Penurunan Sensitivitas Rasa Akibat Pemakaian Pasta Gigi yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate pada Lansia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukarno AD, Makky AA,Yuliati. Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada perokok dan non perokok. Oral Biology Dental Journal 2009;1(2):19-23.

2. Sufini. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran, 2001:841-6.

3. Van Dam FS, Hilgers FJ, Emsbroek G, Touw FI, van As CJ, de Jong N. Deterioration of olfaction and gustation as a consequence of total laryngectomy. Laryngoscope. 1999 Jul;109(7 Pt 1):1150-5.

4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran (pengecapan). Alih Bahasa. Djauhari Widjajakusumah . Jakarta: EGC Penerbib Buku Kedokteran, 2002:183-6.

5. Sunariani J, Yuliati, Aflah B. Perbedaan persepsi pengecap rasa asin antara usia subur dan usia lanjut. Majalah Ilmu Faal Indonesia 2007;6(3): 182-91. 6. Anonymous. Mengapa pasta gigi enzim tidak mengandung sodium lauryl

sulfate (deterjen). 25/02/2015. Enzim tootpaste with enzyme

7. Kartika U. Habis sikat gigi kumur cukup sekali. 30 April 2014.

8. Nanci A. Oral histology: development, structure, and function. Mosby Elsevier. St Louis, Missouri: Mosby elsevier, 2008:343-8.

9. Roslan AN, Sunariani J, Makky AA. Penurunan sensitivitas rasa manis akibat pemakaian pasta gigi berdeterjen (Sodium Lauryl Sulphate 5%. Oral Biology Dental Journal 2009;1(2):19-23.

10. Nirmala MR. Cara sikat gigi yang benar. 15 Agustus 2014.


(2)

terhadap pertumbuhan plak dan sekresi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, 2013:12-32.

12. Fandra MD. Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan rasa pahit pada perokok dan non perokok. Departemen Biologi Oral Fakultas Mahasaraswati Denpasar, 2014: 30.

13. Simanullang P, Zuska F, Asfriyati. Pengaruh gaya hidup terhadap status kesehatan usia lanjut (lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan. Departemen Kesehatan Masyarakat USU, 2012:1-11.

14. Simamora MO. Perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan pahit pada perokok kretek di kelurahan padang bulan kota medan. Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Usu, 2012:4-5.

15. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk para medis (Indera pengecap dan pencium) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008:310-3.

16. Khurana Indu. Textbook of human physiology for dental students(Sense of taste). New Delhi: Reed Elsevier India Pv. Ltd., 2007:767-70.

17. Marya R K. A text book of phisiology for dental students (Taste and Smell). New Delhi: CBS Publishers & Distributors, 2002: 256-9.

18. Guyton AC, Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International, 2009:663-7.

19. Benerje A. Development of a automatic electrogustometer. Thesis. University of Sussex, 2011: 23-34.

20. Strassler HE. Toothpaste Ingredients Make a Difference: Patient-specific recommendations. Benco Dental J. 2010 2(4):102-10.

21. Maharani ET. Analisis kadar deterjen anionik pada sedian pasta gigi anak-anak. Jurnal kesehatan 2009; 2(2):1-5.

22. Winatha, IBA. Penggunaan sikat gigi khusus ortodontik lebih menurunkan akumulasi plak gigi dari pada sikat gigi konvensional pada pengguna alat ortodontik cekat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati denpasar, 2014; 37-43.


(3)

http://abc.net.au/worldtoday/content/3007/s1937822.htm

24. Storehagen S, Midha NOS. Dentifrices and mouthwashes imigredients and their use. Institutt for klinisk odontologi Universitas I Oslo.

25. Anonymous. Sodium Lauryl Sulfate. 18 November 2009. http//creative.com.mons,org/lieenscs/by-sa/3.0/

26. Herlofson BB, Barkvoll P.Sodium Lauryl Sulfate and recurrent aphthous ulcers a preliminary study. Departemen of Oral Surgery and \Oral Medicine. 1945: 257-9.

27. Almeida P. dkk. Saliva Composition and Functions: AComprehensive Review. The Journal of Contemporary Dental Practice, 2008;9(3)2:2-11.

28. Walker L. Factors Influencing Taste Perception. Fona international J. 2010; 1(2):1-2.

29. Walsh LJ. Clinical Aspects of Salivary Biology For The Dental Clinical.The University of Queensland. 2007;8(2);1-11.

30. Hasibuan S. Keadaan-keadaan di rongga mulut yang perlu diketahui pada usia lanjut. Majalah kedokteran gigi USU. 1998; 4:43.

31. Raymond CR, Paul JS, Paul JW. Sodium lauryl sulfate. Hanbook of pharmaceutical excipients. 4th Ed. London: CRC Press; 2003: 568-70.


(4)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain penelitian Pretest dan Posttest Design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate terhadap penurunan sensitivitas rasa manis di rongga mulut lansia dan bukan lansia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di:

1. Laboratorium Kimia FMIPA USU untuk membuat larutan sukrosa sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan.

2. Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti, Jln. Yos Sudarso Km.16 Desa Martubung Kec. Labuhan Deli.

3. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan larutan selama satu minggu, dilanjutkan dengan pengambilan data selama satu bulan. Pengolahan data dilakukan selama dua minggu, dan diakhiri dengan penulisan hasil dan pembahasan dilakukan selama satu bulan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah kelompok lansia yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti, dan kelompok bukan lansia yang beraada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3.3.2. Sampel Penelitian

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:

Keterangan :

n1 = besar sampel lansia

n2 = besar sampel dewasa muda

Z(1-σ/2) = derajat batas atas; untuk α = 0,05  Z(1-σ/2)= 1,96 Z(1-β) = derajat batas bawah;untuk β = 0,01  Z(1-β)= 1,282 σ = simpangan baku perkiraan perbedaan

= perkiraan harga mean populasi dari hasil penelitian sebelumnya = 30% =0,3

Dimana sebelumnya nilai σ dicari dengan rumus : σ2 =

Keterangan :

σ = simpangan baku perkiraan perbedaan n1 = besar sampel lansia

n2 = besar sampel dewasa muda Perhitungan :

1. Menghitung nilai σ σ2 =

σ2 =

σ2 = (2,73 + 4,79) = 0,299 24


(6)

2. Menghitung besar sampel n1 = n2 ≥

n1 = n2 ≥(0,299) (1,96+1,282)2 (0,3)2

n1 = n2 ≥3,148≥34,98 0,09

Jadi, sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 35 orang untuk kelompok lansia, dan 35 orang untuk kelompok bukan lansia.

3.4. Variabel penelitian 3.4.1. Identifikasi variabel

Variabel tak terkendali • Gizi

• Genetik

• Penyakit sistemik

• Ras

Variabel bebas

Sodium Lauryl Sulphate.

Variabel terikat

• Sensitivitas rasa manis.

Variabel terkendali : 1. Usia.

2. Kesehatan umum.

Tidak memiliki penyakit sistemik, seperti: a. Penyakit jantung

b. Penyakit diabetes mellitus c. Penyakit ginjal

d. Penyakit pernapasan

e. Gangguan/penyakit pada kelenjar saliva 3. Pasta gigi yang mengandung SLS.


(7)

3.5 Kriteria Inklusi

1. Lansia dengan usia 60-80 tahun yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti, Jln. Yos Sudarso Km.16 Desa Martubung Kec. Labuhan Deli.

2. Bukan lansia dengan usia 17-23 tahun yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Sampel dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak memiliki penyakit sistemik.

4. Kondisi rongga mulut sehat. 5. Tidak ada kelainan pada lidah.

6. Sampel bersedia menandatangi informed consent. 3.6 Kriteria Eksklusi

1. Peminum alkohol.

2. Memiliki riwayat penyakit sistemik atau alergi. 3. Sampel tidak kooperatif.

4. Perokok. 5. Penyirih.

3.7 Definisi Operasional

1. Lansia atau lanjut usia adalah kelompok orang yang telah berumur lebih dari 60 tahun.

2. Pengecapan adalah daya seseorang secara subjektif untuk mengetahui citarasa makanan/minuman.

3. Sensitivitas terhadap rasa manis terdistribusi pada keseluruhan lidah dan juga pada bagian mulut yang memiliki pengecap rasa (epiglotis, palatum lunak).

5. Pasta gigi adalah bahan semi aqueous yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles permukaan gigi yang terdiri dari kalsium karbonat yang halus, dicampur dengan gliserin ditambah dengan ramuan untuk menghambat tumbuhnya kuman-kuman dan memberi rasa segar agar disukai pemakai.


(8)

gigi.

7. Larutan sukrosa adalah larutan disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa.

8. Taste strips adalah alat untuk menguji sensitifitas indera pengecap yang terbuat dari kertas saring dengan ukuran 2x8 cm yang telah dikeringkan setelah sebelumnya dicelupkan ke dalam larutan dengan konsentrasi 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian 3.8.1 Alat Penelitian

1. Baker glass ( pyrex, indonesia ) 2. Kaca mulut.

3. Cotton roll. 4. Masker.

5. Sarung tangan ( hand gloves ) 6. Tissue.

7. Alat tulis.

8. Kertas saring whatman. 3.8.2 Bahan Penelitian 1. Aquades.

2. Larutan sukrosa dengan kosentrasi 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml 3.9 Prosedur Pengambilan Data dan Penelitian

Penelitian sensitivitas indra pengecapan dilakukan dengan menggunakan metode Paper Taste Strips Scoring.


(9)

3.9.1 Pembuatan Taste Strips

1. Pembuatan Taste strips di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan ukuran 2 x 8 cm dengan area yang dicelupkan ke dalam larutan 2 x 2 cm.

2. Pembuatan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang telah ditentukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Taste strips dicelupkan ke dalam larutan rasa dengan kosentrasi larutan 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, 0,4 g/ml dan diberi indeks skor.

3.9.2 Uji Sensitivitas Indra Pengecapan

a. Pemeriksaan Persepsi Rasa Sebelum Penyikatan Gigi

1. Sampel berkumur-kumur dengan larutan aquades 60 ml selama 10 detik. 2. Lidah dijulurkan dan dibersihkan dengan cotton roll.

3. Lakukan uji pengecapan dengan menggunakan taste strips. 4. Taste strips dicelupkan pada larutan sukrosa.

5. Taste strips diletakkan dibagian ujung lidah yang terdapat reseptor rasa manis. 6. Taste strips diletakkan dimulai dari satu daerah dengan konsentrasi berbeda

dimulai dari konsentrasi terendah dan ditingkatkansampai konsentrasi tertinggi.

7. Lakukan interpretasi rasa (+) atau (-), kemudian lakukan pencatatan hasil. b. Pemeriksaan Persepsi Rasa Setelah Penyikatan Gigi

1. Sampel menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS dengan metode Bass.

2. Sampel berkumur sebanyak 3x dengan aquades 60 ml selama 10 detik. 3. Lidah dijulurkan dan dibersihkan dengan cotton roll.

4. Lakukan uji pengecapan dengan menggunakan taste strips. 5. Taste strips dicelupkan pada larutan sukrosa.


(10)

7. Taste strips diletakkan dimulai dari satu daerah dengan konsentrasi berbeda dimulai dari konsentrasi terendah dan ditingkatkan sampai konsentrasi tertinggi.

8. Lakukan interpretasi rasa (+) atau (-), kemudian lakukan pencatatan hasil. 9. 10 menit kemudian, lakukan uji pengecapan dengan menggunakan taste

strips.

10. Taste strips dicelupkan pada larutan sukrosa.

11. Taste strips diletakkan dibagian ujung lidah yang terdapat reseptor rasa manis. 12. Taste strips diletakkan dimulai dari satu daerah dengan konsentrasi berbeda

dimulai dari konsentrasi terendah dan ditingkatkansampai konsentrasi tertinggi.

13. Lakukan interpretasi rasa (+) atau (-), kemudian lakukan pencatatan hasil. 14. 30 menit kemudian, lakukan uji pengecapan dengan menggunakan taste

strips.

15. Taste strips dicelupkan pada larutan sukrosa.

16. Taste strips diletakkan dibagian ujung lidah yang terdapat reseptor rasa manis. 17. Taste strips diletakkan dimulai dari satu daerah dengan konsentrasi berbeda

dimulai dari konsentrasi terendah dan ditingkatkansampai konsentrasi tertinggi.

18. Lakukan interpretasi rasa (+) atau (-), kemudian lakukan pencatatan hasil. 19. Lakukan analisis data dengan SPSS.

3.9.3 Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dengan kedua kelompok sampel tersebut diinstruksikan untuk berkumur dengan aquades sebanyak 40 ml. Kemudian sampel diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan dikeringkan dengan menggunakan cotton roll agar lidah kering dan tidak terdapat kontaminasi saliva.


(11)

1. Pemeriksaan sebelum menyikat gigi

a. Taste strips diletakkan pada bagian ujung lidah bergantian dimulai dari konsentrasi terendah sampai kosentrasi tertinggi diberi indeks scoring dari 1 sampai 4.

b. Taste strips diletakkan dibagian ujung lidah pada reseptor rasa manis dimulai dari kosentrasi terendah dan ditingkatkan sampai keempat kosentrasi dicobakan dan diberi tanda (+) untuk rasa yang dapat diinterpretasikan atau (-) untuk rasa yang tidak dapat diinterpretasikan.

c. 1 menit setelah pemeriksaan sensitivitas indera pengecap, kedua kelompok sampel tersebut diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS. Metode menyikat gigi yang digunakan adalah metode bass, yaitu :

- Posisi sikat membentuk sudut 450, kemudian gigi disikat secara lembut dan perlahan dengan cara memutar pada bagian oral dan vestibular.

- Pada bagian oklusal digunakan gerakan maju mundur pendek-pendek. - Pada bagian dalam gigi depan disikat secara vertikal.

2. Pemeriksaan setelah menyikat gigi

a. Setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS, kedua kelompok diinstruksikan untuk berkumur sebanyak 3x selama 10 detik. Berkumur dilakukan dengan cara masukkam air sebanyak 60 ml ke dalam mulut, kemudian digerakkan dengan cara pipi dikembang kempiskan sehingga air kumur mengenai semua bagian dalam mulut.

b. Sampel diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan dikeringkan dengan menggunakan cotton roll agar lidah kering dan tidak terdapat kontaminasi saliva

c. Ttaste strips diletakkan pada bagian ujung lidah bergantian pada 0 menit, 10 menit, dan 30 menit kemudian, dimulai dengan konsentrasi terendah sampai kosentrasi tertinggi diberi indeks scoring dari 1 sampai 4

d. Taste strips diletakkan dibagian ujung lidah pada reseptor rasa manis dimulai dari kosentrasi terendah dan ditingkatkan sampai keempat kosentrasi dicobakan dan diberi tanda (+) untuk rasa yang dapat diinterpretasikan atau (-) untuk rasa yang tidak


(12)

dapat diinterpretasikan. Bila sampel mempersepsikan rasa lain selain rasa manis, maka dilakukan pengulangan sampai sampel dapat mempersepsikan rasa manis dengan tepat.

Tabel 3.1. Pemeriksaan Rasa Manis Konsentrasi Larutan Sukrosa

(g/ml)

Skor Reseptor Rasa Manis (+/-)

0,05 1 +/-

0,1 2 +/-

0,2 3 +/-

0,4 4 +/-

3.10 Pengolahan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui penurunan sensitivitas rasa manis setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandungsodium lauryl sulphate maka pada penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney Test.


(13)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Besar sampel yang dilakukan pemeriksaan persepsi rasa adalah 35 orang lansia dan 35 orang bukan lansia sehingga jumlah sampel penelitian adalah 70 orang. Masing-masing subjek dari kedua kelompok diberi taste strips rasa manis di reseptor rasa pada lidah, dimulai dari konsentrasi yang paling rendah hingga konsentrasi yang paling tinggi. Subjek diamati dan ditanya adakah merasakan rasa manis.

Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah menyikat gigi

Konsentrasi Glukosa (g/ml)

Jumlah responden yang merasa manis (orang) Lansia p-value Dewasa Muda p-value

0,05 0 (0%)

0,000*

0 (0%)

0,000*

0,1 3 (8,6%) 2 (5,7%)

0,2 6 (17,1%) 19 (54,2%)

0,4 25 (71,4%) 35 (100%)

*

Signifikan

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pemeriksaan rasa manis pada lansia dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,05 g/ml tidak ada yang dapat merasakan rasa manis. Pada konsentrasi 0,1 g/ml yang merasa sebanyak 3 orang, dan pada konsentrasi 0,2 g/ml yang merasa sebanyak 6 orang. Pada konsentrasi 0,4 g/ml ssebanyak 25 orang yang dapat merasakan rasa manis.

Pemeriksaan rasa manis pada dewasa muda dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,4 g/ml semua sampel dapat merasakan rasa manis yang diberikan, sedangkan pada konsentrasi 0,05 g/ml tidak ada yang dapat merasakan rasa manis, pada konsentrasi 0,1 g/ml yang merasa sebanyak 2 orang, dan pada konsentrasi 0,2 g/ml yang dapat merasakan rasa manis sebanyak 19 orang.


(14)

Grafik 1. Hasil Pemeriksaan rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah menyikat gigi

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0,05 g/ml 0,1 g/ml 0,2 g/ml 0,4 g/ml

Lansia

Dewasa Muda

Pada grafik 1 terlihat bahwa jumlah sampel dewasa muda lebih banyak merasakan rasa manis dibandingkan dengan sampel lansia setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS. Terjadi penambahan jumlah sampel lansia dan sampel dewasa muda yang merasakan rasa manis seiring dengan penambahan konsentrasi glukosa.

Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan rasa manis pada lansia dan dewasa muda sebelum menyikat gigi.

Konsentrasi Glukosa (g/ml)

Jumlah responden yang merasa manis (orang)

Lansia p-value Dewasa Muda p-value

0,05 2 (5,7%)

0,000*

2 (5,7%)

0,000*

0,1 8 (22,8%) 15 (42,8%)

0,2 23 (65,7%) 35 (100%)

0,4 35 (100%) 35 (100%)

*


(15)

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pemeriksaan rasa manis pada lansia dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,05 g/ml yang merasakan rasa manis hanya 2 orang. Pada konsentrasi 0,1 g/ml yang merasa sebanyak 8 orang, dan pada konsentrasi 0,2 g/ml yang merasa sebanyak 23 orang. Pada konsentrasi 0,4 g/ml semua sampel dapat merasakan rasa manis yang diberikan.

Pemeriksaan rasa manis pada bukan lansia dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,2 g/ml dan 0,4 g/ml semua sampel dapat merasakan rasa manis yang diberikan, sedangkan pada konsentrasi 0,05 g/ml yang merasakan rasa manis sebanyak 2 orang, dan pada konsentrasi 0,1 g/ml yang merasa sebanyak 15 orang.

Grafik 2. Hasil pemeriksaan rasa manis lansia dan dewasa muda sebelum menyikat gigi.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0,05 g/ml 0,1 g/ml 0,2 g/ml 0,4 g/ml

Lansia

Dewasa Muda

Pada grafik 2 terlihat bahwa jumlah sampel dewasa muda lebih banyak merasakan rasa manis dibandingkan dengan lansia. Garis pada grafik terlihat menaik pada lansia dan dewasa muda. Hal ini berarti terjadi penambahan jumlah sampel yang merasakan rasa manis seiring dengan penambahan konsentrasi glukosa.


(16)

Tabel 4.3. Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa manis setelah menyikat gigi

Waktu

Konsentrasi Glukosa

(g/ml)

Jumlah responden yang Merasa (orang) Lansia p-value Dewasa

Muda

p-value 0 Menit

0,05 0 (0%)

0,000*

0 (0%)

0,000*

0,1 3 (8,6%) 2 (5,7%)

0,2 6 (17,1%) 19 (54,3%)

0,4 25 (71,4%) 100 (100%)

10 Menit

0,05 2 (5,7%) 1 (2,9%)

0,1 5 (14,3%) 3 (8,6%)

0,2 13 (37,1%) 31 (88,6%)

0,4 31 (88,6%) 100 (100%)

30 Menit

0,05 2 (5,7%) 1 (2,9%)

0,1 5 (14,3%) 12 (34,3%)

0,2 18 (51,4%) 34 (97,1%)

0,4 100 (100%) 100 (100%)

*


(17)

Grafik 3. Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa manis setelah 0 menit menyikat gigi

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0,05 g/ml 0,1 g/ml 0,2 g/ml 0,4 g/ml

Lansia

Dewasa Muda

Pada grafik 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang dapat merasakan rasa manis setelah 0 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS yaitu pada konsentrasi glukosa 0,05 g/ml tidak ada responden lansia dan dewasa muda yang merasakan rasa manis. Pada konsentrasi 0,1 g/ml ada 8,6% responden lansia dan 5,7% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis pada konsentrasi 0,2 g/ml ada 17,1% responden lansia dan 54,3% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis. Sedangkan pada konsentrasi 0,4 g/ml terdapat 71,4% responden lansia dan 100% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis.

Pada grafik 3 terlihat bahwa jumlah sampel dewasa muda yang merasakan rasa manis lebih banyak dibandingkan lansia setelah 0 menit menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung SLS. Terjadi penemabahan jumlah sampel yang merasakan rasa manis seiring dengan penambahan konsentrasi glukosa.


(18)

Grafik 4. Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa manis setelah 10 menit menyikat gigi

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0,05 g/ml 0,1 g/ml 0,2 g/ml 0,4 g/ml

Lansia

Dewasa Muda

Pada grafik 4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang merasakan rasa manis setelah 10 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS yaitu pada konsentrasi glukosa 0,05 g/ml terdapat 5,7% responden lansia dan 2,9% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis. Pada konsentrasi 0,1 g/ml ada 14,3% responden lansia dan 8,6% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis Pada konsentrasi 0,2 g/ml ada 37,1% responden lansia dan 88,6% responden dewasa muda yang merasa rasa manis. Sedangkan pada konsentrasi 0,4 g/ml terdapat 88,6% responden lansia dan 100% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis.

Pada grafik 4 terlihat bahwa jumlah sampel dewasa muda yang merasakan rasa manis lebih banyak dibandingkan lansia setelah 10 menit menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung SLS. Terjadi penemabahan jumlah sampel yang merasakan rasa manis seiring dengan penambahan konsentrasi glukosa.


(19)

Grafik 5. Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa manis setelah 30 menit menyikat gigi

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

0,05 g/ml 0,1 g/ml 0,2 g/ml 0,4 g/ml

Lansia

Dewasa Muda

Pada grafik 5 menunjukkan bahwa jumlah responden yang merasakan rasa manis setelah 30 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS yaitu pada konsentrasi glukosa 0,05 g/ml terdapat 5,7% responden lansia dan 2,9% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis. Pada konsentrasi 0,1 g/ml ada 14,3% responden lansia dan 34,3% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis Pada konsentrasi 0,2 g/ml ada 51,4% responden lansia dan 97,1% responden dewasa muda yang merasa rasa manis. Sedangkan pada konsentrasi 0,4 g/ml terdapat 100% responden lansia dan 100% responden dewasa muda yang merasakan rasa manis.

Pada grafik 5 terlihat bahwa jumlah sampel dewasa muda yang merasakan rasa manis lebih banyak dibandingkan lansia setelah 0 menit menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung SLS. Terjadi penamabahan jumlah sampel yang merasakan rasa manis seiring dengan penambahan konsentrasi glukosa.


(20)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode purpotive sampling dengan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu lansia dengan usia 60-80 tahun yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti. Kondisi kesehatan sampel secara umum baik, tidak merokok atau menyirih, tidak terdapat kelainan pada lidah, dan tidak mengkonsumsi alkohol, serta kelompok bukan lansia yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU dengan kondisi yang sama.

Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada lansia dan bukan lansia, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis di reseptor rasa manis dengan peningkatan konsentrasi larutan sukrosa secara berurutan dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi.

Hasil pemeriksaan rasa manis sebelum meyikat gigi pada kelompok lansia dengan konsentrasi sukrosa 0,05 g/ml hanya 2 orang yang merasa dari 35 sampel lansia. Jumlah ini juga sama pada kelompok dewasa muda. Pada konsentrasi sukrosa 0,1 g/ml hanya 8 orang yang merasa pada kelompok lansia, sedangkan pada kelompok dewasa muda terdapat 15 orang yang merasa. Pada konsentrasi sukrosa 0,2 g/ml terdapat 23 orang yang merasa pada kelompok lansia, sedangkan pada kelompok dewasa muda seluruh sampel dapat merasakan rasa manis. Kemudian pada konsentrasi sukrosa 0,4 g/ml semua sampel dari kelompok lansia dan dewasa muda dapat merasakan rasa manis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden lansia dan dewasa muda memiliki jumlah yang sama pada konsentrasi glukosa 0,05 g/ml. Hal ini disebabkan karena faktor konsentrasi glukosa yang terlalu rendah sehingga hanya 2 orang yang dapat merasakan rasa manis, dan konsentrasi glukosa 0,05 g/ml masih terlalu rendah untuk dirasakan oleh lansia dan dewasa muda. Saliva juga menjadi faktornya dimana memiliki kandungan hipotonik terhadap glukosa.


(21)

Setelah 10 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS, terdapat perbedaan jumlah responden dewasa muda yang jauh pada konsentrasi glukosa 0,1 g/ml yaitu 8,6% dan 0,2 g/ml yaitu 88,6%. Hal ini terjadi karena reseptor pengecapan pada dewasa muda masih sangat baik dimana papilla-papilla pada lidah dapat memberikan sensitivitas rasa, dan pada 10 menit tersebut serta dengan konsentrasi glukosa 0,2 g/ml telah dapat mengembalikan sensitivitas rasa pada sebagian besar responden dewasa muda.

Bertambahnya umur akan mempengaruhi kepekaan rasa. Hal ini terlihat pada konsentrasi glukosa 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,4 g/ml responden dewasa muda yang merasakan rasa manis memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok lansia. Sensitivitas indera pengecap dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, suhu makanan, penyakit, oral hygiene, dan kebiasaan merokok yang paling berpotensi menyebabkan sensitivitas indera pengecap ini menurun. Indra pengecap mulai berkurang saat manusia mencapai umur 50 tahun. Perubahan kecil terjadi di 20 tahun pertama dalam hidup. Saat mencapai umur 30 tahun, manusia memiliki 245 taste buds pada tiap papilla di lidah. Pada umur 70 tahun, jumlah taste buds di setiap papilla berkurang hingga 88 saja dimana rasa manis dan asin lebih dulu terasa efeknya. Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah psikologis yang biasa terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds.12

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sayuti pada tahun 1998 terhadap sampel usia lanjut yang diberikan rangsangan berupa rasa asin NaCl. Penurunan kepekaan rasa pada lansia ini disebabkan karena berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor pengecap yang dapat mempengaruhi turunnya sensasi rasa, sehingga terjadi berkurangnya kenikmatan pada saat makan.30

Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa diantaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya,


(22)

sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan segera akan terurai dan larut.31

Lidah mempunyai lapisan mukosa menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut papilla, pada papila ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila papilla tersebut hilang atau berkurang maka sensitivitas rasa juga akan berkurang.31

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah sampel yang dapat merasakan rasa manis setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS. Sodium Lauryl Sulphate (SLS) merupakan salah satu bahan kimia yang terkandung dalam pasta gigi yang menghasilkan busa selama penyikatan gigi untuk melepaskan perlekatan makanan dan plak pada email gigi, serta membantu pasta gigi sampai ke sela-sela gigi.20,21

SLS juga merupakan taste modifier artificial. Aksi inisiasi perubahan sensasi rasa bila mengkonsumsi makanan setelahnya. Hal ini menyebabkan perubahan respon gustatory yang mengandung protein transmembrane karena adanya perubahan struktur protein akibat denaturasi oleh SLS yang menyebabkan senyawa tidak mencapai reseptor mikrovili dan system saraf pusat yang disebabkan karena adanya campuran interaksi antara residu substansi pada saliva ketika makanan tertelan.16-18

Hasil yang ditunjukkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa 10 menit setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS terjadi kenaikan jumlah sampel yang dapat merasakan rasa manis dibandingkan dengan waktu 0 menit setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung SLS. Hal ini menunjukkan bahwa efek SLS terhadap penurunan sensitivitas rasa mulai berkurang. SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan terjadinya iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. Protein-protein transmembran akan turut terganggu akibat perubahan struktur protein oleh SLS sehingga tastan tidak dapat mencapai reseptor pada mikrovili di lidah menyebabkan terjadinya perubahan sensitivitas rasa. Efek SLS yang mulai berkurang dapat terjadi apabila taste buds


(23)

tidak lagi terpapar oleh SLS karena taste buds mengandung protein-protein transmembran yang mengenali ion-ion yang memberi reaksi terhadap sensasi rasa.31

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roslan AN, dkk (2009) di Universitas Airlangga surabaya menunjukan bahwa terjadi penurunan sensitivitas rasa manis pada sampel setelah menggunakan pasta gigi yang mengandung SLS. Hal ini disebabkan karena adanya denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah. Hasil penelitian di atas juga sesuai dengan hasil penelitian Handjani dkk (2005) yang menunjukkan bahwa bahan deterjen dalam pasta gigi menghambat sistem laktoperoksidase pada air ludah yang berperan dalam memberi hambatan efektif terhadap pertukaran dan pertumbuhan bakteri tertentu seperti Lactobacili, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, dan Escherichia coli, dan berakibat menurunkan sensitivitas rasa manis.


(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan sensitivitas rasa manis pada kelompok lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti dan kelompok bukan lansia di Fakultas Kedokteran Gigi USU disimpulkan bahwa:

1. Ada penurunan sensitivitas rasa manis akibat pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate. (P<0,05).

2. Ada penurunan sensitivitas rasa manis pada kelompok lansia dan kelompok dewasa muda. (P<0,05).

3. Terjadi peningkatan sensitivitas rasa manis pada kelompok lansia dan dewasa muda setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate. (P<0,05).

6.2 Saran

1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang sensitivitas indera pengecap pada reseptor rasa yang lain pada lansia dan bukan lansia.

2. Untuk penelitian indera pengecap selanjutnya, dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti electrogastrometry.

3. Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pasta gigi yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan sensitivitas pada lidah bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Manusia pada umumnya memiliki sekitar 10.000 taste buds. Secara fisiologis sensitivitas indera pengecap pada manusia akan mengalami penurunan. Penurunan sensitivitas ini terjadi bersamaan dengan penurunan vaskularisasi yang disebabkan secara umum oleh faktor usia. Biasanya penurunuan sensitivitas ini terjadi pada usia 50 tahun keatas. Hal yang sama dapat kita lihat pada penyepitan ruang pulpa yang dikarenakan oleh penurunan daya vaskularisasi dan pensarafan seiring bertambahnya usia.12

2.1Lansia

Lansia merupakan kelompok orang yang berumur lebih dari 60 tahun yang secara fisiologis telah mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Menjadi tua merupakan suatu fenomena alamiah sebagai akibat proses menua. Fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal. Menjadi tua ditentukan secara genetik dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang.13

Pembagian usia lanjut secara epidemiologis, yaitu: 65-74 tahun, 75-84 tahun, dan >85 tahun. World Health Organization (WHO) membagi usia lanjut menjadi beberapa kelompok, yaitu: Usia lanjut (elderly) 60-75 tahun, Tua (old) >75-90 tahun, Sangat tua (very old) > 90 tahun.5

Proses menua merupakan proses yang terjadi di dalam tubuh yang berjalan perlahan-lahan tapi pasti, pada proses menua terjadi penurunan fungsi tubuh secara berangsur-angsur dan akhirnya menjadi manusia dengan usia lanjut. Proses menua dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik pada jaringan keras ataupun jaringan lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, ditambah dengan menurunnya nafsu makan, maka dapat dipahami bahwa golongan usia lanjut merupakan kelompok yang


(26)

rentan terhadap penyakit dan cacat karena terjadinya perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif alamiah. Menurut fungsi faali serta parameter metabolisme seiring dengan meningkatnya usia akan mengganggu penggunaan zat gizi.5

Biasanya orang tua mengeluh tidak adanya rasa makanan. Keluhan ini dapat disebabkan karena karena dengan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor pengecap juga dapat mengurangi fungsional yang dapat mempengaruhi turunnya sensasi rasa, perubahan ini harus diingat orang tua mengenai berkurangnya kenikmatan pada saat makan.5

2.2Lidah

Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum.4

Pada umumnya lidah memiliki beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam faring ( pada waktu menelan ), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara. Lidah sebagai indera pengecap dan perasa berfungsi untuk merasakan rasa dari benda-benda yang masuk kedalam mulut. Lidah dapat merespon berbagai macam rasa seperti rasa asam, rasa manis, rasa pahit, rasa asin dan pedas.2

2.2.1 Anatomi Lidah

Lidah adalah organ muscular yang dapat digerakkan yang memainkan bagian penting dalam mastikasi, menelan, menyedot, dan dalam berbicara. Lidah terletak pada bagian dalam permukaan gigi di bawah permukaan langit-langit keras dan lunak. Ujung lidah kontak dengan langit-langit keras di belakang gigi seri atas. Bagian belakang lidah menghadap ke depan faring dan membentuk bagian dinding anterior dari faring oral, bagian atasnya kontak dengan langit-langit lunak.14


(27)

Lidah berwarna merah dan permukaannya tidak rata. Lidah terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah. Otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi. Kemudian mendorongnya masuk ke faring.15

Lidah terbagi menjadi radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Permukaan membran mukosa lingua bagian oral/atas bersifat kasar karena adanya papilla lingua (tempat reseptor pengecapan), yaitu :2,15

a. Papilla valata yang merupakan papilla besar dan memiliki permukaan yang datar terletak didepan sulcus terminalis.

b. Papilla folliata merupakan lipatan-lipatan kecil pada membran mukosa c. Papilla fungiform merupakan papilla yang bentuknya seperti jamur, terletak diantara papilla filiformis.taste bud ditemukan pada permukaan superior papilla ini.

Lidah merupakan bagian otot rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput lendir ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papilla yang merupakan akhiran-akhiran saarf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Jumlah papilla pada setiap orang belum tentu sama. Biasanya perempuan memiliki papilla lebih banyak daripada laki-laki. Orang yang mempunyai banyak papilla akan lebih peka terhadap rasa.4,2,9


(28)

Pada lansia, manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah bersentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.7

2.2.2 Fisiologi Lidah

Seluruh rasa dapat dirasa oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa pahit dikecap pada dorsum lingua, rasa asam sepanjang tepi lidah, manis pada ujung lidah, dan asin pada dorsum di anterior. Keempat sensasi dapat diindrakan pada faring dan epiglotis. Tunas pengecapan secara histologis tidak berbeda dalam area berbeda, tetapi kehadiran perbedaan fisiologis telah diperlihatkan dengan merekam aktifitas listrik serabut saraf dari tunas pengecapan.16

a. Rasa Asam

Rasa asam disebabkan oleh asam dan intensitas dari sensasi rasa hampir sebanding dengan logaritma dan konsentrasi ion hidrogen yaitu makin asam suatu rasa semakin kuat sensasi yang dibentuk.16

b. Rasa Asin

Kualitas rasa berbeda-beda antara garam yang satu dengan garam yang lain. Garam membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin kation, yaitu rasa asin anion walaupun berperan lebih sedikit.16

c. Rasa Manis

Tidak dibentuk oleh suatu golongan kelas substansi kimia saja. Ada beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa manis misalnya yang membentuk rasa manis gula, glikol, aldehid, keton, amida, dan asam amino. Kebanyakaan substansi yang membentuk rasa manis adalah substansi kimia organik. Perubahan yang sangat kecil pada radikal sederhana dapat mengubah substansi dari rasa manis menjadi pahit.16


(29)

d. Rasa Pahit

Substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organik yaitu, substansi rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alkaloid meliputi banyak zat yangdigunakan dalam obat-obatan. Rasa pahit dengan intensitas tinggi biasanya membuat makanan tersebut dibuang karena di dalamnya terdapat tanaman beracun yang mengandung banayak toksin yang mematikan.Salah satunya yang dapat menimbulkan rasa sangat pahit adalah alkaloid.16

Gambar 2. Letak reseptor rasa pada lidah15 2.3 Mekanisme Pengecapan

Pengecapan adalah daya seseorang secara subjective untuk mengetahui cita rasa makanan/minuman.Pengecapan merupakan keadaan umun yang sangat berperan pada persepsi pengecapan makanan yang dideteksi oleh indera pengecap di dalam rongga mulut dan keberadaan elemen-elemen dalam makanan yang merangsang ujung-ujung saraf nyeri. Makna penting dari pengecapan terletak pada fakta yang memungkinkan manusia memilih makanan yang sesuai dengan keinginannya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan.12

Pada manusia, papil pengecap terletak di mukosa epiglotis, palatum, dan faring serta di dinding papilla fungiformis dan papilla valata lidah.Terdapat hampir 5 pengecap pada papilla fungiformis, dan pail-papil tersebut biasanya terletak di puncak


(30)

papilla. Papilla valata yang lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 papil pengecap, biasanya terletak di sisi papilla. Papilla filiformis yang kecil, berbentuk kerucut, dan menutupi dorsum lidah biasanya tidak mengandung papil pengecap. Seluruhnya terdapat 10.000 papil pengecap.4,17

Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter. Ketika lahir, kita memiliki sekitar 10.000 taste buds, akan tetapi setelah usia 45 tahun jumlahnya malah berkurang. Taste buds merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari.17,18

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossofaringeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X). Impuls dari ketiga syaraf tersebut menyatu di medulla oblongata untuk masuk ke nucleus traktus solitaries (Gambar 3). Axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dpaat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.16,18,19

Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas berbeda.16


(31)

Gambar 3. Proses impuls saraf dari lidah ke otak18 2.4Sensitivitas Pada Lidah

Sensitivitas terhadap semua rasa terdistribusi pada keseluruhan lidah dan juga pada bagian mulut yang memiliki pengecap rasa (epiglotis, palatum lunak). Seperti yang kita ketahui rasa makanan dan minuman yang dikenal adalah manis, asam, asin, pahit, pedas, kelat dan sebagainya. Tetapi ada lagi rasa lezat, rasa teh, rasa coklat, rasa lemak, rasa sepat dan sebagainya.2,9,16

Sensitivitas pengecapan terhadap rasa memiliki ambang batas yang berbeda-beda pada setiap rasa.Ambang batas sensitivitas untuk rasa pahit termasuk yang paling rendah, karena sel kecap tersebut dapat mengenali rasa pahit pada konsentrasi yang paling rendah.Ambang batas yang terendah setelah rasa pahit yaitu rasa asam. Kemudian rasa manis dan asin memiliki ambang batas yang hampir sama namun lebih tinggi daripada rasa asam.16,18,19

Untuk mengetahui ambang sensitivitas pengecapan manusia bisa dilakukan uji sensitivitas pada indera pengecap. Adapun uji sensitivitas indera pengecap bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan kemogustometri dan elektrogustometri.19

Kemogustometri melibatkan penerapan tastans kimia terhadap mukosa mulut, sedangkan elektrogustometri melibatkan penerapan arus anodal langsung sebagai rangsangan untuk membangkitkan respon gustatori (Gambar 4). Kedua tes ini pada


(32)

dasarnya bersifat subjektif. Kemogustometri membutuhkan ketersedian tastants kimia yang berbeda di berbagai kosentrasi. Hal ini juga membutuhkan proses pembersihan mukosa mulut sebelum penerapan stimulus. Teknik pengukuran rasa dapat menentukan baik kualitas dan kuantitas rasa.19

Gambar 4. Elektrogustometri19

Kemogustometri contohnya adalah penggunaan strip filter, cotton buds direndam dalam stimulan yang berbeda dan dengan maengguanakan pipet tetes larutan diteteskan pada daerah tertentu lidah (Gambar 5). Sejumlah metode telah dikembangkan untuk menentukan metode yang memungkinkan untuk mendeteksi berbagai stimulant untuk dapat membantuk mendeteksi perubahan halus dalam pengecapan. Untuk mengatasi kelemahan kemogustometri dan untuk membuat pengukuran rasa mudah dan umum dalam pengaturan klinis, elektrogustometri muncul.19


(33)

2.5 Pasta Gigi

Menurut American Dental Association (ADA) pasta gigi adalah pasta, gel atau serbuk yang membantu menghilangkan plak. Plak merupakan bakteri yang terbentuk pada gigi dan gusi. Pasta gigi adalah bahan semi aqueous yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles permukaan gigi yang terdiri dari kalsium karbonat yang halus, dicampur dengan gliserin ditambah dengan ramuan untuk menghambat tumbuhnya kuman-kuman dan memberi rasa segar agar disukai pemakai. Biasanya digunakan dengan sikat gigi.20

Fungsi utama pasta gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman, menjaga gigi sebersih mungkin, menjaga kesehatan gigi dan gusi, menghilangkan bau yang tidak sedap dalam rongga mulut, menyegarkan pernafasan, dan dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut, serta mencegah terjadinya karang gigi dan radang gusi.20,21

Selain tersedia dalam berbagai merek pasta gigi juga memiliki kandungan yang bermacam-macam,ada yang bisa memutihkan, memperkuat hingga membuat nafas segar. Pasta gigi juga tersedia dalam berbagai macam rasa, mulai dari rasa buah-buahan, hingga rasa mint yang menyegarkan. Terdapat pasta gigi untuk gusi berdarah, gigi yang sensitif hingga pasta gigi untuk perokok.20

Adapun syarat-syarat pasta gigi yang baik adalah :21

1. Mempunyai daya abrasif yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih yang maksimal.

2. Dapat mengemulsikan kotoran-kotoran yang ada di dalam mulut.

3. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang ada di dalam mulut.

4. Tidak menimbulkan banyak busa. 5. Tidak bersifat toksik atau beracun .

6. Dapat memberi kesegaran dalam rongga mulut dan memiliki rasa yang menyenangkan.


(34)

2.5.1 Komposisi Dari Pasta Gigi

Hampir semua pasta gigi terdiri lebih dari satu unsur bahan aktif dan hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif, air, detergen bahan pelembab, bahan perekat, bahan pemutih, bahan penambah rasa dan satu atau lebih bahan terapeutik.22

Bahan abrasif merupakan zat yang berfungsi menghilangkan pewarnaan ekstrinsik dari permukaan gigi serta memoles permukaan gigi. Bahan abrasive yang biasa digunakan adalah kalsium karbonat, dikalsium fosfat,siliokon oksida, alumunium oksida, dan polivinil klorida.22

Detergent atau foaming agent yang digunakan pada pasta gigi adalah sodium lauryl sulphate, sodium n-lauryl sarcosinate, dan sodium cocomonoglycride sulfonate. Sodium lauryl sulphate merupakan bahan pembersih yang paling sering digunakan . 23

Humectant atau pelembab adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban. Humectant yang sering digunakan adalah gliserin, propilenglikol, dan sorbitol. 23

Triclosan adalah anti mikroba yang dapat mengurangi plak dan mencegah gingivitis. Triclosan juga merupakan anti fungi, anti virus dan merupakan bahan anionic. 24

Bahan perekat dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suatu pasta gigi.26

Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, rasa stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak.24

Bahan terapeutik yang biasa ditambah pada pasta gigi adalah fluor, bahan desensitisasi, bahan anti tar-tar, bahan anti mikroba, bahan pemutih dan bahan pengawet.24


(35)

2.5.2 Jenis Pasta Gigi

Ada beberapa jenis pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini, semua jenis berbeda-beda tergantung manfaat dari masing-masing pasta gigi tersebut. Jenis-jenis pasta gigi berdasarkan fungsinya adalah :11,22

Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor.Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi. Fluor sangat berperan penting terhadap peningkatan kesehatan gigi. 11,22

Banyak pasta gigi telah diformulasikan mengandung senyawa anti mikroba untuk mencegah atau mengurangi plak, kalkulus, dan karies gigi.Salah satu senyawa tersebut adalah triclosan.Triclosan adalah suatu antimikroba anionic dengan spectrum luas terhadap kebanyakan bakteri yang membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke permukaan oral tetapi tidak menimbulkan stein. 11,22

Hipersensitifitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit, berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan densitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate dan Stronsium chloride. 11,22

Pasta gigi pemutih biasanya tidak mengandung pemutih.Sebaliknya pasta gigi tersebut mengandung partikel abrasif atau bahan kimia yang efektif mengikat dan menggosok noda gigi dan membantu mengeluarkan noda dari permukaan gigi. Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat, pirofosfat dan hexametaphosphate. 11,22

2.6 Efek Sodium Lauryl Sulphate Terhadap Rongga Mulut

Sodium Lauryl Sulphate (SLS) adalah suatu bahan kimia yang digunakan sebagai detergen pada sabun cuci mobil, pembersih lantai, shampo, sabun mandi dan juga pasta gigi. Bahan ini menghasilkan busa selama penyikatan gigi, yang berfungsi untuk melonggarkan perlekatan makanan dan plak pada email gigi, serta membantu pasta gigi sampai ke sela-sela gigi.25,26


(36)

Secara umum fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi menyebabkan busa terbentuk. Hampir 99 % jenis pasta gigi yang menggunakan SLS sebagai salah satu bahan kandungan untuk membentuk busa.25

Menurut Bante (1994) menyebutkan penggunaan SLS sebagai detergen pada pasta gigi dapat menyebabkan efek samping yang merugikan bagi jaringan lunak dalam rongga mulut. Penelitian ini menguji 6 pasta gigi dengan jenis dan konsentrasi detergen berbeda-beda, serta pada 1 pasta gigi yang tidak mengandung detergen.26

SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang.6,25

Penurunan sensitivitas rasa manis terjadi akibat denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan mengganggu sensitivitas rasa manispada lidah. Denaturasi dapat dipengaruhi oleh faktor panas, pH, bahan kimia dan mekanis. Ikatan-ikatan yang dipengaruhi oleh denaturasi protein antara lain ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik antara ion positif dan ion negatif, serta ikatan intramolekuler.SLS menyebabkan tegangan permukaan saliva berkurang sehingga menurunkan kelarutan saliva mengakibatkan mukosa rongga mulut bertambah kering dan rasa tajam pada lidah.9,6

2.7 Frekuensi Berkumur Setelah Menyikat Gigi

Berkumur setelah menyikat gigi berperan cukup penting dalam menjaga gigi tetap sehat. Berkumur adalah suatu upaya untuk menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. Berkumur juga dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Berkumur memerlukan air (H2O) yang memiliki deskripsi cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, serta mempunyai pH cairan 5,0 dan 7,0. Air juga sering digunakan sebagai pelarut.7,10


(37)

Disarankan agar setelah menyikat gigi, jangan terlalu banyak berkumur. Berkumur mempengaruhi proses remineralisasi atau penambahan mineral pada gigi yang didapat dari pasta gigi. Semakin banyak berkumur, semakin banyak jumlah mineral dari pasta gigi yang hilang.7,10

Tambahan mineral pada pasta gigi umumnya dalam bentuk fluoride. Tujuannya adalah untuk mengembalikan mineral di gigi yang hilang akibat asam yang berasal dari plak bakteri dan gula. Dengan kata lain, sikat gigi merupakan kegiatan yang penting dalam terjadinya proses ini. Gigi akan menyerap fluoride dari pasta gigi. Namun, dengan berkumur yang banyak, mineral ini akan banyak terbuang.7,10

Pasta gigi yang mengandung fluoride juga penting dalam menghilangkan plak yang mengandung bakteri di gigi, serta mencegah gangguan gigi sensitif yang diakibatkan oleh penipisan enamel gigi. Meskipun banyak manfaat yang didapat dari fluoride, tetapi penggunaannya secara berlebihan juga memiliki risiko. Penggunaan fluoride yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis pada enamel gigi, bahkan membahayakan organ dalam tubuh lainnya.7,10

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecapan Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas pengecapan diantaranya: 1.Usia

Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indra pengecapan merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada lansia. Hal ini disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis dimana pada proses menua terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds.27,28

2. Saliva

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga mulut. Saliva merupakan hasil sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93 % dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar


(38)

saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid, submandibular, dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh kelenjar minor yang terdiri dari kelenjar labial, palatinal, glossopalatinal, dan lingual.27,29

Gambar 6.Kelenjar saliva21 Beberapa fungsi saliva adalah :

Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonic, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari gukosa, sodium, klorida, urea, dan memeiliki kapasitas untuk memeberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatatory buds merasakan aroma yang berbeda. Pada saliva terdapat kapasitas buffer yang merupakan suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat mentralisasi asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.29

Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozym yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut. Saliva juga memiliki peranan dalam perbaikan jaringan, yaitu membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara kimiawi waktu perdarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.29


(39)

Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama berbicara, tanpa adanya saliva maka bicara akan menjadi lebih sulit. Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi halus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.29

3. Suhu Makanan

Suhu makan yang kurang dari 20o

C

maupun yang lebih dari 30o C dapat mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indra pengecapan. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada taste buds, namum keadaan ini akan cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera diperbaiki. Suhu yang terlalu dingin juga dapat membius lidah sehingga sensitivitas lidah akan berkurang.28

4. Penyakit

Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan terapi yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia seperti lidocaine dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa manis, begitu juga penggunaan insulin (untuk penderita diabetes) yang berkepanjangan.28

Xerostomia merupakan salah satu efek samping yang dapat terjadi oleh karena obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, seperti ginjal maupun pada pasien yang menerima radiasi kepala dan leher. Xerostomia merupakan keadaan dimana mulut kering akibat produksi kelenjar saliva yang berkurang yang dapat diakibatkan oleh ganguan / penyakit pada pusat saliva atau pada syaraf pembawa rangsang saliva. Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam saliva. Dengan berkurangnya produksi saliva, maka sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsangan rasa.28

5. Hal- hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pada taste buds Kebiasaan menyirih merupakan salah satu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas indera pengecap. Hal ni dikarenakan partikel-partikel yang tergantung pada sirih yang terdeposit pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan pigmentasi dan penumpukan partikel pada lidah yang dapat menghalangi interpretasi


(40)

rasa.28

Oral higiene merupakan faktor merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas indra pengecapan. Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan plak sisa makan yang terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi rasa. Di samping itu, oral higiene yang buruk merupakan tempat berkembangnya bakteridan flora yang merugikan di rongga mulut.5

Pada umumnya indra pengecapan dianggap kurang penting dibandingkan dengan indra lainnya, karena penurunan fungsi atau gangguan pengecapan jarang berakibat fatal.21 Gangguan indera pengecapan dapat diakibatkan oleh suatu keadaan dimana akses tastant tergantung pada sel reseptor taste bud (transport loss), Rusaknya sel reseptor (sensory loss), atau rusaknya nervus afferent dan jalur pusat rangsangan (neural loss).29 Suatu kondisi dimana indra pengecapan sama sekali tidak dapat mendeteksi rasa tersebut dengan augeusia, jika fungsi indra pengecapan salah mendeteksi rasa atau terganggu disebut dysguesia.4,5

2.9 Landasan Teori

Lansia merupakan kelompok orang yang secara fisiologis mengalami kemunduran dari segi biologis. Hal ini terjadi karena adanya proses menua yang terjadi akibat berkurangnya jumlah sel-sel dan jaringan, dan berkurangnya kualitas. Proses menua dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik pada jaringan keras ataupun jaringan lunak rongga mulut, termasuk berkurangnya pengecapan pada lidah yang mengakibatkan berkurangnya sensasi rasa.13

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan kedalam pharyng (pada waktu menelan), pembersih mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara.2

Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa. Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan


(41)

umami.16,17,18

Pasta gigi adalah bahan semi aqueous yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles permukaan gigi, salah satu bahan yang terkandung dalam pasta gigi adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) adalah suatu bahan kimia yang digunakan sebagai detergen pada sabun cuci mobil, pembersih lantai, shampo, sabun mandi dan juga pasta gigi. Bahan ini menghasilkan busa selama penyikatan gigi, yang berfungsi untuk melonggarkan perlekatan makanan dan plak pada email gigi, serta membantu pasta gigi sampai ke sela-sela gigi.20,21

SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang yang mengakibatkan mukosa rongga mulut bertambah kering dan rasa tajam pada lidah.25,20

Saliva memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur protein remineralisasi dan demineralisasi. Pada lansia biasanya terjadi xerostomia dimana produksi saliva berkurang. Dengan berkurangnya produksi saliva, maka sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsangan rasa.29

Penurunan sensitivitas rasa manis terjadi akibat denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah.29


(42)

2.10 Kerangka Teori

Lidah

Taste bud/taste pore Impuls

Nervus facial pada 2/3 anterior lidah, nervus glossofaryngeal pada

1/3 posterior lidah, nervus vagus pada pharynx dan epiglotis

Medulla oblongata Nucleus traktus solitarius

Leminiskus medialis Post central gyrus

thalamus

Persepsi indera pengecap normal

Perubahan sensitivitas indera pengecap

Denaturasi rantai polipeptida pada

protein transmembran pada taste buds

Penurunan tegangan saliva

sehingga kelarutan saliva berkurang Lansia

Berkurangnya taste buds

Berkurangnya jumlah saliva Sodium Lauryl


(43)

2.11 Kerangka Konsep

Pengguna pasta

gigi yang mengandung SLS

Lansia (60-80 tahun)

Dewasa muda (17-23 tahun)

Perbedaan sensitivitas rasa setelah 0 menit, 10

menit, dan 30 menit setelah menyikat gigi

Penurunan sensitivitas indera pengecap rasa

manis

Denaturasi protein pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva

Pemeriksaan sensitivitas indera

pengecap • Papilla lidah

menurun • Reseptor rasa


(44)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah lainnya sebagai organ pencernaan dan organ pembentuk huruf (organ komunikasi). Sel-sel pengecap tersebut dikenal dengan sebutan puting pengecap. Lidah merespon berbagai jenis dan macam rasa seperti manis, pahit, asam, asin dan pedas.1 Rasa manis dapat dirasakan oleh indra pengecap yang terletak dibagian depan lidah, rasa pahit pada pangkal lidah, rasa asin dirasakan pada sepanjang bagian isi depan lidah sedangkan rasa asam dirasakan sepanjang sisi bagian belakang lidah.2

Sensitivitas terhadap rasa ini dapat saja terganggu bahkan mengalami penurunan. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, dimana pada usia lanjut manusia cenderung mengalami penurunan sensitivitas rasa. Selain itu, penurunan sensitivitas rasa dapat juga disebabkan karena kebiasaan merokok. Selain itu, menggosok gigi dengan pasta gigi tertentu juga sering dikeluhkan dapat menurunkan sensitivitas rasa.3

Pengecap rasa pada lidah adalah taste buds yang mengandung beberapa reseptor rasa yaitu rasa asam, asin, manis, pahit dan umami. Rasa asam sering digunakan untuk mendeteksi keasaman. Rasa asin dapat memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh. Rasa manis penting untuk menambah energi tubuh. Rasa pahit dapat mendeteksi berbagai toksin dan rasa umami digunakan untuk mendeteksi asam amino. Alat pengecapan ini ada dan menyebar pada seluruh permukaan lidah.4

Lansia merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Pada lansia dapat terjadi suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan


(45)

fungsi normalnya, termasuk fungsi dari indera pengecapannya. Akibat dari menurunnya fungsi indera pengecapan, maka dapat menurunkan nafsu makan, sehingga asupan gizi menjadi berkurang dan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.5

Pasta gigi adalah bahan yang digunakan untuk membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi. Menurut Manson (1975) pasta gigi dapat membantu membersihkan plak dan memberi kenyamanan dalam menyikat gigi. Selain itu pasta gigi juga dapat menjaga kesehatan gigi dan gingiva, menghilangkan bau yang tidak sedap dalam rongga mulut, menyegarkan pernafasan serta dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut.6

Setiap pasta gigi mengandung bahan-bahan yang penting seperti bahan abrasif, bahan penggosok, humectant, flouride, pemutih gigi, air, bahan pemberi rasa, bahan pemikat, dan bahan sodium lauryl sulphate. Salah satu unsur yang tidak boleh digunakan secara berlebihan dalam pasta gigi adalah deterjen. Deterjen yang biasa digunakan dalam pasta gigi adalah sodium lauryl sulphate (SLS).6

Penggunaan SLS yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut, ulserasi yang parah, penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa. Batas penggunaan SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena pemakain yang melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadi efek-efek diatas tersebut sedangkan pemakain pasta gigi di pasaran adalah sebayak 1,5-5%. Kandungan SLS yang dapat ditoleransi dalam mulut adalah 0,0001%, sedangkan pada pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini mengandung 1,5-5%. Jumlah SLS yang berlebihan ini bisa merusak rongga mulut dan mengganggu indra pengecapan.6

Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. Taste buds yang terdapat pada lidah akan turut terpapar karena taste buds mengandung protein-protein transmembran yang mengenali ion-ion yang memberi reaksi terhadap sensasi rasa. Protein-protein transmembran akan turut terganggu akibat perubahan struktur protein oleh SLS sehingga tidak dapat mencapai reseptor pada mikrovili di lidah menyebabkan terjadinya perubahan sensitivitas rasa.6


(46)

Berkumur adalah suatu upaya untuk menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. Berkumur-kumur setelah menyikat gigi sangatlah penting yaitu untuk menghilangkan zat yang terdapat pada pasta gigi yang melekat di permukaan gigi dan lidah. Berkumur memerlukan air (H2O) yang memiliki deskripsi cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, serta mempunyai pH cairan 5,0 dan 7,0. Air juga sering digunakan sebagai pelarut.7

Secara histologi, taste buds terbentuk seperti pipa, strukturnya terdiri dari 30 -80 sel yang terbentuk kumparan/gulungan. Pada dasar sel dipisahkan oleh jaringan yang menyambungkan basal lamina, dimana ujung apikalnya terhubung dengan saluran rasa yang mengkomunikasikan dengan permukaan yang taste pore (pori-pori).8

Roslan AN, dkk (2009) di Universitas Airlangga Surabaya menunjukan bahwa terjadi penurunan sensitivitas rasa manis pada sampel setelah menggunakan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate. Penurunan itu disebabkan oleh denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah.9

Deterjen yang ada dalam pasta gigi atau dengan nama lain sodium lauryl sulphate terdapat dalam pasta gigi yang bekerja secara kimiawi yaitu dengan menurunkan tengangan permukaan plak, menembus dan menghilangkan kotoran karena akan mengemulsikan debris, kemudian akan melepaskannya dari permukaan gigi sehingga bakteri plak akan terlepas. Handjani dkk (2005) menunjukkan bahwa bahan deterjen dalam pasta gigi menghambat sistem laktoperoksidase pada saliva dan berakibat menurunkan sensitivitas rasa manis. Deterjen juga bersifat abrasif dan menyebabkan kekeringan rongga mulut.10

Ronald dkk (2013) di Universitas Hasanuddin makasar menunjukkan bahwa sampel yang menggunakan pasta gigi yang mengandung deterjen dapat mempercepat pertumbuhan plak dan juga mengurangi sekresi saliva dibanding sampel yang


(47)

menggunakan pasta gigi non deterjen disebabkan karena pada pasta gigi deterjen mengandung bahan sodium lauryl sulphate yang dapat menyebabkan mulut kering.11

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan selanjutnya untuk melihat apakah ada penurunan rasa manis pada lansia yang menggunakan pasta gigi dengan kandungan sodium lauryl sulphate.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda?

2. Apakah terdapat perbedaan sensitivitas rasa manis antara lansia dengan dewasa muda?

3. Apakah terdapat perubahan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penurunan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate.

2. Mengetahui perbedaan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda.

3. Mengetahui perubahan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate.

1.4. Hipotesis Penelitian

1 . Terdapat penurunan sensitivitas rasa manis setelah penyikatan gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate pada lansia dan dewasa muda.


(48)

muda.

3. Terdapat perubahan penurunan sensitivitas rasa manis pada lansia dan dewasa muda setelah 0 menit, 10 menit, dan 30 menit menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate.

1.5 Manfaat penelitan 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui pengaruh pasta gigi yang mangandung sodium lauryl sulphate terhadap pengecapan rasa manis pada lidah lansia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi tambahan bagi praktisi kesehatan gigi dan mulut tentang pengaruh pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate terhadap pengecapan rasa manis pada lansia sehingga dapat menetapkan prosedur penatalaksanaan yang tepat.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya tentang pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate.

3. Sebagai data awal bagi peneliti untuk dapat mendalami lebih lanjut mengenai pengaruh pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate dapat menurunkan sensitivitas rasa manis terutama pada lansia.


(49)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2016

Azrai sirait

Penurunan Sensitivitas Rasa Akibat Pemakaian Pasta Gigi Yang Mengandung

Sodium Lauryl Sulphate Pada Lansia

VII + 49 halaman

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami. Penuaan menyebabkan penurunan sensitivitas indera pengecap, yang dapat diakibatkan karena berkurangnya pengecapan taste buds pada lidah dan berkurangnya saliva yang mengakibatkan berkurangnya sensasi rasa. Pada pasta gigi terdapat suatu bahan yang menghasilkan busa selama penyikatan gigi, yaitu Sodium Lauryl Sulphate (SLS). Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. SLS menyebabkan tegangan permukaan saliva berkurang sehingga menurunkan kelarutan saliva dan seterusnya dapat menurunkan sensitivitas rasa. Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada lansia dan dewasa muda, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dengan peningkatan konsentrasi larutan secara berurutan dari konsentrasi yang paling rendah ke konsentrasi yang tinggi. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah kelompok lansia yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bati, dan kelompok bukan lansia yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Jumlah sampel adalah 70 orang. Sampel diambil dengan metode purpotive sampling, pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang berdasarkan faktor ekslusi dan inklusi. Hasil menunjukkan ada perbedaan antara sensitivitas rasa manis pada kelompok


(50)

lansia dan kelompok bukan lansia dengan konsentrasi sukrosa 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,4 g/ml. Pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate (SLS) berpengaruh dalam penurunan sensitivitas rasa pada kelompok lansia.

Kesimpulan : Penuaan dan pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate dapat menurunkan sensitivitas rasa dengan berkurangnya sensasi rasa.


(51)

SODIUM LAURYL SULPHATE PADA LANSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: AZRAI SIRAIT NIM 100600081

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(52)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2016

Azrai sirait

Penurunan Sensitivitas Rasa Akibat Pemakaian Pasta Gigi Yang Mengandung

Sodium Lauryl Sulphate Pada Lansia

VII + 49 halaman

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami. Penuaan menyebabkan penurunan sensitivitas indera pengecap, yang dapat diakibatkan karena berkurangnya pengecapan taste buds pada lidah dan berkurangnya saliva yang mengakibatkan berkurangnya sensasi rasa. Pada pasta gigi terdapat suatu bahan yang menghasilkan busa selama penyikatan gigi, yaitu Sodium Lauryl Sulphate (SLS). Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. SLS menyebabkan tegangan permukaan saliva berkurang sehingga menurunkan kelarutan saliva dan seterusnya dapat menurunkan sensitivitas rasa. Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada lansia dan dewasa muda, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dengan peningkatan konsentrasi larutan secara berurutan dari konsentrasi yang paling rendah ke konsentrasi yang tinggi. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah kelompok lansia yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bati, dan kelompok bukan lansia yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Jumlah sampel adalah 70 orang. Sampel diambil dengan metode purpotive sampling, pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang berdasarkan faktor ekslusi dan inklusi. Hasil menunjukkan ada perbedaan antara sensitivitas rasa manis pada kelompok


(53)

lansia dan kelompok bukan lansia dengan konsentrasi sukrosa 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,4 g/ml. Pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate (SLS) berpengaruh dalam penurunan sensitivitas rasa pada kelompok lansia.

Kesimpulan : Penuaan dan pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate dapat menurunkan sensitivitas rasa dengan berkurangnya sensasi rasa.


(54)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI...

DAFTAR ISI... ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia... ... ... 6

2.2 Lidah ... ... 7

2.2.1 Anatomi Lidah ... ... 7

2.2.2 Fisiologi Lidah ... ... 9

2.3 Mekanisme Pengecapan ... ... 10

2.4 Sensitivitas Pada Lidah... ... 12

2.5 Pasta Gigi ... ... 14

2.5.1 Komposisi Dari Pasta Gigi ... ... 15

2.5.2 Jenis Pasta Gigi ... ... 16

2.6 Efek Sodium Lauryl Sulphate Terhadap Rongga Mulut .... ... 16

2.7 Frekuensi Berkumur Setelah Menyikat Gigi ... ... 17

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Pada Lidah ... ... 18

2.9 Landasan Teori ... ... 21

2.10 Kerangka Teori ... ... 23


(55)

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 25

3.2.1 Tempat Penelitian ... ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 25

3.3.1 Populasi ... ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... ... 27

3.4.1 Identifikasi Variabel ... ... 27

3.5 Kriteria Inklusi ... ... 28

3.6 Kriteria Ekslusi ... ... 28

3.7 Definisi Operasional ... ... 28

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... ... 29

3.8.1 Alat Penelitian ... ... 29

3.8.2 Bahan Penelitian ... ... 29

3.9 Prosedur Pengambilan Data dan Penelitian ... ... 29

3.9.1 Pembuatan Taste Strips ... ... 30

3.9.2 Uji Sensitivitas Indera Pengecapan ... ... 30

3.9.3 Prosedur Penelitian ... ... 31

3.10 Pengolahan Analisis Data ... ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... ... 34

BAB 5 PEMBAHASAN ... ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 46

6.1 Kesimpulan ... ... 46

6.2 Saran ... ... 46


(56)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Pemeriksaan rasa manis ……… 33 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan rasa manis pada dewasa muda setelah

menyikat gigi………. 34 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan rasa manis sebelum menyikat gigi……….. 35 Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan rasa manis pada lansia setelah menyikat gigi….. 37 Tabel 4.4 Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa


(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagian-bagian pada lidah ... . 8

2. Letak reseptor pada lidah ... . 10

3. Proses impuls saraf dari lidah ke otak ... . 12

4. Elektrogustometri... 13

5. Taste strip... 13


(1)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2016

Azrai sirait

Penurunan Sensitivitas Rasa Akibat Pemakaian Pasta Gigi Yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate Pada Lansia

VII + 49 halaman

Lidah sebagai indera pengecap mempunyai taste buds meliputi seluruh permukaannya. Taste buds mengandung beberapa reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan umami. Penuaan menyebabkan penurunan sensitivitas indera pengecap, yang dapat diakibatkan karena berkurangnya pengecapan taste buds pada lidah dan berkurangnya saliva yang mengakibatkan berkurangnya sensasi rasa. Pada pasta gigi terdapat suatu bahan yang menghasilkan busa selama penyikatan gigi, yaitu Sodium Lauryl Sulphate (SLS). Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. SLS menyebabkan tegangan permukaan saliva berkurang sehingga menurunkan kelarutan saliva dan seterusnya dapat menurunkan sensitivitas rasa. Untuk mengetahui adanya perbedaan sensitivitas indera pengecap rasa manis pada lansia dan dewasa muda, pada penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan taste strips rasa manis dengan peningkatan konsentrasi larutan secara berurutan dari konsentrasi yang paling rendah ke konsentrasi yang tinggi. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah kelompok lansia yang berada di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bati, dan kelompok bukan lansia yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Jumlah sampel adalah 70 orang. Sampel diambil dengan metode purpotive sampling, pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang berdasarkan faktor ekslusi dan inklusi.


(2)

lansia dan kelompok bukan lansia dengan konsentrasi sukrosa 0,05 g/ml, 0,1 g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,4 g/ml. Pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate (SLS) berpengaruh dalam penurunan sensitivitas rasa pada kelompok lansia.

Kesimpulan : Penuaan dan pasta gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulphate dapat menurunkan sensitivitas rasa dengan berkurangnya sensasi rasa.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI...

DAFTAR ISI... ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia... ... ... 6

2.2 Lidah ... ... 7

2.2.1 Anatomi Lidah ... ... 7

2.2.2 Fisiologi Lidah ... ... 9

2.3 Mekanisme Pengecapan ... ... 10

2.4 Sensitivitas Pada Lidah... ... 12

2.5 Pasta Gigi ... ... 14

2.5.1 Komposisi Dari Pasta Gigi ... ... 15

2.5.2 Jenis Pasta Gigi ... ... 16

2.6 Efek Sodium Lauryl Sulphate Terhadap Rongga Mulut .... ... 16

2.7 Frekuensi Berkumur Setelah Menyikat Gigi ... ... 17

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Pada Lidah ... ... 18


(4)

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 25

3.2.1 Tempat Penelitian ... ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 25

3.3.1 Populasi ... ... 25

3.3.2 Sampel Penelitian ... ... 26

3.4 Variabel Penelitian ... ... 27

3.4.1 Identifikasi Variabel ... ... 27

3.5 Kriteria Inklusi ... ... 28

3.6 Kriteria Ekslusi ... ... 28

3.7 Definisi Operasional ... ... 28

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... ... 29

3.8.1 Alat Penelitian ... ... 29

3.8.2 Bahan Penelitian ... ... 29

3.9 Prosedur Pengambilan Data dan Penelitian ... ... 29

3.9.1 Pembuatan Taste Strips ... ... 30

3.9.2 Uji Sensitivitas Indera Pengecapan ... ... 30

3.9.3 Prosedur Penelitian ... ... 31

3.10 Pengolahan Analisis Data ... ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... ... 34

BAB 5 PEMBAHASAN ... ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 46

6.1 Kesimpulan ... ... 46

6.2 Saran ... ... 46


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Pemeriksaan rasa manis ……… 33 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan rasa manis pada dewasa muda setelah

menyikat gigi………. 34 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan rasa manis sebelum menyikat gigi……….. 35 Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan rasa manis pada lansia setelah menyikat gigi….. 37 Tabel 4.4 Perbandingan antara lansia dan dewasa muda yang merasa rasa


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagian-bagian pada lidah ... . 8

2. Letak reseptor pada lidah ... . 10

3. Proses impuls saraf dari lidah ke otak ... . 12

4. Elektrogustometri... 13

5. Taste strip... 13