Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama Metode Bimbingan Agama

sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. Dengan fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’ sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang di ridhoi Allah SWT.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama

Tujuan bimbingan menurut Ainurahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus, sebagai berikut: 1 Tujuan Umum Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. 2 Tujuan Khusus a Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi diri sendirinya. b Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi. c Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik. 13

b. Fungsi Bimbingan Agama

Menurut Dewa ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai: 1 Fungsi Preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya, merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. 2 Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu. 3 Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu terbimbing 4 Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan. 14 13 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII Press, 2001, hal. 36. 14 Ibid., h. 26-27

3. Metode Bimbingan Agama

Dalam pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 15 Metode barasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos’ berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari “metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat admistrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media. Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat. Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana pembimbing memiliki persyaratan yang lain: b Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien 15 H M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet. ke-6, hal. 43 c Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia d Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan tentram. e Pembimbing harus bisa memberikan pertanyaan yang bersifat tidak menyinggung perasaan . f Pembimbing harus menunjukan etika baiknya dan menjadi tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.

b. Metode Group Guidance Bimbingan Secara Berkelompok

Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan masyarakat lain. Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman- temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing- masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu terbimbing melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muroqobah melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT. Melalui ritual spiritual yang diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis Ta’lim ulama.

4. Materi Bimbingan Agama