Evaluasi tanaman bagi pengembangan lanskap jalan kota bumi Lampung Utara
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN
LANSKAP JALAN UTAMA
KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA
ISYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(2)
Utara. Dibimbing oleh NURHAJATI ANSORI MATTJIK dan HADI SUSILO ARIFIN.
Masalah yang sering di jumpai pada jalan di Kota Bumi adalah temperatur yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena Indonesia merupakan daerah beriklim tropis, arus lalu lintas kendaraan yang padat dan limgkungan jalan didominasi oleh perkerasan. Tujuan dari studi ini adalah menganalisis ketersediaan lahan untuk tanaman, mengevaluasi tanaman yang ada, serta menetapkan konsep tata hijau pada 3 (tiga) lanskap jalan di Kota Bumi Lampung Utara. Metode yang digunakan adalah metode survei dan studi pustaka, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan sintesis. Hasil studi menunjukkan ketiga lanskap jalan utama termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah penanaman < 4 m. Hasil evaluasi tanaman pada ketiga jalan menunjukkan bahwa tanaman yang sesuai untuk lanskap jalan dan memiliki fungsi peneduh adalah adalah jati putih (Gmelina arborea Roxb). Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang sesuai untuk lanskap jalan dan tahan naungan adalah soka (Ixora chinensis), kriminil (Alternanthera amoena), kembang coklat (Zephyranthes tubispatha), paku (Blechun orientale), lantana (Lantana cammara) dan rumput gajahan (Axonophus compressus). Tanaman yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak memiliki fungsi peneduh adala h adalah palm raja (Roystonea regia), palm kol (Licuala grandis), palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens), cemara (Thuja orientalis). Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak tanah naungan adalah teh-tehan (Acalypha microphylla), pangkas kuning (Duranta repens), bogenvil orange (Bougenvillea spectabilis), bayam merah (Iresine herbstii), taiwan beauty (Cuphea mycrophylla), kana (Canna indica) dan rumput manila (Zoysia matrella). Rekomendasi untuk ketiga jalan utama Kota Bumi adalah lanskap Jalan Soekarno-Hatta dipertahankan dan melakukan penyulaman pohon jati putih (Gmelina arborea Roxb), Jalan Jenderal Sudirman Re-design, dan Jalan Raden Intan dilakukan perencanaan penanaman. Tahap selanjutnya adalah pengelolaan/ pemeliharaan agar tujuan perencanaan lanskap jalan tercapai.
(3)
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN
LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA
ISYANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada
Departemen Arsitektur Lanskap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(4)
NIM : A. 352020081
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Nurhajati Ansori Mattjik, M.S. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tatakarya, Lampung Utara pada tanggal 25 Desember 1977 dari pasangan Tukiman dan Suminah. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri Tulang Bawang, Lampung Utara dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Arsit ektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Oktober 2005 penulis diterima menjadi pegawai tetap di sebuah kantor konsultan Metro, Lampung.
(6)
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaika n. Tesis ini berjudul Evaluasi Tanaman bagi Pengembangan Lanskap Jalan Utama Kota Bumi Lampung Utara.
Rasa terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr.Ir. Nurhajati Ansori Mattjik, M.S. dan Prof. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D. selak u dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan-masukan dan saran yang sangat berharga selama penelitian dan penulisan laporan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada Pemda Kota Bumi Lampung Utara, Dirjen Bina Marga Jasa Kota Bumi, Lampung Utara, Dinas Pertamanan Kota Bumi atas segala perijinan dan bimbingan selama penelitian lapang dilakukan. Kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana IPB diucapkan terimakasih atas kebersamaan serta dukungannya . Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukannya, amin.
