perempuan yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Anak-anak dari ibu dengan GDM memiliki risiko lebih besar mengalami obesitas dan diabetes
pada usia dewasa muda.
1,7,8
2.2.4 Diabetes melitus “Tipe Spesifik Lain” .
Defek genetik pada fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas pankreatitis, pankreatektomi, endokrinopati, akromegali, sindrom
Cushing dan hipertiroidisme tergolong di dalam tipe ini. Penggunaan narkoba atau obat zat kimia, infeksi contohnya rubella kongenital, sitomegalovirus, penyebab
imunologi yang jarang seperti antibodi antiinsulin, dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM seperti syndrome Down, syndrome Klinefelter juga
tergolong ke dalam tipe ini.
1,7-9
2.3 Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi menyebabkan terjadinya penyakit lain paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah
yang tinggi secara terus menerus, sehingga mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya di dalam tubuh. Zat kompleks yang terdiri
dari glukosa di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan
berkurang, terutama yang menuju kulit dan saraf.
7-11
2.3.1 Komplikasi Sistemik
Universitas Sumatera Utara
Komplikasi sistemik diabetes berhubungan dengan deposisi advanced glycation endproducts AGE pada berbagai jaringan terutama sistem vaskularisasi
dan sistem saraf perifer.
1,4,8
Perubahan sistem vaskularisasi meliputi angiopati dan pembentukan atheroma. Perubahan mikroskopis antara lain deposisi lipida, proliferasi
endotel dan pembesaran tunika intima kapiler di seluruh tubuh.
9,10
Perubahan makropatologis dapat diamati pada sistem sirkulasi secara esensial dan berkaitan dengan pembentukan atheroma atherosklerosis. Atheroma dihasilkan
dari deposisi AGE dan LDL yang berkonsekuensi menimbulkan kalsifikasi berbagai arteri di dalam tubuh. Atheroma mengakibatkan sirkulasi yang buruk dan
bertanggungjawab atas ulserasi dan gangren pada ekstremitas bawah. Komplikasi paling parah atheroma adalah adanya miokard infark, hipertensi, stroke, insufisiensi
koroner dan gagal ginjal.
8,9,11
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi melalui akibat DM adalah retinopati yang mungkin menyebabkan kebutaan, nefropati mungkin menyebabkan gagal
ginjal dan neuropati. Neuropati diabetik berkaitan dengan hiperglikemia dan hal tersebut terjadi karena meningkatnya absorpsi glukosa oleh sel-sel Schwann.
Beberapa manifestasi klinis yang berhubungan dengan neuropati antara lain nyeri terbakar, dan rasa baal terutama pada ekstremitas tubuh, kelemahan otot, dan
timbulnya parestesi pada rongga mulut.
1,7,8
Retina dan mikrosirkulasi glomerulus ginjal adalah organ yang paling terpengaruh. Retinopati diabetik merupakan penemuan umum pada pasien diabetes
tipe 1 dan kurang terlihat pada pasien diabetes tipe 2. Nefropati diabetes adalah
Universitas Sumatera Utara
penyebab utama pasien diabetes tipe 1 akibat gagal ginjal. Pasien diabetes tipe 2 juga dapat mengalami penyakit ginjal akan tetapi prevalensinya lebih rendah.
1,7,8
2.3.2 Komplikasi Oral
Komplikasi oral yang dapat terjadi pada penderita diabetes tipe 1 maupun 2 dapat dilihat pada penderita diabetes tak terkontrol. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ketika kadar glukosa pada penderita terkontrol baik, maka manifestasi penyakit ini terhadap rongga mulut minimal bahkan hilang.
5
Manifestasi oral antara lain adalah penyakit periodontal, Serostomia, burning mouth syndrome BMS, Kandidiasis, penyembuhan luka yang lama dan abnormal,
peningkatan infeksi, penurunan aliran saliva dan pembesaran glandula saliva.
2,7,8
Beberapa komplikasi ini dapat secara langsung berhubungan dengan peningkatan cairan yang berkaitan dengan urinasi berlebihan pada penderita diabetes
tak terkontrol sedangkan kondisi lainnya, terutama Serostomia, dapat dipengaruhi atau secara langsung tergantung pada tipe perawatan yang diperoleh penderita.
Serostomia merupakan kondisi penurunan aliran saliva yang dapat memicu burning mouth syndrome BMS dan karies, dan dapat juga mengakibatkan perkembangan
bakteri patogen seperti kandidiasis.
1,2,7,8
Perkembangan karies dapat dipengaruhi oleh peninggian kadar glukosa pada sekresi saliva, terutama pada penderita diabetes tak terkontrol, sedangkan pada
penderita yang terkontrol hal tersebut kurang terjadi karena asupan karbohidratnya yang rendah. Secara statistik telah dibuktikan bahwa diabetes merupakan salah satu
faktor predisposisi perkembangan penyakit periodontal. Inflamasi gingiva, meskipun
Universitas Sumatera Utara
dengan kadar plak yang rendah, lebih berisiko pada penderita diabetes tak terkontrol dibandingkan pada penderita non diabetes.
4
Deposisi AGE pada dinding kapiler gingiva, kolagen ligamen periodontal dan matriks tulang alveolar, peningkatan kadar LDL dengan pembentukan atheroma,
hiperglikemia yang mempengaruhi penyembuhan luka periodontal normal, perubahan respon imun, peningkatan oksidasi, perubahan fungsi leukosit polimorfonuklear
PMN dan faktor genetik merupakan faktor-faktor yag berkontribusi terhadap perkembangan inflamasi jaringan periodonsium dan penyakit periodontal pada
penderita diabetes melitus.
7
2.4 Periodontitis