19
2.4 Prosedur Analisis Data
Data sifat dasar dan sifat pengolahan kayu masing-masing dianalisis dengan metoda yang sesuai. Data anatomi kayu dianalisis secara deskriptif; penentuan
kayu juvenil dan dewasa menggunakan analisis regresi, dengan asumsi bahwa pertambahan panjang serat Y pada setiap segmen dari empulur ke kulit X
mengikuti model reciprocal function. Pada awal pertumbuhan dekat empulur akan mengikuti pola hiperbola hingga batas tertentu akan mengalami batas
optimum yang disebut asimtot. Fungsi resiprokal dapat dituliskan sebagai berikut Johnson et al 1987:
= � + �
Data sifat fisis, mekanis, kimia, keawetan alami, dan keterawetan kayu dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial untuk melihat
perbedaan setiap parameter pengujian berdasarkan diameter dan bagian batang dengan model matematis sebagai berikut Mattjik 2002:
Yijk = μ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ρ
k
+ ε
ijk
dengan i =1,2,3 ; j = 1,2,…,6; k = 1,2,…,5
Y
ijk
= nilai pengamatan pada diameter batang ke-i, bagian batang ke-j dan kelompok ke-k
μ = rataan umum
α
i
= pengaruh diameter batang ke-i
β
j
= pengaruh bagian batang ke-j αβ
ij
= pengaruh interaksi diameter batang ke-i dan bagian batang ke-j ρ
k
= pengaruh kelompok ke-k ε
ijk
= pengaruh acak dari diameter batang ke-i, bagian batang ke-j dan kelompok ke-k
Beda nilai tengah antar bagian batang pada masing-masing diameter batang dapat diketahui dengan uji lanjut Duncan. Pengolahan data menggunakan
software SAS 9.1. Sifat pengeringan dan pemesinan dianalisis secara deskriptif menggunakan nilai rataan, dan sifat finishing kayu dianalisis secara visual dengan
melihat fenomena perubahan lapisan cat setelah aplikasi bahan kimia.
20
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Struktur Anatomi Kayu 3.1.1 Ciri Makroskopis Kayu
Hasil pengamatan makroskopis kayu F. pimenteliana adalah sebagai berikut:
Warna: Bagian gubal berwarna putih sedangkan bagian teras berwarna merah muda hingga coklat muda. Bagian teras dan gubal dapat dibedakan dengan jelas.
Tekstur: halus. Arah serat: lurus dan sedikit bergelombang. Kilap: permukaaan kayu agak mengkilap. Kekerasan: keras. Bau: memiliki aroma yang khas mirip
kemenyan. Ciri makroskopis kayu sesuai dengan Gambar 3.1 dan proporsi kayu teras dan gubal pada 3 batang pohon sampel seperti pada Tabel 3.1.
Menurut Tsoumis 1991, kayu teras dapat diamati baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara maksroskopis terlihat dari warna kayu yang lebih
gelap. Secara mikroskopis, pembentukan kayu teras dicirikan dengan matinya sel-sel parenkim kehilangan protoplasma dan nukleus. Kematian sel parenkim
tersebut disebabkan oleh akumulasi racun hasil metabolisme dalam sel.
Hoadley 2000 menyatakan bahwa perubahan kayu gubal menjadi kayu teras disertai
dengan pembentukan ekstraktif di dalam dinding sel. Pembentukan zat ekstraktif di dalam xilem ini ditandai dengan perubahan warna jaringan sehingga kayu teras
berwarna lebih gelap.
Proporsi kayu teras semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya diameter pohon , kayu diameter 60 cm memiliki proporsi kayu teras yang lebih
besar dibandingkan kayu diameter 50 cm dan 40 cm. Berdasarkan bagian batangnya, bagian pangkal memiliki proporsi teras yang lebih tinggi dibandingkan
pada bagian tengah dan ujung batang. Tabel 3.1 Proporsi bagian teras kayu maniani
Diameter batang cm Bagian batang
Proporsi kayu teras 40
Pangkal 73.19
Tengah 52.85
Ujung 42.41
50 Pangkal
76.32 Tengah
54.03 Ujung
53.16 60
Pangkal 77.04
Tengah 70.85
Ujung 62.58
Rata-rata 62.49
21 Rata-rata proporsi kayu teras sebesar 62.49 menandakan jumlah kayu
teras di dalam kayu ini cukup besar. Persentase kayu teras yang cukup besar pada pohon dapat mengindikasikan bahwa pohon dapat menghasilkan kayu dengan
kualitas yang lebih baik.
Gambar 3.1 Bagian kayu teras pada penampang lintang a dan corak kayu pada
papan bidang tangensial b 3.1.2 Ciri Mikroskopis Kayu
Struktur Anatomi Kayu Lingkar tumbuh: kurang jelas. Pembuluh: porositas
tata baur, tersusun secara diagonal hingga radial Gambar 3.2a dengan diameter lumen rata-rata 118.5 ± 43.8
μm, sebagian besar bergabung radial 2-3 sel dan beberapa soliter, frekuensi 14 ± 7 sel mm
-2
, bidang perforasi sederhana, memiliki endapan berwarna putih, ceruk antar pembuluh selang-seling, berukuran sangat
kecil, berumbai, percerukan pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar pembuluh. Parenkim: aksial
baur, paratrakeal jarang dan vasisentrik. Jari-jari: sempit dengan lebar 1-3 seri Gambar 3.2b, seluruhnya sel baring Gambar 3.2c, frekuensi 6 ± 1.5 sel mm
-1
. Serat: tidak bersekat dengan ceruk berhalaman, ketebalan dinding sel sedang,
panjang 1108.6 ± 47.4 µ m, diameter 18.1 ± 1.4 µm, dan tebal dinding 3.2 ± 0.8 µ m. Saluran interseluler: tidak ada. Inklusi mineral: tidak ditemukan. Terdapat
kristal prismatik dalam parenkim aksial berbilik Gambar 3.2d.