Bogor, Desember 2005
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Kegunaan Penelitian... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 . Lanskap Jalan ... 3
2.2. Tata Hijau Lanskap Jalan ... 4
2.3. Evaluasi tata Hijau ... 10
2.4. Konsep Pengembangan Lanskap Jalan ... 10
III. METODE ... 12
3.1. Tempat dan Waktu ... 12
3.2. Metode Studi ... 12
3.2.1. Keinginan Masyarakat terhadap Lanskap ... 14
3.2.2 Ketersediaan Lahan untuk Tanaman ... 14
3.2.2.1. Tipe apak ... 14
3.2.2.2. Ruang tumbuh tanaman ... 15
3.2.3. Evaluasi Tanaman... 16
3.2.3.1. Inventarisasi Tanaman... 16
3.2.3.2. Pengukuran Fisik Tanaman... 16
3.2.3.3. Kondisi Kesehatan Tanaman... 18
3.2.3.4. Standar Tanaman untuk Lanskap Jalan... 19
3.3. Batasan Penelitian ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1. Kondisi Umum wilayah ... 21
4.2. Keinginan Masyarakat terhadap Lanskap Jalan... 22
4.3. Ketersediaan Lahan untuk Tanaman ... 24
4.3.1. Tipe Tapak ... 26
4.3.2. Ruang Tumbuh Tanaman ... 28
4.4. Evaluasi Tanaman ... 30
4.4.1. Inventarisasi Tanaman ... 30
4.4.2. Pengukuran Fisik Tanaman ... 33
4.4.2.1. Tanaman Pohon/Palm ... 33
4.4.2.2. Tanaman Semak/Perdu... 36
4.4.2.3. Tanaman Penutup Tanah... 38
4.4.3. Kondisi Kesehatan Tanaman ... 39
4.4.2. Standar Tanaman untuk Lanskap Jalan... 46 4.4.2.1. Evaluasi Tanaman Pohon/Palm untuk Lanskap Jalan 46
(8)
4.5.2. Standar Tanaman Lanskap Jalan... 62
4.5.3. Konsep Tiga Jalan Utama Kota Bumi... 63
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66
5.1. Simpulan... 66
5.2. Saran... 66
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria fungsi tanaman, bentuk pohon dan pola penanaman ... 7
2. Jalur penanaman pada median jalan... 8
3. Penanaman pada daerah tikungan/persimpangan... 9
4. Standar tata guna lahan lingkungan jalan... 14
5. Klasifikasi diameter batang pohon... 16
6. Kasifikasi tinggi pohon ... 17
7. Klasifikasi lebar tajuk ... 17
8. Kasifikasi tinggi tajuk paling bawah... 18
9. Standar tanaman untuk lanskap jalan... 19
10. Jenis, bentuk dan sumber data... 20
11. Ukuran wilayah jalan ... 25
12. Jarak bangunan-jalan pada tiga jalan utama kota bumi... 28
13. Jenis tanama n pada jalan utama kota bumi ... 31
14. Ukuran fisik tanaman semak/perdu... 38
15. Ukuran fisik tanaman penutup tanah... 39
16. Kondisi kesehatan tanaman pohon/palm... 40
17. Kondisi kesehatan tanaman semak/perdu ... 42
18. Kondisi kesehatan tanaman penutup tanah ... 44
19. Evaluasi tanaman pohon untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang memiliki fungsi sebagai peneduh... 47
20. Evaluasi tanaman semak/perdu untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang tahan naungan... 51
21. Evaluasi tanaman penutup tanah untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang tahan naungan... 55
22. Standar tanaman lanskap jalan... 62
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alur kerja penelitian ... 12
2. Lokasi penelitian ... 13
3. Tipe tapak ideal... 14
4. Tipe tapak acceptable... 15
5. Tipe tapak accetable... 15
6. Tipe tapak impossible... 15
7. Garis sempadan jalan... 16
8. Sketsa pengukuran tinggi pohon ... 17
9. Presentase keinginan masyarakat... 23
10. Penampang lanskap jalan Soekarno-Hatta ... 26
11. Penampang lanskap jalan Jenderal Sudirman... 27
12. Penampang lanskap jalan Raden Intan... 27
13. Sempadan pada jalan Soekarno -Hatta dan jalan Jenderal Sudirman ... 28
