1 2
3 4
5 6
7 8
9
2 4
6 8
10
Waktu hari ke- Log CFUml
A B
C D
Saccharomyces sp lebih cepat dibandingkan A. parasiticus sehingga terjadi kompetisi nutrisi di antara kedua mikroba tersebut.
Hasil penelitian Suzzi et al. 1995 menunjukkan S. cerevisiae N 826 dan N 831 dari buah beri anggur dapat menghambat pertumbuhan kapang patogen
pada buah dan tanah seperti Cladosporium variable, Rhizoctonia fragariae, Phomopsis longicolla, Aspergillus niger, Sclerotinia sclerotiorum, Penicillium
digitatum, Macrophomina phseolina, Trichoderma viride dan Botrytis squamosa. Pertumbuhan Saccharomyces sp. dengan atau tanpa A. parasiticus
menunjukkan pola yang serupa Gambar 8, Lampiran 10. Seperti halnya M. rouxii, kompetisi nutrisi antara A. parasiticus dan Saccharomyces sp. tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan Saccharomyces sp.
Gambar 8. Penghambatan pertumbuhan A. parasiticus oleh Saccharomyces sp.,
A, A. parasiticus yang ditumbuhkan secara tunggal ; B, Jumlah
A. parasiticus di dalam campuran A. parasiticus dan Saccharomyces sp. ; C, Jumlah Saccharomyces sp. di dalam campuran
A. parasiticus dan Saccharomyces sp. ; D, Saccharomyces sp. yang ditumbuhkan secara tunggal
Pada hari terakhir inkubasi, terhadap campuran antara A. parasiticus dan M. rouxii serta campuran A. parasiticus dan Saccharomyces sp. dilakukan
pengamatan secara morfologi menggunakan kultur slide. Berdasarkan pengamatan secara visual, A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama-sama
dengan M. rouxii ataupun Saccharomyces sp. mengalami perubahan morfologi di
antaranya ukuran vesikel menjadi lebih kecil dan jumlah phialid yang terbentuk menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh M. rouxii dan Saccharomyces sp. terhadap morfologi A. parasiticus setelah inkubasi bersama selama 9 hari 1 Kontrol
A. parasiticus 2 A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama -sama dengan M. rouxii 3 A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama-
sama dengan Saccharomyces sp perbesaran 1000x
Vesikel merupakan bagian dari struktur Aspergillus yang terbentuk dari konidiofora yang mengalami pembengkakan. Vesikel lalu akan membentuk
phialid, dan selanjutnya phialid merupakan bagian untuk memproduksi konidia Bhatnagar et al. 2000. Apabila bentuk dan ukuran vesikel berubah serta jumlah
phialid yang terbentuk menjadi lebih sedikit, hal ini diduga akan berpengaruh 1
2
3
terhadap proses perbanyakan A. parasiticus karena berkaitan dengan jumlah konidia yang terbentuk.
Hasil penelitian Razzaghi-Abyaneh et al. 2005 menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan visual pada miselium A. parasiticus yang diiris
melintang setelah diberi perlakuan ekstrak daun neem sebesar 1,56 akan terjadi pembentukan vakuola pada sitoplasma miselium, sementara bila konsentrasi
ekstrak dinaikkan menjadi 50 akan terjadi gangguan pembentukan dinding sel miselium. Zohri et al. 1997 melaporkan bahwa A. parasiticus var. globosus IMI
120920 yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung natrium selenit 0,5 menyebabkan perubahan bentuk pada sterigmata dan ujung konidia telah
bergerminasi walaupun masih di dalam rantai konidia, sedangkan bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung kalium telurit 0,5 akan
menyebabkan sterigmata dan konidia membesar serta konidiofor menjadi lebih ramping dan membentuk cabang seperti bentuk Penicillium.
Selain itu hasil pengamatan morfologi pada kultur slide juga menunjukkan bahwa ukuran sel Saccharomyces sp. mengalami perubahan menjadi lebih kecil.
Sel Saccharomyces sp. yang ditumbuhkan secara tunggal memiliki ukuran 6,75-13,5
µ m x 6,75-27
µ m, sedangkan yang ditumbuhkan bersamaan dengan
A. parasiticus, ukuran sel menjadi 4-12 µ
m x 4-21 µ
m Gambar 9. Hasil penelitian Xu et al. 2003 menunjukkan bahwa spora A. flavus subsp parasiticus
yang ditumbuhkan bersama-sama dengan L. plantarum ATCC 8014 akan mengalami pembengkakan, sementara L. plantarum ATCC 8014 sendiri juga
mengalami perubahan ukuran sel menjadi lebih besar dengan adanya A. flavus subsp. parasiticus.
Kemampuan Saccharomyces sp. menghambat pertumbuhan A. parasiticus selain disebabkan oleh kompetisi nutrisi di antara kedua mikroba, diduga juga
disebabkan oleh Saccharomyces sp. menghasilkan enzim β
-glukonase yang dapat melisis dinding sel kapang A. parasiticus. Menurut Ray 2001 sel khamir
dapat menempel dengan kuat pada miselia kapang dan memproduksi enzim β
-glukonase yang dapat melisis dinding sel kapang. Kemampuan Saccharomyces sp. dalam melisis miselia kapang A. parasiticus dapat diketahui
melalui uji interaksi langsung khamir dengan kapang secara in vitro menurut
modifikasi metode Chan dan Tian 2005. Pada Gambar 10 terlihat bahwa sel Saccharomyces sp. dapat menempel pada hifa A. parasiticus dan hal ini diduga
karena aktivitas enzim β
-glukonase yang diproduksi Saccharomyces sp.
Gambar 10. Interaksi Langsung Saccharomyces sp. dengan A. parasiticus perbesaran 400x
Hasil penelitian Chan dan Tian 2005 menunjukkan aktivitas enzim β
-1,3-glukonase dan ekso-kitinase khamir Pichia membranefaciens lebih tinggi dibandingkan Cryptococcus albidus. Kondisi ini menyebabkan kemampuan
khamir P. membranefaciens menempel pada kapang patogen Monilinia fructicola, Penicillium expansum dan Rhizopus stolonifer menjadi lebih tinggi dibanding
khamir C. albidus. Pengaruh Filtrat
M. rouxii dan Saccharomyces sp. terhadap Pertumbuhan A. parasiticus dan Biosintesis Aflatoksin