Latar Belakang Status Oral Higiene Dan Periodontal Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rs Bunda Thamrin Dan Rsu Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah suatu penyakit sistemik yang terjadi akibat adanya kelainan dalam metabolisme karbohidrat yang sangat erat kaitannya dengan kondisi kekurangan insulin. 1 . Selain perubahan pada kadar glukosa, Diabetes melitus juga berhubungan dengan perubahan patofisiologis yang dapat meningkatkan faktor risiko penyakit periodontal. Berdasarkan penelitian terlihat bahwa pasien penderita penyakit Diabetes melitus memiliki insidensi yang lebih besar terhadap infeksi jamur dan bakteri penyebab penyakit periodontal. Penelitian lain menjelaskan bahwa insidensi Diabetes melitus berhubungan dengan hiposalivasi atau xerostomia, burning mouth, hilangnya kemampuan mengecap, perbesaran glandula salivarius, kandidiasis, lichen planus dan leukoplakia. 2 Pada tahun 2003, sekitar 194 juta orang menderita Diabetes melitus di seluruh dunia. Hal tersebut mencapai 5,1 dari populasi dunia dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 333 juta, atau 6,3 dari populasi dunia pada tahun 2025. 3 Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007, prevalensi Diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan glukosa darah pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun di perkotaan sebesar 5,7. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. 4 Diabetes melitus dibedakan atas 4 tipe, yaitu Diabetes melitus tipe 1, Diabetes melitus tipe 2, Diabetes melitus kehamilan gestational, dan Diabetes melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 1 adalah Diabetes melitus yang tergantung pada insulin, sedangkan tipe 2 adalah Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin. Secara umum, hampir 80-90 prevalensi Diabetes melitus adalah Diabetes melitus tipe 2. 1,5 Tanda dan gejala pada rongga mulut yang sering ditemukan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu adalah hiposalivasi, halitosis, gingivitis, burning mouth, penurunan kemampuan merasa, apthous stomatitis dan periodontitis. Pada pemeriksaan rongga mulut, lesi yang paling umum dijumpai adalah kandidiasis, diikuti oleh lesi proliferatif dan ditandai oleh hiperplasia yang kemungkinan dapat menyebabkan neoplasia. 2 Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang dapat berperan sebagai faktor risiko terhadap terjadinya periodontitis dan memperburuk kesehatan periodontal. 6 Menurut penelitian Butar-butar, rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 2 adalah 2,69 ± 0,95 yang termasuk dalam kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes yaitu 1,07 ± 0,77 yang termasuk dalam kategori baik. 7 Hasil penelitian ini mendukung penelitian Taylor dan Borgnakke yang menyatakan periodontitis merupakan komplikasi Diabetes melitus. Taylor mengidentifikasi 48 penelitian pada tahun 1960 sampai 2000 dan membahas mengenai hubungan penyakit periodontal pada penderita Diabetes melitus. Hasil penelitian 44 studi mendukung Diabetes melitus sebagai faktor risiko terjadinya periodontitis. 8 Penelitian Hidayati, Mu’afiro dan Suwito menyatakan adanya hubungan oral higiene terhadap tingkat periodontitis pada penderita Diabetes melitus tipe 2 dengan odd rasio 2,8. 9 Penderita Diabetes melitus dengan kebersihan mulut yang kurang baik dan ada penumpukan kalkulus sering mengalami peradangan gingiva yang parah, pembentukan poket yang dalam dan abses periodontal. Pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis daripada pasien non- diabetes. Hasil penelitian Butar-butar pada tahun 2014 menunjukkan rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu 2,23 ± 0,97 dalam kategori sedang. Skor ini dibandingkan dengan pasien non-diabetes yang terlihat lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk dalam kategori baik. 7 Berdasarkan yang diuraikan, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui status oral higiene dan periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 2 di RS Bunda Thamrin dan RSU Adam Malik Medan. Kedua rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien Diabetes melitus disana mencukupi untuk dijadikan sampel penelitian karena pasien melakukan rawat jalan secara berkala.

1.2 Rumusan Masalah