14. Sempadan jalan pada jalan Raden Intan... 28
15. Peta eksisting... 33
16. Klasifikasi tinggi pohon... 34
17. Tanaman mengalami pemangkasan... 35
18. Klasifikasi diameter batang pohon... 35
19. Kasifikasi lebar tajuk ... 36
20. Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah... 37
21. Kerusakan mekanik pada pohon jati ... 42
22. Palm raja mengalami kerusakan mekanik ... 42
23. Tanaman benalu pada palm kol... 43
24. Kondisi tanaman teh-tehan ... 44
25. Konsep penanaman tiga jalan utama ... 62
(11)
Lampiran
Lampiran Halaman 1. Peta existing ketiga jalan ... 70
(12)
1.1. Latar Belakang
Kota Bumi merupakan kota pusat pemerintahan di Lampung Utara. Semua pusat kegiatan berada di tempat tersebut baik pemerintahan, perdaga ngan, pendidikan, dan pelayanan jasa. Sebagai tempat pusat kegiatan, maka wilayah tersebut menjadi padat dan akan terus mengalami perkembangan. Jumlah penduduk meningkat sehingga menyebabkan kebutuhan hidup masyarakat juga menjadi meningkat, baik kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Berkaitan dengan kebutuhan pokok tersebut maka kebutuhan akan lahan juga meningkat baik untuk tempat tinggal ataupun tempat untuk melakukan kegiatan atau usaha. Perubahan penggunaan lahan, dari area pertanian menjadi area bangunan menyebabkan penghijauan di daerah perkotaan menjadi berkurang.
Perubahan tata guna lahan akan mempengaruhi transportasi, karena hubungan antara tata gunan lahan dan transportasi sangat erat. Bermacam- macam pola pengembangan lahan menghasilkan bermacam- macam kebutuhan akan transportasi, sebaliknya bentuk susunan sistem transportasi memperngaruhi pola pengembangan lahan. Lingkungan perkotaan, sistem transportasi, dan pola tata guna lahan saling berpengaruh, dengan berubahnya salah satu dari bagian tersebut akan menghasilkan perubahan pada bagian yang lain. Tata guna lahan ya ng berbeda akan memberikan tingkat kegiatan dan perjalanan yang berbeda . Transportasi merupakan turunan dari kebutuhan, artinya transportasi digunakan pertama kali karena, transportasi dibutuhkan dalam rangka untuk mencapai tujuan (Catanese dan Snyder 1996).
Masalah yang sering ditemui pada lingkungan jalan di Kota bumi adalah temperatur yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki temperatur udara relatif tinggi. Selain itu arus lalu lintas kendaraan yang padat dan permukaan badan jalan yang terbuat dari perkerasan yang memantulkan sinar matahari, sehingga menambah lingkungan jalan menjadi panas. Lingkungan jalan yang panas akan menganggu kenyamanan pengguna jalan khususnya pejalan kaki. Untuk melakukan perencanaan lingkungan jalan, maka tahap awal yang dilakukan adalah evaluasi tapak, meliputi
(13)
2
kondisi fisik, kondisi lingkungan jalan, kondisi tanaman dan keinginan masyarakat terhadap lanskap jalan.
Evaluasi tanaman dilakukan karena evaluasi merupakan bagian dari proses perencanaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam penataan dan pemilihan tanaman pada lingkungan jalan yang dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia baik masa sekarang maupun yang akan datang. Evaluasi tanaman untuk lingkunga n jalan sangat penting, karena ligkungan jalan merupakan lingkungan yang selalu padat dengan aktifitas kendaraan sehingga pemilihan tanaman harus sesuai dengan kondisi lingkungan jalan.
