BAB III GAMBARAN UMUM MAJILIS TALIM NURUL MUSTHOFA
H. Sejarah Berdirinya
Pada tahun 1998 majlis ta’lim pertama kali di pimpin oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf majlis Al-Irfan. Jumlah jamaahnya pun hanya 10
orang. Lima dari bogor dan lima dari Jakarta. Kelima jamaah dari Jakarta yaitu: Zainal, Syukri, Usman Aray, M. Yamin dan Ma’mun mereka
mengusulkan agar Habib Hasan bin Ja’far As segaf mengajar di Jakarta, ”kalau tetap di bogor dakwah Habib tidak akan berkembang.
Kemudian Habib Hasan melakukan shalat istikharah setelah sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin
Muhsin alattas. “setelah itu Habib Hasan bermimpi di suruh ziarah ke makam Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, yang terkenal dengan sebutan Habib
Kuncung, di Rawajati Kalibata, Jakarta Selatan. Maka Habib Hasan memulai dakwah dari Jakarta dengan cara
berkeliling dari rumah muridnya tersebut, yaitu Ciganjur, Cilindak, Pasar Minggu, Kampung Kandang, dan Pondok Indah.
Pada tahun 1999 jama’ah Majlis Ta’lim Al-Irfan semakin banyak, atas saran H. Jamalih bin H. Piun ssepuh setempat ia memindahkan tempat Ta’lim
ke Masjid Al-Akhyar di Kampung Kandang. Ketika saran itu di laksanakan yang hadir ada sekitar lima ratus orang. Selanjutnya jalan terbuka lebar
sendiri, masjid-masjid sekitar Cilandak membuka pintunya untuk acara Majlis Ta’lim Al-Irfan. Karena kewibawaan serta kharisma Habib Hasan, jumlah
jama’ah pun bertambah banyak. Yang tadinya hanya sepuluh orang menjadi seratus orang.
Pada tahun 2000, jama’ahnya bertambah kurang lebih delapan ratus orang, atas saran Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, dan setelah dimintakan
pertimbangan kepada Al-‘Alamah Habib Anis bin Al Habsyi, nama majlis ta’lim al-Irfan diganti manjadi majlis ta’lim nurul musthofa. Majlis talim
nurul musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah
SAW yang artinya “ Cahaya Pilihan”. Pada tahun 2002, syiar Majlis Ta’lim Nurul Musthofa kian meluas
mulai dari Warung Buncit, Mampang Prapatan, sampai ke Kalibata. Jumlah jama’ahnya pun bertambah menjadi sekitar dua ribu orang. Maka, Habib
Hasan pun membentuk tim Manajemen Nurul musthofa Tim manajemen inilah yang melakukan gebrakan dan terobosan yaitu mengumpulkan
jama’ahnya dari di suatu tempat, kemudian menuju area pengajian secara berkonvoi. Hal ini selain untuk menyemarakkan acara juga sebagai syiar
Islam. Tahun 2003, Majlis Nurul Mustahofa mulai berpindah-pindah tempat
yang asalnya dari rumah menuju ke masjid-masjid, sehingga hampir kurang lebih lima puluh masjid mendakwahkan ilmu-ilmu agama dengan pembacaan
Ratib Al- Alattas, Maulid Shimtud Durar, Shalawat Nabi, dan pembacaan kitab Nasahadiniyah yang di karang oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al
Haddad.
39
39
Majlis Talim Nurul Musthafa, Majalah Al-Kisah, No. 04Tahun VIII, Februari, 2008, hal, 123-125
Tahun 2004, majlis Nurul Musthofa dari yang ratusan menjadi ribuan orang yang, yang ditambah dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru
diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust, Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi, dan masih banyak lagi yang lain untuk mandakwahkan ilmunya dan
menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.
40
Tahun 2005, jumlah jama’ah menjadi sepuluh ribu sampai lima belas ribu orang. Habib Hasan pindah ke Kampung Manggis di depan Darul Aitam
baru di jalan Kahfi 1. di situ membangun rumah dan Mushallah di atas tanah hibah dari H. Abdul Gofar, Hj. Nur Utami dan H. Masturoh. Pada tahun ini
juga Habib Hasan mengokohkan Yayasn Nuul Musthofa yang diketuai oleh saudaranya, Habib Abdullah bin Ja’far As Segaf dan Habib Musthofa bin
Ja’far As Ssegaf. Yayasan ini pun mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI.
Tahun 2006, Majelis Ta’lim Nurul Musthofa berkembang semakin pesat. Masyarakat, tua-muda, semakin antusias. Undangan datang tak hanya
dari masjid, tapi juga dari bebagai kalangan masyarakat. Dan dari lima puluh masjid menjadi dua ratus lima puluh masjid di Jakarta. Pada tahun ini pula,
berdiri rumah kediaman Habib Hasan yang juga menjadi sekretaiat Yayasan Nurul Musthofa.
Tahun 2007, Yayasan Nurul Musthofa mendirikan gedung khusus kegiatan Ta’lim diatas tanah hibah, yang terletak persis di belakang kediaman
habib Hasan.
40
Wawancara Pribadi,Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Jakarta, 20 September 2008.
Kesibukan dakwah Habib Hasan memang padat. Ia menghabiskan usianya yang masih muda dengan berjuang menegakkan kalimat Allah dan ia
mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk berdakwah, mensyiarkan ajaran Rasulullah SAW. Ia ibarat lentera yang menyinari kegelapan dan beliau
memberikan penerangan
agama Islam
kepada siapa
saja yang
menginginkannya dan membutuhkannya. Adapun tujuan dakwah habib Hasan Assegaf adalah menjujung tinggi
al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda dan pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bershalawat. Mengikuti
kakek moyang beliau sampai kejunjung Nabi Besar Muhammad SAW. Dan mengajak para muslimin dan muslimat membaca al-Qur’an, membaca Ratib
Al-Atas dan Ratib Al-Haddad, mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah kepada para wali Allah ke tempat orang-orang Shaleh, dan membesarkan
nama Rasulullah dengan pembacaan maulid Nabi.
41
I. Visi, Misi dan Tujuan
Adapun visi, misi dan tujuan didirikannya Majlis Talim Nurul Musthofa adalah:
Visi :
Semata-mata untuk mengajak kepada Ummat manusia lebih khususnya generasi muda untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga
untuk mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran-ajaran agama Islam yang sebenarnya.
41
Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul, Musthofa Jakarta, 20 September 2008.
Misi :
Mengkhususkan kepada generasi muda agar memfigurkan dan mengidolakan satu sosok manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW agar
menjadi generasi muda yang mempunyai akhlak yang mulia.
Tujuannya :
Menggalang atau menjalin silaturahim diantara sesama ummat manusia lebih khusus umat Islam
Yaitu dengan satu visi, misi dan tujuan yang tidak menyimpang dengan tujuan adanya ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang dibawa
oleh para Anbiya Walmursalin. Visi dan misi diatas merupakan wujud nyata dari UUD 45 yang
tercantum dalam bab XII pasal 31 yang berbunyi; tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
42
J. Sarana dan Prasarana