33
tidak bisa mengamplifikasi Mt2 endogen dari kedelai, tembakau dan jatropa Anggraito 2012; Siregar 2012.
PCR dengan primer Actin, baik tanaman transgenik TK 1, TN
1 dan non transgenik menghasilkan amplikon sekitar 109 pb Gambar 11c
yang menunjukkan bahwa DNA yang diisolasi dari kedua tanaman tersebut, yaitu P1,
P2 dan non transgenik mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik.
Gambar 11 Hasil analisis PCR DNA tanaman Oryza sativa L. a cv. Kasalath
transgenik T . dengan primer gen spesifik yaitu UbiQF dan SMt2R.
M = marker 1 Kb ladder; 1 = plasmid pIG6-MaMt2; 2 = cv Kasalath tipe liar WT; 3 = Kasalath transgenik T
. b cv Nipponbare transgenik T
. dengan primer gen spesifik yaitu SMt2F dan NosTR. M = Marker 1 Kb ladder; 1= plasmid pIG6-MaMt2; 2 = Nipponbare
tipe liar WT; 3 = Nipponbare transgenik T . c dengan primer gen
internal aktin padi 3’UTR Actin. M = marker 100 bp; 1 = Kasalath non transgenik WT; 2 = Nipponbare non transgenik WT; 3 =
Kasalath transgenik T ; 4 = Nipponbare transgenik T
. Pada penelitian ini, biji padi dari tanaman padi non transgenik yang ditanam
pada media N6 yang mengandung higromisin 30 mgL, hanya berkecambah saja kemudian mati, sedangkan biji T1 dari tanaman transgenik putatif kultivar
Kasalath dapat berkecambah dan tumbuh di media yang mengandung higromisin Gambar 12. Hasil menunjukkan bahwa tanaman padi non transgenik tidak
memiliki ketahanan terhadap antibiotik higromisin pada konsentrasi yang digunakan untuk menyeleksi kalus transgenik.
Tanaman transgenik yang diperoleh yaitu TK 1, dan TN
1 dapat digunakan sebagai sumber transgen MaMt2 untuk dipindahkan kedalam tanaman padi yang
mempunyai sifat agronomis yang baik. Proses pemindahan transgen MaMt2 dari tanaman transgenik ini dilakukan dengan persilangan terhadap varietas sasaran
yang diikuti dengan silang balik Back Cross. Proses pemindahan gen mudah dilakukan pada gen yang jumlah salinannya tunggal. Untuk itu tanaman
transgenik harus diseleksi sehingga tanaman transgenik yang mempunyai salinan tunggal dapat diperoleh. Analisis jumlah salinan gen sasaran dapat dilakukan
dengan hibridisasi southern. Selain itu, agar semua keturunan adalah transgenik, maka tanaman ini harus dalam keadaan homozigot. Untuk mendapatkan tanaman
34
homozigot, tanaman ini dibiarkan menyerbuk sendiri. Hasil silang sendiri diseleksi dengan higromisin, dan keturunan yang tidak bersegresi untuk sifat
toleransi terhadap higromisin adalah transgenik homozigot.
Gambar 12 Kontrol positif dan kontrol negatif biji Oryza sativa L. pada media seleksi dilakukan selama 16 hari, A. biji padi cv Nipponbare
ditumbuhkan pada media 2N6RH30, B. biji padi cv Nipponbare ditumbuhkan pada media regenerasi 2N6R tanpa higromisin, C.
biji padi Kasalath ditumbuhkan pada media 2N6RH30, D. biji padi Kasalath ditumbuhkan pada media 2N6R tanpa higromisin, E. biji
T1 dari kultivar Kasalath transgenik T
ditumbuhkan pada media 2N6RH30.
