commit to user
59
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji F setelah dimasukkan variabel pengontrol yang ditunjukkan pada tabel diatas dapat
dilihat p-value 0,05 yaitu sebesar 0,000
a
dengan nilai F sebesar 7,784 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga variabel independen
tetap memiliki pengaruh yang kuat terhadap dependen meskipun dimasukkan variabel pengontrol kedalam uji F.
2. Uji T atau Pengaruh Secara Parsial
Uji T merupakan uji pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut
ini adalah hasil uji T dalam penelitian dengan menggunakan tingkat signifikansi 5 0,05:
Tabel IV. D. 1-1 Sebelum Dimasukkan Variabel Pengontrol
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1 Constant
,508 ,074
6,849 ,000 INST
,034 ,095
,030 ,359 ,720 ROA
-1,272 ,309
-,423 -4,120 ,000 FCF
,089 ,399
,022 ,223 ,824 a. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
commit to user
60
Hipotesis ke-2 bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan. Pada tabel IV. D. 1
menunjukkan bahwa arah koefisien regresi kepemilikan institusional INST positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang LEV perusahaan,yaitu nilai koefisien regresi 0,034 dengan nilai p-value 0,72 0,05 sehingga H
2
ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Shleifer dan Vishny 1986 dalam Yani 2002 bahwa
dengan adanya konsentrasi kepemilikan maka pemegang saham besar seperti institutional investor akan dapat memonitor tim manajemen secara
lebih efektif sehingga akan membatasi perilaku opportunistik yang mungkin akan diambil manajer. Semakin tinggi kepemilikan institutional
maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan serta
penggunaan utang oleh manajer. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi financial distress dan risiko kebangkrutan. Hasil ini pun bertolak belakang dengan penelitian Wahidahwati 2002, bahwa
kehadiran kepemilikan institusional pada industri manufaktur mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap rasio hutang. Pengaruh yang
tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena kepemilikan silang dalam perusahaan yang digunakan sebagai sampel tidak terdeteksi secara akurat,
jenis pihak institusional pun dapat mempengaruhi hasil dari penelitian
commit to user
61
karena jenis dari pihak institusional dapat berupa kepemilikan pemerintah maupun swasta.
Hipotesis ke-3 bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas ROA terhadap kebijakan hutang. Pada tabel IV. D. 1 menunjukkan
bahwa arah koefisien regresi profitabilitas ROA negatif dan secara statistik signifikan terhadap kebijakan hutang LEV perusahaan,yaitu nilai
koefisien regresi -1,272 dengan nilai p-value 0,000 0,05 sehingga H
3
diterima. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka kebijakan hutang akan mengalami penurunan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Neti 2009, Dewi 2008, dan Jensen et, al 1992. Semakin besar tingkat profitabilitas yang dimiliki
suatu perusahaan, maka kebijakan hutangnya pun akan semakin berkurang karena ketersediaan dana yang dimiliki sudah mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan sehingga tidak perlu dana eksternal dari luar perusahaan.
Hipotesis ke-4 bertujuan untuk menguji pengaruh free cash flow FCF terhadap kebijakan hutang. Pada tabel IV. D. 1 menunjukkan bahwa
arah koefisien regresi free cash flow FCF positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan hutang LEV perusahaan, yaitu nilai
koefisien regresi 0,089 dengan nilai p-value 0,824 0,05 sehingga H
4
ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Jensen 1986, Neti 2009, dan Isrina 2006 yang menjelaskan bahwa free cash
flow mempunyai hubungan yang signifikan dan positif. Walaupun
commit to user
62
demikian penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu bahwa hubungan antara free cash flow dan kebijakan hutang yang positif. Dengan adanya
utang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaaan aliran kas yang berlebihan oleh manajer, dengan demikian dapat menghindari investasi
yang sia-sia, karena ketika utang meningkat maka manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman
pokoknya secara periodik sehingga dana yang tersisa menjadi kecil. Hal ini dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas perusahaan.
Dengan kata lain perusahaan-perusahaan dengan free cash flow besar yang mempunyai level utang tinggi akan menurunkan agency cost of free cash
flow Jensen, 1986 karena peningkatan utang akan menurunkan pelanggaran dalam penggunaan cash flow yang ada dalam perusahaan
sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajer. Penulis menduga perbedaan hasil penelitian ini disebabkan
karena perbedaan periode dan sampel penelitian serta proksi yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang LEV dipengaruhi signifikan oleh profitabilitas ROA dengan persamaan
matematis: LEV= 0,508+ 0,034 INST- 1,272 ROA+ 0,089 FCF
Lalu untuk hasil uji T setelah dimasukkan variabel pengontrol adalah sebagai berikut:
commit to user
63
Tabel IV. D. 1-2 Setelah Dimasukkan Variabel Pengontrol
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1 Constant
,451 ,077
5,855 ,000 INST
,066 ,094
,058 ,698 ,486 ROA
-1,646 ,344
-,548 -4,785 ,000 FCF
,018 ,393
,005 ,046 ,963 MBVA
,048 ,021
,227 2,312 ,022 a. Dependent Variable: LEV
Sumber: Hasil output SPSS 17.0
Setelah uji T dimasukkan oleh variabel pengontrol, tidak mengubah hasil hipotesis dalam penelitian ini. Dari ketiga variabel
independen hanya satu yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu ROA dengan tingkat signifikan 0,000 0,05 dan
mempunyai pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang LEV. Tetapi hasil uji T ini menunjukkan bahwa variabel pengontrol MBVA
mempunyai pengaruh signifikan 0,0220,05 dan positif terhadap kebijakan hutang LEV sehingga apabila tingkat set kesempatan investasi
suatu perusahaan MBVA besar, maka kebijakan hutang LEV pun meningkat pula. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tettet dan Jogiyanto 1999 bahwa rasio MVABVA
commit to user
64
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang. Lalu persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:
LEV= 0,451+ 0,066 INST- 1,646 ROA+ 0,018 FCF+ 0,048 MBVA
3. Koefisien Determinasi R