencari anak yang akan dipeliharanya tersebut;

17.Bahwa ada selembar surat perjanjian tertanggal 22 April 2015 yang ditandatangani oleh Terdakwa selaku pihak pertama yang menyerahkan anak dan Dedi Aprijal selaku pihak kedua yang menerima anak;

18.Bahwa saksi mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirkan dipersidangan;

e. Saksi MUKHTAR EFENDI Bin AHMAD ;

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa dan tidak memiliki hubungan keluargadengan Terdakwa;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar;

3. Bahwa anak kandung sdri. Nursiah yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO telah dijual oleh Terdakwa kepada JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN;

4. Bahwa Terdakwa adalah suami dari sdri. Nursiah dan ayah kandung dari AYU WULANDARI;


(48)

5. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

6. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW.009 Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

7. Bahwa kejadian tersebut berawal pada hari Kamis tanggal 23 April 2015, sekitar pukul 14.00 Wib., saat itu saksi sedang berada diwarung AHMAD SADRI (Wakil Ketua RT) dan disana saksi mendapat imformasi bahwa anak kandung Terdakwa yang bernama AYU WULANDARI telah hilang pada saat dibawa Terdakwa ke pasar Tembilahan, Mendengar hal tersebut saat itu saksi selaku Ketua RT menyarankan agar melaporkan hal tersebut kepada pihak Kepolisian, dan pada saat itu istri AHMAD SADRI yang bernama YANI tersebut mengatakan bahwa istri Terdakwa yang bernama sdri. NURSIAH telah melaporkan peristiwa hilangnya anak tersebut kepada pihak Kepolisian dan pada saat itu tidak lama kemudian saksi melihat Bapaknya Terdakwa yang bernama TUKIRAN lewat, kemudian TUKIRAN tersebut saksi panggil dan saksi bertanya, “Apakah benar Bapak kehilangan cucu bapak ?“, dan pada saat itu TUKIRAN menyatakan “benar”, kemudian saksi tanya lagi bagai mana sampai bisa hilang dan pada saat itu TUKIRAN mengatakan kepada


(49)

saya bahwa pada hari Rabu tanggal 22 April 2015, sekitar pukul 09.00 Wib., Terdakwa pergi membawa anaknya tersebut yang katanya akan mendapat bantuan, tetapi kemana tujuanya saat itu TUKIRAN menyatakan tidak mengetahui dan sebelum berangkat;

8. Bahwa saksi berusaha untuk mencari tahu tentang hilangnya anak tersebut, dan pada hari Jumat tanggal 24 April 2015 selepas Sholat Jumat, saksi pergi ke warung AMAD dan saksi bertanya lagi dengan istri AMAD, “sudah ketemu belum anak MISWANTO (terdakwa)“, dan pada saat itu istri AMAD menyatakan bahwa anak Terdakwa belum ketemu, dan tidak lama kemudian adik Terdakwa yang bernama YUDI serta adik iparnya yang bernama RUKIYAH lewat dan pada saat itu YUDI menyatakan bahwa anak tersebut sudah ketemu dan saat itu YUDI menyatakan bahwa anak Terdakwa

yang bernama AYU WULANDARI tersebut berada dirumah JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN yang terletak dijalan SKB Lorong Margo mulya Tembilahan yaitu dibelakang Lapangan Futsal;

9. bahwa anak tersebut telah diadopsi dan kemudian RUKIYAH memperlihatkan kepada saksi selembar surat perjanjian masalah jual beli anak Terdakwa yang bernama AYU WULANDARI, yang saksi lihat ditandatangani oleh MISWANTO (terdakwa berkas terpisah) selaku pihak pertama dan DEDI APRIJAL selaku pihak kedua dengan mahar sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan pada saat itu juga saksi menyuruh


(50)

RUKIYAH untuk mem-fotocopi surat tersebut untuk saksi pegang dan surat aslinya tetap dipegang oleh RUKIYAH;

10.Bahwa saksi menyuruh YUDI dan RUKIYAH untuk menjeput anak tersebut kerumah JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN, dan setelah kembali dari rumah JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN saat itu YUDI menyatakan bahwa anak tersebut tidak ada di rumah JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN dan hanya istri JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN;

11.Bahwa saat diinterogasi Terdakwa menerangkan bahwa ianya tega menjual anak kandungnya tersebut, karena desakan kebutuhan ekonomi karena Terdakwa banyak hutang yang harus dibayar sehingga timbul niat Terdakwa untuk menjual anak kandungnya tersebut;

12.Bahwa saksi mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirkan dipersidangan;

f. Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN;

1. Bahwa saksi kenal dengan terdakwa namun tidak ada memiliki hubungankeluarga dengan Terdakwa;

2. Bahwa saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian menyangkut perbuatan terdakwa dan keterangan saksi di BAP adalah benar;


(51)

3. Bahwa Terdakwa telah menjual anak kandungnya yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO kepada Saksi seharga Rp. 3.5000.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah);

4. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

5. Bahwa peristiwan tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah Saksi yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW.009 Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

6. Bahwa Isteri saksi baru mengetahui hal tersebut pada hari Jumat tanggal 24 April 2015, setelah ianya membaca surat perjanjian mengenai jual beli anak kami yang bernama AYU WULANDARI tersebut;

7. Bahwa kejadian tersebut berawal pada hari Minggu tanggal 19 April 2015, sekitar pukul 09.00 wib, saksi sedang minum kopi bersama dengan Terdakwa diwarung milik sdr. PANE yang terletak di Parit 13 Tembilahan dan pada saat itu Terdakwa berkata kepada saksi, “ada nggak orang yang akan membeli anak bang“, lalu dijawab oleh saksi, “anak siapa ?“, dan Terdakwa menjawab, “anak saya yang kecil“, setelah itu Saksi menanyakan lagi, “berapa ?“, dan Terdakwa jawab, “Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)”, lalu Saksi menjawab, “kalau segitu mana ada orang yang mau, kalau Rp 3.500.000,00 ( tiga juta lima ratus ribu rupiah), ada yang mau“, dan saat itu Terdakwa bilang,


(52)

“nantilah dulu saya pikir–pikir dulu”, selanjutnya saksi langsung pulang ke rumahnya;

8. Bahwa pada hari Senin tanggal 20 April 2015 sekitar pukul 21.00 wib, Saksi datang ke rumah Terdakwa dan menanyakan kepada Terdakwa, “bagai mana WAN runding kita ?“, lalu Terdakwa jawab, “iyalah bang jadi“, dan pada saat itu Saksi melihat seorang anak perempuan lalu saksi bertanya kepada Terdakwa, “yang ini ya anaknya“, lalu Terdakwa jawab, “ Iya “ ;

9. Bahwa pada hari Selasa tanggal 21 April 2015, sekitar pukul 19.00 wib, Terdakwa pergi ke rumah Saksi yang berada di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002 RW. 009, Kelurahan Tembilahan Hilir untuk mengantar Kartu Keluarga (KK) sebagai bukti bahwa benar anak yang akan Terdakwa jual kepada Saksi tersebut adalah anak kandung Terdakwa sendiri yang bernama AYU WULANDARI, setelah itu Terdakwa langsung pulang;

10.Bahwa Pada hari Rabu tanggal 22 April 2015, sekitar pukul 07.00 wib. Terdakwa pergi membawa anak tersebut ke rumah Saksi dan Terdakwa meninggalkan anak tersebut di rumah Saksi, dan kemudian Terdakwa pergi bersama dengan Saksi untuk minum kopi di warung sdr. PANE di Parit 13 Tembilahan, setelah tiba diwarung sdr. PANE tersebut, kemudian Saksi pergi bersama dengan sdr. IWAN Als GANDUT untuk membuat surat perjanjian masalah jual beli anak, sedangkan Terdakwa menunggu di warung kopi tersebut, kemudian sekitar pukul 09.30 wib., Saksi datang kembali ke warung


(53)

dan mengajak Terdakwa ke Jalan Swarna Bumi Tembilahan dan menuju depan Kantor Bupati dan di tempat tersebut Terdakwa disuruh untuk menandatangani surat perjanjian jual beli anak tersebut dan setelah Terdakwa menandatangani surat perjanjian tersebut kemudian Saksi memberikan uang kepada saksi sebesar Rp 3.200.000,00 (tiga juta dua ratus ribu rupiah) sambil berkata, “ini sisa uangnya sebesar Rp. 300.000,00 ( tiga ratus ribu rupiah ) untuk ongkos membuat surat”, setelah uang penjualan anak tersebut di terima; 11.Bahwa saksi mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirkan

dipersidangan;

2. Keterangan Terdakwa

Terdakwa dipersidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa terdakwa mengerti dengan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum ;

2. Bahwa terdakwa membenarkan dan mengenali barang bukti yang dihadirkan dipersidangan;

3. Bahwa Terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga terlibat dalam perdagangan seorang anak yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO;

4. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib., bertempat di rumah saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM


(54)

BIN MISRAN yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002/ RW.009, Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

5. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan ;

6. Bahwa Terdakwa melakukan hal tersebut dengan cara menjualnya kepada JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN;

7. Bahwa Terdakwa menjual AYU WULANDARI Binti MISWANTO kepada JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN tersebut dengan harga Rp. 3.200.000,- ( tiga juta dua ratus ribu rupiah)

8. Bahwa kejadian tersebut bermula pada hari itu sekitar bulan April 2015 sekira pukul 10.00 wib., sewaktu Terdakwa sedang sarapan di sebuah warung yang terletak di Jalan Pangeran Hidayat Parit 13 Tembilahan, dimana pada saat itu JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN juga ada di warung tersebut dan pada saat itu JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN mengatakan kepada Terdakwa: “WAN, kalau ada orang yang tidak mampu lagi mengurus anaknya, kasih tau saya ya WAN, karena ada keluarga saya yang mau cari anak WAN, berapa nilai anak itu nanti bisa kita rundingkan“, lalu dijawab oleh Terdakwa, “yalah bang, nanti saya carikan“, sekitar kurang lebih 1 (satu) minggu kemudian yaitu pada hari selasa tanggal 21 April 2015 sekira pukul 17.00


(55)

wib., Terdakwa mengirimkan sms yang berisikan, “bang IDAM, jadi ya mau anak, kalau abang mau, ada ni anak saya sendiri“

9. Bahwa setelah itu saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN pun langsung menelpon Terdakwa dan mengatakan, “WAN, kalau memang ada anak mu, datanglah kerumah biar kita rundingkan“, dan Terdakwa jawab, “iyalah “, kemudian sekira pukul 19.00 Wib;

10.Bahwa Terdakwa datang ke rumah Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN dan Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN mengatakan kepada Terdakwa, “anak siapa WAN“, dan Terdakwa jawab “anak saya sendiri“, lalu Saksi Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN mengatakan, “istrimu tau nggak WAN ?“, Terdakwa ada menjawab “saya sudah 2 tahun pisah dengan istri saya bang, sampai sekarang ini istri saya tidak pernah lagi menghubungi saya bang,

11.Bahwa Terdakwa menyerahkan Anak Terdakwa kepada Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN dengan imbalan uang dan Terdakwa mengatakan kepada Isteri Terdakwa bahwa anak terdakwa telah hilang saat dipasar;

12.Bahwa Terdakwa melakukan hal ini dikarenakan Terdakwa bingung tidak mempunyai uang untuk membayar hutang-hutangnya yaitu kredit sepeda motor, kredit speaker, bayar kontrak rumah dan kebutuhan sehari-hari;


(56)

13.Bahwa Terdakwa ada menandatangani surat perjanjian yang dibuat oleh Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN namun Terdakwa tidak membacanya jadi Terdakwa tidak mengetahui isi dari surat perjanjian tersebut dan setelah Terdakwa tandatangani surat tersebut Terdakwa simpan di saku celana, sedangkan yang satu lembar lagi dipegang oleh Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN dan kemudian Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN menyerahkan uang sebesar Rp.3.200.000,00 (tiga juta dua ratus ribu rupiah) kepada saksi ;

14.Bahwa Terdakwa mengenali dan membenarkan barang bukti yang dihadirkan dipersidangan ;

15.Bahwa terdakwa mengakui perbuatannya;

3. Barang Bukti

a. uang sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah)

b. uang sebesar Rp. 1.045.000,- (satu juta empat puluh lima ribu rupiah).

c. 1 (satu) lembar surat perjanjian tertanggal 22 April 2015 yang dibuat dengan kertas bermatrai 6000,-yang ditanda tangani oleh MISWANTO dan DEDIAFRIZAL.

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagagai berikut:


(57)

1. Menyatakan Terdakwa MISWANTO AIs IWAN Bin TUKIRAN terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan atau perdagangan anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 76 F UU RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 83 UU RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa MISWANTO Als IWAN Bin TUKIRAN dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama Terdakwa, ditahan dan menghukum Terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) Subsidair 6 (enam) bulan kurungan dengan perintah Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

a. uang sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah)

b. uang sebesar Rp. 1.045.000,- (satu juta empat puluh lima ribu rupiah).

c. 1 (satu) lembar surat perjanjian tertanggal 22 April 2015 yang dibuat dengan kertas bermatrai 6000,-yang ditanda tangani oleh MISWANTO dan DEDIAFRIZAL;

4. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah);


(58)

4. Fakta dipersidangan

1. Bahwa Terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga terlibat dalam perdagangan seorang anak yang bernama AYU WULANDARI Binti MISWANTO;

2. Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib., bertempat di rumah Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002/ RW.009, Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau;

3. Bahwa AYU WULANDARI Binti MISWANTO saat ini berumur 2 ( dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

4. Bahwa Terdakwa Menjual AYU WULANDARI Binti MISWANTO kepada Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN dengan harga Rp. 3.200.000,- (tiga juta dua ratus ribu rupiah) dan kemudian menjualnya kepada sdr. DEDI AFRIZAL dengan harga Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah);

5. Bahwa Terdakwa memperoleh uang dari perbuatannya ini yang Terdakwa gunakan untuk kebutuhan sehari-hari;

6. Bahwa Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN ada membuat surat perjanjian dan menyuruh Terdakwa untuk menandatangani surat perjanjian yang isinya bahwa tidak ada penuntutan di kemudian hari tersebut, dan setelah di tandatangani oleh Terdakwa lalu Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN


(59)

MISRAN meminta DEDI AFRIZAL untuk menandatangani Surat Perjanjian tersebut dan setelah Surat Perjanjian tersebut ditandatangani oleh DEDI AFRIZAL kemudian Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN memberikan Surat Pejanjian tersebut kepada DEDI AFRIZAL sebanyak 1 (satu) lembar, dan memberikan 1 (satu) lembar lagi kepadaTerdakwa;

7. Bahwa terdakwa membenarkan dan mengenali barang bukti yang dihadirkan dipersidangan;

C. Pertimbangan Hukum

1. Menimbang bahwa terdakwa diajukan kepersidangan oleh penuntut umum.

2. Menimbang, bahwa walaupun telah terbukti adanya fakta-fakta hukum sebagaimana telah diuraikan diatas, namun untuk dapatnya Terdakwa dinyatakan bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan tersebut, maka haruslah dibuktikan kalau Terdakwa telah melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur dari Pasal pasal tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum;

3. Menimbang, bahwa Terdakwa dalam persidangan telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan berbentuk alternative, yaitu kesatu pasal 76 F UU RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 83 Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun


(60)

2002 tentang Perlindungan Anak atau kedua pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 11 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;

4. Menimbang bahwa Pasal-pasal yang didakwakan tersebut merupakan titik tolak landasan pemeriksaan perkara ini dan harus dibuktikan oleh majelis Hakim dalam Pemeriksaan di persidangan;

5. Menimbang, bahwa maksud dari dakwaan berbentuk Alternative yang ditunjukkan dengan menempatkan kata “ATAU” diantara Dakwaan kesatu dan Kedua sebagaimana dalam surat Dakwaan Penuntut Umum, memiliki makna, yaitu “memberikan dakwaan yang diajukan Penuntut Umum, yang pada dasarnya bertujuan agar menghindari pelaku terlepas atau terbebas dari pertanggungjawaban Pidana (Crime Liability), sehingga hakim dapat menerapkan hukum yang lebih tepat terhadap terjadinya suatu peristiwa pidana”;

6. Menimbang, bahwa sejalan dengan pendapat diatas, maka setelah hakim mempelajari dan mencermati dakwaan Penuntut Umum dalam perkara ini, serta melihat persesuaian antara keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, maupun petunjuk sebagaimana bukti-bukti dan fakta-fakta dipersidangan, maka hakim berpendapat dalam hal ini apabila dakwaan kesatu Penuntut Umum sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 76 F UU RI No. 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 83 UU RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas


(61)

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merupakan dakwaan yang dipandang paling mendekati dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Terdakwa, sehingga dalam hal ini majelis Hakim sependapat dengan Penuntut Umum dalam requisitoirnya yang dibacakan dipersidangan; 7. Menimbang, bahwa dakwaan kesatu Penuntut Umum yaitu melanggar pasal pasal

76 F UU RI No. 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 83 UU RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum unsur-unsurnya berikut :

a. Setiap orang

b. Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan, penculikan, penjualan, dan atau perdagangan anak;

8. Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

a. Unsur “Setiap Orang”

Menimbang, bahwa yang dimaksud “setiap orang” dalam perkara ini adalah setiap orang sebgai Subyek Hukum yaitu setiap pendukung hak dan kewajiban yang dapat dipertanggung jawabkan kepadanya atas perbuatannya yang telah ia lakukan di depan Hukum, dan terdakwa pada waktu diperiksa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani yang dalam hal ini yaitu terdakwa


(62)

MISWANTO Alias IWAN Bin TUKIRAN yang identitasnya seperti dalam surat dakwaan dan terdakwa terbukti dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta dapat menjawab pertanyaan Majelis Hakim dengan baik dan jelas serta berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa bahwa Terdakwa adalah pelaku atau subyek hukum yang melakukan tindak pidana sehingga tidak terjadi kesalahan orang (error in persona) dalam perkara maka dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya, maka dengan demikian unsur barang siapa ini telah terpenuhi secara secara sah dan meyakinkan menurut hukum;

b. Unsur “Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan, penculikan, penjualan, dan atau perdagangan anak”;

9. Menimbang, bahwa unsur ini bersifat alternatif yang artinya apabila salah satu sub unsur dari unsur ini telah dapat dibuktikan maka sudah cukup untuk menyatakan bahwa unsur ini telah terpenuhi dan sub unsur yang lain tidak perlu dibuktikan semuanya;

10.Menimbang, bahwa berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan;


(63)

11.Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dipersidangan, baik dari keterangan para saksi yang dikuatkan pula oleh keterangan terdakwa, bahwa pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 sekitar pukul 08.00 Wib, bertempat di rumah Saksi JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN yang terletak di Jalan SKB Lorong Margo Mulyo RT.002/RW.009, Kelurahan Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau, Terdakwa telah sengaja menjual seorang anak kandungnya sendiri bernama AYU WULANDARI yang saat ini berusia 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan seharga Rp. 3.200.000 (tiga juta dua ratus ribu rupiah) kepada seorang laki-laki bernama JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN, lalu JAMRI ALIAS IJAM ALIAS IDAM BIN MISRAN diserahkan kepada sdr. DEDI AFRIZAL (DPO);

12.Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dipersidangan diketahui bahwa Terdakwa sengaja membuat sebuah surat perjanjian yang ditandatangani oleh MISWANTO (terdakwa berkas terpisah) dan sdr. DEDI AFRIZAL (DPO) dengan tujuan agar dikemudian hari tidak ada penuntutan oleh masing-masing pihak, dan dari perbuatannya tersebut Terdakwa mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) yang kemudian digunakannya untuk keperluannya sehari-hari;

13.Menimbang, bahwa dari pertimbangan pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur “Menempatkan, membiarkan, melakukan,


(1)

5. Bapak Dr. M. Hamdan, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang memberikan waktu serta sabar dalam membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

7. Ibu Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik selama penulis duduk di bangku perkuliahan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan setia telah membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti perkuliahan;

8. Ibu Dr. Marlina, SH., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu dan tenaga serta sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan;

9. Seluruh Dosen Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 10.Seluruh Staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11.Kedua orang tua yang sangat penulis kasihi, Ayahanda Jintar Nababan dan Ibunda Tordina Situmeang yang merawat dan membesarkan penulis, mendoakan penulis dan penuh semangat dan perjuangan dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan penulis selama mengikuti perkuliahan;

12.Kakak penulis Liska Nababan., Spd., yang selalu memberikan dukungan dan motifasi kepada penulis;


(2)

13.Buat adik penulis Nahason Nababan, Doharman Nababan, Andilo Nababan yang telah memberikan dukungan bagi bagi penulis selama mengikuti perkuliahan; 14.Buat kakak dan teman-teman di Kelompok Kecil Pro Deo Et Patria, Kak Juli,

Jekson Pakpahan, Hans Nadapdap, Pranto Situmorang, dan Arnold Sihombing; 15.Sahabat-sahabat seperjuangan dan sepermainan penulis : Jhony Hutabarat,

Andana Zwari Limbeng, Dedy Siagian, Boby Asyer, Rahmad Kharisman, Dedi Lubis, Sandro Pandiangan, Gapson Pandiangan, Fery Sianturi, Ben Simatupang, Frengky S;

16.Teman-teman penulis Hengky, Jekson, Reza, Aan, Ervin, Henry, Tia, Rizky, Nurul, Charlene, Sabrina;

17.Teman penulis alumni SMA N I Siborong-borong yang juga mahasiswa Hukum USU Henra Siahaan, Efraim Sihombing yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama perkuliahan;

18.Kepada rekan-rekan seperjuangan Stambuk 2011 dan seluruh rekan-rekan lainnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan yang tidak dapat penulis sebutkan;

19.Para penulis buku dan artikel-artikel yang penulis jadikan referensi dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna dan mempunyai kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang membangun akan


(3)

selalu diterima. Penulis berharap skripsi ini bermamfaat dan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak.

Medan, Mei

Penulis,

Kardopa Nababan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penulisan ... 11


(4)

E. Keaslian Penulisan ... 12

F. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Pengertian Anak ... 14

a. Pengertian Anak ... 14

b. Hak-Hak dan Kewajiban Anak ... 15

2. Pengertian Korban ... 20

a. Pengertian Korban ... 20

b. Hak dan Kewajiban Korban ... 22

3. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 25

a. Pengertian Tindak Pidana ... 25

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 30

c. Pengertian Perdagangan Orang dan Unsur-Unsurnya . 33 d. Modus Operandi Perdagangan Anak ... 38

G. Metode Penelitian ... 40

H. Sistematika Penulisan ... 41

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANATERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUS ANAK DI INDONESIA .. 44

A.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak... 44 B. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan


(5)

Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 47

C.Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban ... 60

D.Perda Nomor 6 tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak ... 64

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA ... 67

A.Faktor Internal ... 73

B. Faktor Eksternal ... 80

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK (STUDI PUTUSAN NOMOR 149/PID.SUS/2015/TBH... 90

A.Posisi Kasus ... 90

B. Fakta Hukum ... 94

C.Pertimbangan Hukum ... 120

D.Putusan Hakim ... 127

E. Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 128


(6)

A.Kesimpulan ... 137 B. Saran ... 138 DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Peran Kejaksaan Dalam Penentuan Hak Restitusi Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Putusan Nomor : 1554/Pid. B/2012/PN.Mdn)

3 64 101

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi di Pengadilan Negeri Medan)

1 78 149

Perlindungan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Pidana Penganiayaan

7 98 93

Hak Restitusi Sebagai Bentuk Perlindungang Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Kasus Nomor 1554/Pid.B/2012/PN.MDN)

1 65 92

Analisis Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Wilayah Hukum Lampung Utara)

1 17 51

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Trafficking) (Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 03/Pid.B/2012/Pn.Sbg Dan Putusan Nomor 04/Pid.B/2012/Pn.Sbg)

0 1 27