1
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Gen MaMt2 telah berhasil diintroduksikan ke dalam genom Oryza sativa L. kultivar Kasalath dan kultivar Nipponbare dibawah kendali promoter Ubiquitin
dan terminator Nos. Satu dari dua tanaman transgenik putatif yang diperoleh telah menghasilkan biji T
1
. Efisiensi regenerasi tunas dari kalus tahan higromisin dan efisiensi transformasi pada penelitian ini, untuk kultivar Kasalath adalah sebesar
14.04 dan 6.06, sedangkan untuk kultivar Nipponbare adalah sebesar 19.39 dan 28.1.
5.2 Saran
Efisiensi regenerasi tunas transgenik putatif yang rendah dapat ditingkatkan dengan melakukan regenerasi kalus transgenik putatif di media regenerasi tanpa
penambahan agen seleksi dan tunas yang terbentuk dianalisis secara ketat. Analisis Southern Blot perlu dilakukan terhadap galur-galur tanaman
transgenik T untuk mengetahui integrasi dan jumlah salinan transgen MaMt2.
Seleksi galur tanaman transgenik didasarkan pada tanaman yang mengandung satu salinan
transgen. Tanaman
transgenik dengan
salinan tunggal
transgen dikembangkan menjadi tanaman transgenik homozigot. Selanjutnya, fungsi gen
MT dalam toleransi padi terhadap cekaman abiotik dapat dianalisis dengan uji tantang pada galur-galur tanaman transgenik MaMt2 homozigot.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ahn YO, Kim SH, Lee J, Kim HR, Lee HS, Kwak SS. 2011. Three Brassica rapa metallothionein genes are differentially regulated under various stress
conditions. Mol Biol Rep. DOI 10.1007s11033-011-0953-5 Aldemita
PR, Hodges
TK. 1996.
Agrobacterium tumefaciens-mediated
transformation of japonica and indica rice varieties. Planta 199:612- 617.doi:10.1007BF00195194
Anggraito YU, Suharsono, Pardal SJ, Sopandie D. 2012. Konstruksi vektor ekspresi gen MaMt2 penyandi metallothionein tipe II dan introduksinya ke
dalam Nicotiana nenthamiana. Forum Pasca Sarjana 353:179-188. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.ISSN 0126-1886
Anggraito YU. 2012. Transformasi genetik Nicotiana benthamiana L. dan kedelai dengan gen MaMt2 penyandi metallothionein tipe II dari Melastoma
malabathrricum L. [Disertasi]. BogorID: Institut Pertanian Bogor. Ankenbauer RG, Nester, EW. 1990. Sugar-mediated induction of Agrobacterium
tumefaciens virulence genes: structural specificity and activities of monosaccharides. J Bacteriol 172: 6442-6446.
Arockiasamy S, Ignacimuthu S. 2007. Regeneration of transgenic plants from two indica rice Oryza sativa L. cultivars using shoot apex explants. Plant Cell
Reports 26:1745-1753.doi:10.1007s00299-007-0377-9 Asher CJ. 1991. Beneficial element functional nutrients and possible new
essensial element. Di dalam: Mortvedt JJ, Cox FR, Shuman LM, Welch RM, editor. Micronutrients in agriculture. Ed ke-2. Winconsin US: The
Soil Science Society of America Inc. hlm 703-731.
Ashikari M, Matsuoka M, Datta SK. 2004. Transgenic rice plants. Di dalam Curtis IS, editor. Transgenic crops of the world: Essential Protocols.
Dordrecht NL: Kluwer Academic Publishing. Bell LC, Edwards DG. 1987. The role of aluminum in acid soil infertility. Di
dalam Latham M, editor. Soil management under humid condtion in Asia ASIALAND Proc. 1 st Regional Seminar Soil Management under humid
condition in Asia and the Pasific Khon Kae; October 1986; Bangkok, Thailand TH: IBSRAM Inc.
Birch RG. 1997. Plant transformation: problems and strategies for practical application. Annu Rev Plant Physiol 48:297-326.
[BPS] Badan Pusat Statitik ID. 2011. Laporan bulanan: Data Sosial Ekonomi 18:36-37.