Konsep Investment Opportunity Set IOS

commit to user 22 Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan free cash flow untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan para pemegang saham. Free cash flow yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan buruk yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan. Tetapi para pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka. Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengenai pengelolaan free cash flow, maka timbullah agency problem. Oleh karena itu, pihak manajemen lebih baik membagikan free cash flow agar dapat menekan biaya agensi atau agency cost.

6. Konsep Investment Opportunity Set IOS

Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi keuangan dari kegiatan ekonomi masa lalu historical dalam commit to user 23 laporan keuangan digunakan sebagian pihak sebagai dasar menilai perusahaan, namun hal ini hanya dapat menilai perusahaan berdasar nilai bukunya, sementara pihak lain memandang nilai perusahaan bukan hanya dari aset yang mereka miliki tapi juga investasi yang akan dikeluarkan di masa datang. Adanya pilihan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan di masa datang merupakan kesempatan bertumbuh bagi perusahaan yang akan menaikkan nilai perusahaan. Pilihan-pilihan investasi di masa datang ini kemudian dikenal dengan istilah Set Kesempatan Investasi atau Investment Oportunity Set IOS. Proksi pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan oleh para peneliti Gaver dan Gaver, 1993; Jones dan Sharma, 2001; dan Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Isrina Damayanti, 2006 dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Price-based proxies proksi berdasarkan harga, pendekatan ini berdasar pada pemikiran bahwa harapan pertumbuhan perusahaan dinyatakan, paling tidak, secara parsial dalam harga saham, sehingga perusahaan bertumbuh akan memiliki nilai pasar lebih tinggi relatif terhadap aset yang dimiliki asset in place. Proksi berdasarkan harga ini berbentuk rasio sebagai suatu ukuran aset yang dimiliki dengan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian- penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar harga dalam pengukuran IOS antara lain adalah: market to book value of equity, market to book value of assets, torbin’s Q, earnings to price ratios dan commit to user 24 ratio of property, plant, and equipment to firm value serta ratio of depreciation to firm value. 2. Investment–based proxies proksi berdasarkan investasi, pendekatan ini berdasar pada pemikiran bahwa tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS suatu perusahaan. Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan memiliki investasi dengan tingkat yang tinggi pula sebagaimana IOS telah dikonversikan ke dalam assets in place waktu demi waktu. Proksi berdasarkan investasi ini berbentuk rasio yang membandingkan ukuran investasi dengan ukuran asset yang telah miliki atau hasil operasi dari asset yang telah dimiliki. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitianpenelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar investasi dalam pengukuran IOS anrata lain adalah: ratio of RD expense to assets, ratio of RD to sales, ratio of capital expenditure to total assets, ratio of capital expenditure to firm value, investment intensity, investment to sales ratio, ratio of capital additional to assets book value dan log of firm value. 3. Variance measures proksi berdasarkan varian, pengukuran ini berdasar pada pemikiran bahwa opsi-opsi investasi menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yangmendasari peningkatan aktiva. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya sebagai proksi berdasar varian dalam commit to user 25 pengukuran IOS antara lain adalah: variance of returns, assets betas dan the variance of assets deflated sales. Penelitian ini menggunakan proksi IOS berdasarkan harga dengan rasio market to book value of asset MBVA. Rasio MBVA menggambarkan pertumbuhan aktiva dan ekuitas perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio MBVA yang tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. Semakin tinggi MBVA semakin besar aset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk tumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, return saham meningkat dan hutang pun akan meningkat karena itu semua memerlukan dana yang cukup untuk semua kegiatan operasinya. Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak eksternal perusahaan yaitu investor dan kreditor. Menurut Barclay et al 1998 perusahaan yang pertumbuhannya tinggi akan mempunyai kesempatan yang besar yang memungkinkan untuk membayar dividen yang rendah karena mereka mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai investasinya secara internal sehingga perusahaan tidak tergoda untuk membayar bagian yang lebih besar labanya kepada pihak luar. Sebaliknya perusahaan yang pertumbuhannya rendah berusaha menarik dana dari luar untuk mendanai investasinya dengan mengorbankan sebagian besar labanya dalam bentuk dividen maupun bunga. Penentuan kebijakan commit to user 26 pendanaan dan dividen ini berkaitan dengan masalah free cash flow perusahaan. 27 B. PENELITIAN TERDAHULU Berikut ini adalah tabel hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti: Tabel II. B Hasil Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Variabel Hasil 1 Isrina Damayanti 2006 Free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, rasio market to book value of asset, dividend yield, debt to equity ratio. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang. Sedangkan free cash flow dan rasio market to book value of asset berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Lalu dividend yield berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang. 2 Lisya Hayuning Westri 2009 Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dividend payout ratio, debt ratio leverage, firm size, growth. Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Namun variabel kontrol firm size dan growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, serta firm size dan growth tidak berpengaruh terhadap hutang. 3 Neti Kurniasih 2009 Kepemilikan institusional, profitabilitas, free cash flow, rasio leverage. Kepemilikan institusional, profitabilitas, free cash flow secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio leverage. Kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. 28 4 Dewi 2008 Ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas, hutang. Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap hutang. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang. 5 Intan Putri Wijaya 2009 Penjualan, Dividend Payment, Cash Flow, Kebijakan Hutang Variabel penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Dividend payments tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Cash Flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 6 Ari Hidayat Yulianto 2010 Kepemilikan institusional, free cash flow, kebijakan dividen, kebijakan hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara simultan, kepemilikan institusional, free cash flow, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. commit to user 29 C. KERANGKA PEMIKIRAN Gambar II. C Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang suatu perusahaan. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Dalam penelitian ini, baik secara simultan maupun parsial ingin membuktikan bahwa ketiga variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Tetapi, untuk mengetahui apakah ketiga variabel independen ini memang Independen Dependen Kepemilikan Institusional Profitabilitas Free Cash Flow Kebijakan Hutang Variabel Kontrol IOS commit to user 30 benar-benar memiliki pengaruh yang kuat atau tidak dimasukkanlah variabel kontrol, yaitu IOS. D. HIPOTESIS Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis yang berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang, yaitu: Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik agensi. Masing-masing variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan suatu perusahaan dalam mengambil hutang. Secara parsial faktor-faktor tersebut memberikan kontribusi dalam menentukan kebijakan hutang. Artinya bahwa masing-masing variabel secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Maka peneliti berasumsi bahwa faktor-faktor tersebut secara simultan juga berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dengan adanya asumsi tersebut maka hipotesis yang didapat adalah: H 1 : adanya pengaruh secara simultan variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, free cash flow terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. commit to user 31 2. Hipotesis yang berpengaruh secara parsial dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap kebijakan hutang, yaitu: a. Kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan karena orang yang memiliki saham diluar manajemen perusahaan pasti menginginkan agar investasinya tersebut mendatangkan keuntungan dan tidak dipakai untuk kegiatan perusahaan yang tidak diperlukan. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Kepemilikan institusional diharapkan dapat membantu mengurangi biaya keagenan atas free cash flow dan menjadi pengganti hutang jika kepemilikan institusi dapat memonitor aktivitas manajemen. Hal ini disebabkan karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan source of power yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan commit to user 32 semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan, serta penggunaan hutang oleh manajer. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kesulitan keuangan dan risiko kebangkrutan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Neti 2009 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H 2 : adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang. b. Profitabilitas terhadap kebijakan hutang Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan laba ditahan yang tinggi sudah menutup sebagian besar kebutuhan pendanaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang. commit to user 33 Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian Nuringsih 2005, variabel ROA mempunyai pengaruh negatif signifikan artinya bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka akan memperkecil besarnya penggunaan hutang sehingga dapat mengurangi agency cost. Ini pun sesuai dengan penelitian Neti 2009 bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan karena perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung untuk memperkecil hutang. Jika tingkat profitabilitas suatu perusahaan tinggi tetapi tetap menggunakan tingkat hutang yang tinggi pula, kemungkinan perusahaan mengalami financial distress dan diprediksi mengalami kebangkrutan oleh debtholder jika tidak mampu membayar hutang. Dengan adanya penelitian yang sebelumnya maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H 3 : adanya pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang. c. Free cash flow terhadap kebijakan hutang Free cash flow menggambarkan kepada investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi” menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Sementara bagi perusahaan yang mengeluarkan pengeluaran commit to user 34 modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan atau tidak. Pasar akan bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan mereka untuk mendapatkan dividen di masa depan. Kas tersebut biasanya akan menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Free cash flow yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan buruk yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Penggunaan hutang memungkinkan manajer untuk secara efektif mengikat janji mereka untuk mengeluarkan arus kas di masa depan. Hutang dapat merupakan suatu substitusi yang efektif untuk dividen. Sehingga hutang dapat mengurangi agency cost pada free cash flow dengan pengurangan arus kas yang tersedia dengan membelanjakan sesuai kebutuhan manajer perusahaan. Bila hutang meningkat maka manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman pokoknya secara periodik sehingga dana yang tersisa menjadi kecil. Hal ini dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Jensen 1986 menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara free cash flow dengan kebijakan hutang. Hal ini serupa dengan penelitian commit to user 35 Neti 2009 dan Isrina 2006 bahwa free cash flow mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa free cash flow mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, maka didapatlah hipotesis sebagai berikut: H 4 : adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang. commit to user 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Menurut Indriantoro dan Supomo 1999: 86, secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitian yang meliputi: tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan setting penelitian, unit analisis, horizon waktu, dan pengukuran construct.

1. Tujuan Studi

Dokumen yang terkait

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSAEFEK INDONESIA BEI.

0 2 30

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAA MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 15 22

Hubungan Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI.

0 1 18

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015)

0 0 18