1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi yang semakin canggih membawa banyak perubahan diberbagai sektor, tak terkecuali perubahan dalam hal perilaku masyarakat. Hal ini ditandai dengan
beralihnya masyarakat industri menuju masyarakat informasi information society. Masyarakat informasi dapat dilihat melalui berbagai perspektif yang meliputi aspek teknologi,
ekonomi dan budaya. Pada perspektif teknologi, aspek perkembangan teknologi mencakup segala kegiatan mulai dari pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan dan penyampaian
informasi menjadi hal utama. Perspektif ekonomi memiliki makna seberapa jauh dampak ekonomis yang dihasilkan oleh informasi. Sedangkan perspektif budaya menjadi hal yang
mudah diamati karena penyebaran budaya dapat terjadi begitu cepat melalui penyebaran informasi.
Perubahan budaya ini menempatkan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang paling berharga. Informasi sudah menjadi bagian dari masyarakat dalam mendukung berbagai
aktivitas mereka seharihari. Oleh karena itu, produksi informasi yang terus meningkat tajam harus diikuti dengan keterampilan menggunakan dan memanfaatkan informasi tersebut.
Keterampilan ini diharapkan akan sangat berguna dalam mencari, memilih dan memilah sumbersumber informasi terpercaya serta menyajikan informasi secara etis.
Budaya informasi merupakan bagian dari manajemen pengetahuan. Penerapan budaya informasi dapat memaksimalkan pengetahuan yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan
di dalam organisasi. Jika suatu pengetahuan tidak dibagikan shared atau didistribusikan, maka pengetahuan tersebut tidak akan berguna, bahkan nilai pengetahuan bisa hilang jika
tidak digunakan dalam jangka panjang dan proses pembelajaran di dalam organisasi akan terhambat. Namun, banyak organisasi yang belum memahami potensi pengetahuan di dalam
diri karyawannya Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delphi Group menunjukkan bahwa pengetahuan dalam organisasi tersimpan paling banyak dalam pikiranotak karyawan
sebesar 42, sedangkan sisanya berada di dalam dokumen tercetak, dokumen elektronik, dan knowledge base elektronik Setiarso, 2009: 8. Salah satu cara pendekatan yang berpusat pada
manusia untuk memaksimalkan pengetahuan adalah dengan menumbuhkan budaya informasi
Universitas Sumatera Utara
2
yang kondusif terutama dalam proses menciptakan creation, berbagi sharing, komunikasi dan memanfaatkan utilization informasi. Disamping itu, budaya informasi merupakan suatu
elemen yang penting dalam tranformasi organisasi. Masalah budaya menyangkut pembentukan perilaku kolektif, nilainilai yang kondusif dan suportif sehingga membutuhkan
proses yang tidak mudah, baik dari sisi waktu maupun biaya. Untuk itu, perlu adanya peran kepemimpinan serta komitmen manajemen senior untuk memimpin langsung proses
perubahan dengan memberikan keteladanan dan konsistensi sehingga budaya informasi dapat berjalan dengan baik di dalam sebuah organisasi.
Budaya informasi memiliki keterkaitan dengan budaya organisasi dalam suatu perusahaan. Budaya organisasi dapat dikatakan sebagai arah tujuan dari suatu perusahaan.
Organisasi bekerja untuk mencapai suatu visi, misi, melalui programprogram yang tepat, dan pola kerja yang sesuai dengan target yang ditentukan. Budaya organisasi memberikan
panduan cara kerja atau prosedur kepada karyawan mengenai pekerjaan yang dilakukan agar lebih produktif. Produktivitas karyawan terlihat dari lama pengerjaan suatu pekerjaan dan
berapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu tertentu. Hal yang lebih penting dari budaya organisasi adalah berorientasi kepada hasil. Mengingat perusahaan memiliki daya
saing yang tinggi dan bersifat kompetitif, maka Sumber Daya Manusia SDM perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia merupakan investasi paling penting bagi perusahaan dan
merupakan kunci keberhasilan perusahaan agar tetap survive dan berkembang dengan baik. Peningkatan sumber daya manusia ini dapat diberikan melalui budaya informasi seperti
program pelatihan yang efektif. Efek dari program pelatihan yang diberikan dapat meningkatkan kerja, keterampilan, sikapmoral dan potensi suatu organisasi.
Melihat kaitan budaya informasi dan budaya organisasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka budaya informasi menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan bagi
perusahaan yang ingin meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman karyawannya di semua level organisasi.
Dengan melihat pentingnya budaya informasi dalam suatu perusahaan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka suatu penelitian mengenai budaya informasi perlu dilakukan di
dalam organisasi, tak terkecuali di bidang jasa. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah PT. Telkom Divisi Unit Enterprise Regional 1 Sumatera yang bergerak dalam
memberikan layanan kepada Corporate Pelanggan. Selain itu, PT. Telkom Divisi Unit Enterprise Regional 1 Sumatera bertindak sebagai delivery channel ke pelanggan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
3
PT. Telkom Divisi Unit Enterprise Regional I Sumatera menggunakan berbagai teknologi, peralatan, dan fasilitas untuk mendukung penyediaan pelayanan kepada pelanggan, baik yang
dioperasikan unit lain di PT. Telkom maupun yang dikelola sendiri. Karena, bagi perusahaan ini pelayanan sepenuhnya kepada pelanggan merupakan strategi yang utama demi
keberhasilan perusahaan.
Untuk menggali permasalahan yang terdapat dalam perusahaan, wawancara singkat mengenai budaya informasi pada PT. Telkom Divisi Unit Enterprise Regional 1 Sumatera,
kepada salah satu karyawan perusahaan yang menjabat sebagai Asisten Manager yang bertugas untuk mengidentifikasi kompetensi para karyawan Telkom Enterprise untuk
mendapatkan informasi tambahan sebagai langkah awal penelitian.
Permasalahan budaya informasi tidak terlepas dari permasalahan budaya organisasi di PT. Telkom Divisi Unit Enterprise Regional 1 Sumatera. Permasalahan dalam budaya organisasi
yakni adanya pergantian kepemimpinan yang berlangsung dalam waktu yang singkat. Pada umumnya, pimpinan perusahaan PT. Telkom tidak memiliki cukup waktu untuk mengawali
dan memimpin suatu perubahan hingga tuntas. Berdasarkan wawancara singkat, kepemimpinan di perusahaan tersebut ratarata berusia 2 tahun hingga 3 tahun. Selain itu,
jajaran direksi yang baru terkesan tidak ingin melanjutkan proses perubahan yang sudah dimulai oleh jajaran direksi lama yang digantikan. Namun, di waktu yang singkat tidak
menjadi halangan untuk dapat melakukan perubahan seperti budaya organisasi The Telkom Way 135.
The Telkom Way 135 merupakan kebijakan perusahaan dalam meningkatkan pelayanan dan secara resmi diluncurkan pada tanggal 26 Maret 2003. The Telkom Way 135 diciptakan
untuk menyamakan pikiran dan langkah karyawan dalam menghadapi persaingan bisnis InfoCom. The Telkom Way 135 memuat :
1 satu Asumsi Dasar : Commited 2U 3 tiga Nilai Inti : Pelanggan Value, Excellent Service dan Competent People.
5 lima Perilaku : Stretch the Goals mencapai target yang lebih tinggi, Simplify Efisiensi dan efektivitas cara kerja, Involve Everyone membangun kerjasama dan sinergi, Quality is
My Job mengutamakan kualitas, dan Reward the winner memberikan respek dan penghargaan.
Universitas Sumatera Utara
4
The Telkom Way 135 telah menjadi acuan utama bagi seluruh karyawan dalam mewujudkan pendekatan budaya yang efektif. Budaya ini telah memberi dampak terhadap
produktivitas dan kinerja yang semakin meningkat. Tidak hanya itu, bahkan semangat kerja karyawan ikut meningkat kerena adanya budaya The Telkom Way 135.
Budaya organisasi The Telkom Way 135 dapat dijadikan sebagai sistem kontrol sosial di PT. Telkom sehingga para karyawan memiliki satu kebudayaan yang sama. Dengan
kebudayaan yang sama akan berdampak kepada perilaku dan cara berfikir para karyawan sehingga tujuan PT. Telkom dapat lebih efektif. PT. Telkom telah berhasil menciptakan
pengendalian sistem sosial terhadap para karyawan melalui budaya organisasi ini.
Melihat perubahan transformasi perusahaan PT. Telkom, maka perusahaan tersebut perlu menjawab tantangan dalam penerapan budaya informasi yakni bagaimana
mengimplementasikan budaya informasi untuk mendukung strategi perusahaan. Lalu, bagaimana perusahaan PT. Telkom memposisikan budaya organisasi The Telkom Way 135
untuk mendorong implementasi budaya informasi.
Namun, dalam menerapkan budaya organisasi tersebut tidaklah mudah. Selain butuh waktu, penerapan budaya tersebut tidak bisa secara langsung dan kemungkinan adanya suatu
penolakan dari beberapa karyawan seperti banyak karyawan lama yang tidak mencoba mengubah cara kerja berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh. Karyawan lama hanya
terpaku kepada satu cara atau metode untuk menyelesaikan suatu persoalan. Mengasumsikan bahwa cara atau metode yang dilakukan selama ini merupakan cara terbaik dan ampuh. Hal
ini terjadi dikarenakan mungkin belum ada kesadaran diri karyawan mengenai betapa pentingnya budaya informasi yang mungkin dapat membawa perubahan dalam budaya
organisasi perusahaan.
Disamping itu, secara umum pengambilan suatu keputusan bersifat managerial. Artinya, semua keputusan atau kebijakan mengenai strategi dan pengimplementasian budaya informasi
ditentukan dan diputuskan oleh seorang pimpinan. Ketika seorang pimpinan berada di suatu kondisi yang sangat kritis, misalnya perusahaan mengalami penurunan pendapatan, seorang
pimpinan mungkin mengembangkan suatu rencana sebelum mengetahui dampak rencana tersebut. Apabila pimpinan memiliki sifat diktator serta tidak ingin mendengarkan masukan
positif dari bawahan maka akan mempengaruhi cara para karyawan menggunakan informasi di dalam suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5
Melalui pengamatan awal, terlihat bahwa banyak karyawan kurang aktif mencari informasi dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan dari berbagai sumber di dalam
maupun di luar perusahaan. Ketika karyawan mengalami kesulitan pekerjaan maka pekerjaan menjadi tertunda. Ini kemungkinan diakibatkan kurangnya tindakan inisiatif beberapa
karyawan untuk mencoba mencari informasi yang lebih untuk membantu suatu pekerjaaan.
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang telah disinggung, penulis merasa tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut mengenai budaya informasi pada karyawan PT. Telkom Divisi Unit
Enterprise Regional UNER 1 Sumatera, sejauh mana budaya informasi mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan mereka dibidang jasa telekomunikasi, maka penulis menetapkan judul
“Budaya Informasi pada Karyawan PT. Telkom Indonesia Divisi Unit Enterprise Regional UNER 1 Sumatera”.
1.2. Rumusan Masalah