Pemilihan tanaman untuk lingkungan jalan harus memperhatikan karakter dari tanaman dan harus memiliki kriteria yang sesuai untuk tanaman lanskap jalan. Karena lingkungan jalan adalah lingkungan yang selalu ramai dengan arus lalu lintas kendaraan dan ketersedian lahan untuk tanaman terbatas. Sehingga pemilihan tanaman pohon ditekankan pada tanaman yang memiliki fungsi peneduh dengan tajuk sedang. Pemilihan tanaman semak/penutup tamah ditekankan pada tanaman yang tahan naungan.
Elemen tanaman pada lanskap jalan dapat memberikan daya tarik tersendiri yang dapat berfungsi sebagai penciri/identitas suatu daerah yang membedakan daerah satu dengan daerah lain. Selain itu lanskap jalan yang tertata dengan baik dan memiliki nilai estetis dapat digunakan masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis ketersediaan lahan untuk tanaman pada 3 (tiga ) jalan utama
Kota Bumi Lampung Utara.
2. Mengevaluasi tanaman pada 3 (tiga) lanskap jalan Kota Bumi Lampung
Utara
3. Menetapkan konsep tata hijau pada 3 (tiga) lanskap jalan Kota Bumi.
1.3. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun pertimbangan bagi pihak perencana kota untuk mengembangkan dan melaksanakan pembangunan tata hijau jalan yang fungsional dan estetis.
(14)
2.1. Lanskap Jalan
Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkunganjalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Departemen Pekerjaan Umum 1996).
Penataan lanskap jalan bertujuan memberikan keselamatan, kenyamanan bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan visual di sekitar jalan. Penataan fasilitas jalan harus dapat memberikan pelayanan kepada pengguna baik pengendara kendaraan maupun pejalan kaki.
Menurut Simonds (1978), bahwa dalam lanskap kehidupan manusia tersusun atas jalan dan tempat, di mana jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan serta tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah dan bersantai. Jalan sebagai jalur pergerakan merupakan suatu kesatuan secara keseluruhan, seharusnya bersifat lengkap, aman, efisien, serta dapat berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi dan penghubung. Di samping fungsi sebagai sarana transportasi jalan juga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dari satu titik ke titik lain melalui lanskap jalan yang ada.
Jalan menurut Dirjen Bina Marga (1980) adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Jalan itu sendiri merupakan suatu kesatuan sis tem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.
Berdasarkan UU RI No.13 tahun 1980, jalan dikelompokkan menurut peranannya menjadi tiga golongan yaitu:
(15)
4
a. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul/ pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalam masuk tidak dibatasi.
Peraturan jalan No 13/1980 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang bagian-bagia jalan adalah:
a. Damaja (Daerah Manfaat Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk kontruksi jalan. Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.
b. Damija ( Daerah Milik Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Dimanfaatkan untuk dama ja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu intas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.
c. Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) merupakan ruas di sepanjang jalan di
luar damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan. Dengan tujuan agar tidak mangganggu pandangan pengemudi dan kontruksi bangunan jalan.
2.2. Tata Hijau Lanskap Jalan
Penggunaan tanaman dalam lanskap dapat berupa tanaman semusim
(annual plant), tanaman dua musim (biennial plant), dan tanaman tahunan
(perennia l plant). Tanaman semusim adalah tanaman yang hidup hanya satu
musim. Tanaman dua musim adalah tanaman yang siklus hidupnya dua kali, pertama pertumbuhan vegetatif dan musim kedua pertumbuhan generatif. Sedangkan tanaman tahunan adalah tanaman yang hidupnya sepanjang tahun (Carpenter 1975).
(16)
Pemilihan tanaman dapat diklasifikasikan secara hortikulturis-ekologis, serta berdasarkan sifat fisiknya. Secara hortikulturis dan ekologis, meliputi: (1) syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit, pemangkasan dan sebagainya; (2) sifat penyebaranya; (3) sifat adaptasi. Sedangkan klasifikasi secara fisik meliputi tujuan disain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma, dan sifat budidaya (Arifin 2001).
Menurut Nasrullah (1999), dasar pemilihan tanaman untuk daerah jalan adalah: (1) sesuai persyaratan tumbuh tanaman, (2) toleran terhadap polusi udara, (3) tipe jalan dan posisi pada bagian jalan, (4) pemeliharaan minimum; (5) sesuai dengan fungsi yang ingin dimunculkan, apakah keselamatan, kenyamanan, konservasi lingkungan atau estetika.
Dalam pemilihan tanaman pertama yang harus diperhatikan adalah persyaratan tumbuh tanaman, yang mencakup adaptasi tanaman terhadap lingkungan hidupnya. Tanaman pada lingkungan jalan dipilih tanaman yang dapat mengurangi polusi udara, sehingga dapat memperbaiki kondisi lingkungan. Sedangkan tipe jalan berkaitan dengan kecepatan kendaraan dan luas damija yang tersedia untuk penanaman. Pada jalan lokal tanaman yang dipilih adalah tanaman yang dapat tumbuh pada lahan yang sempit dan dapat memberi naungan dan menyajikan keindahan, sehingga tanaman dapat memberi kenyamanan bagi pengemudi atau pejalan kaki. Pada jalan arteri dan kolektor dengan damija yang lebih luas, maka pemilihan tanaman lebih luas, sehingga segenap fungsi- fungsi penanaman dapat diefektifkan. Dalam pemilihan tanaman untuk jalan dipilih tanaman yang pemeliharaannya tidak intensif (Nasrullah 1999).
Kriteria tanaman jalan dalam kota (Nasrullah 1999) adalah: (1) pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m; (2) bentuk tajuk bulat atau kolumnar; (3) tinggi cabang paling bawah 5 m; (4) tidak membahayakan bagi pengguna jalan; (5) perakaran tidak ekstensif; (6) berdaun kecil sampai sedang dan tidak menggugurkan daun secara serempak; (7) baik pohon dan semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti warna daun maupun bunga; (8) menghindari penggunaaan tanaman yang membutuhkan pemeliharaan secara intensif.
(17)
6
Tanaman yang dikomposisikan dalam daerah jalan dapat difungsikan (Nasrullah1999) sebagai berikut:
a. Fungsi kenyamanan: tanaman jalan meningkatkan kenyamanan dengan
memperbaiki iklim mikro, menurunkan temperatur jalan dan memberikan naungan kepada pejalan kaki.
b.Fungsi keselamatan pengemudi: tanaman dapat memberikan petunjuk arah
lurus atau belokan jalan atau mengarahkan pengemudi kesuatu pemberhentian.
c. Fungsi mencegah kecelakaan: tanaman jalan dapat mengurangi silau sinar
matahari atau lampu kendaraan.
d.Fungsi estetika: tanaman yang dikomposisikan dengan baik akan memberikan
keragaman pemandangan, sehingga dapat mencegah suasana monoton pada jalan. Disamping itu tanaman dapat memberi identitas lokasi yang penting dalam pembentukan mental map pengemudi. Tanaman juga dapat memberi harmoniai pemandangan dengan lingkungan sekitar, dalam hal ini tanaman dipergunakan untuk menutup pemandangan yang tidak menarik, sebaliknya tanaman juga dipergunakan untuk membingkai pemandangan yang menarik.
e. Fungsi konservasi lingkungan: tanaman dapat mencegah erosi.
f. Fungsi Harmonisasi dengan lingkungan: pemilihan tanaman harus dapat
mengurangi dampak negatif jalan seperti polusi udara dan kebisingan, serta memberi keindahan kepada pemakai jalan dan masyarakat di sekitar jalan.
Menurut Departeman Pekerjaan Umum (1996), hal- hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan adalah:
1.Pada jalur tepi jalan
Jalur tanaman pada daerah ini diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur penanaman.
2.Pada Jalur tengah (median)
Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80 m, sedangkan lebar ideal adalah 4-6 m.
3.Pada daerah tikungan
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam penempatan dan pemilihan jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas
(18)
samping ditikungan. