Hasil Isolasi Senyawa Steroidtriterpenoid Secara Kromatografi Lapis Tipis Preparatif Hasil Uji Kemurnian Kromatografi Lapis Tipis Dua Arah Hasil Identifikasi Isolat Dengan Spektrofotometer Ultraviolet UV

31 simplisia positif mengandung steroidtriterpenoid Robinson, 1995. Saponin positif ditandai dengan terbentuknya busa lebih besar dari 1cm yang stabil dengan pengocokkan dengan air panas dan tidak hilang pada penambahan HCl 2N Depkes, RI., 1995.

4.4 Hasil Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan pelarut n- heksana. Hasil ekstraksi dari 450 gram serbuk simplisia setelah dipekatkan dengan alat rotary evaporator diperoleh ekstrak kental sebanyak 4,0501 g. Penggunaan pelarut n-heksana untuk menarik senyawa kimia non polar, seperti triterpenoid dan steroid bebas. Terhadap ekstrak n-heksana dilakukan analisis secara KLT dengan menggunakan fase diam silica gel 60 F 254 dan fase gerak campuran n-heksana- etilasetat dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50 dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Fase gerak yang memberikan hasil terbaik adalah n-heksana-etilasetat dengan perbandingan 60:40 karena menghasilkan pemisahan noda yang paling baik.

4.5 Hasil Isolasi Senyawa Steroidtriterpenoid Secara Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Hasil kromatografi lapis tipis preparatif dari ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut Diadema setosum diperoleh satu pita berwarna biru, satu pita bewarna hijau dan satu pita bewarna merah ungu. Pita yang bewarna biru dan merah ungu dikerok dan direndam selama satu malam dalam metanol kemudian disaring lalu diuapkan dan diperoleh 2 isolat, selanjutnya masing-masing isolat Universitas Sumatera Utara 32 direndam dengan metanol dingin sehingga diperoleh kristal berwarna putih. Hasil isolasi senyawa steroidtriterpenoid dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 46.

4.6 Hasil Uji Kemurnian Kromatografi Lapis Tipis Dua Arah

Kromatografi lapis tipis dua arah dilakukan untuk memastikan kemurnian steroidtriterpenoid menggunakan sistem pengembang yang berbeda, yaitu fase gerak 1 n-heksana-etilasetat 60:40 fase gerak ke 2 benzen-etil asetat 70:30. Isolat yang diperoleh memiliki harga Rf 0,225 biru dan Rf 0,625 ungu. Isolat bewarna ungu selanjutnya diidentifikasi secara Spektrofotometri ultraviolet UV dan Spektrofotometri inframerah IR, isolat bewarna biru tidak dilakukan uji identifikasi karena isolat yang diperoleh hanya sedikit. Hasil uji kemurnian isolat 1 secara kromatografi lapis tipis dua arah dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 47 dan Hasil uji kemurnian isolat 2 secara kromatografi lapis tipis dua arah dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 48.

4.7 Hasil Identifikasi Isolat Dengan Spektrofotometer Ultraviolet UV

Hasil isolasi menunjukkan absorbsi pada panjang gelombang 205 nm yang menunjukan adanya gugus kromofor. Gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh pada ikatan kovalen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya absorbsi elektronik misalnya C=C, C=O dan NO 2 . Hasil identifikasi isolat secara spektrofotometri ultraviolet UV dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 49.

4.8 Hasil Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Inframerah IR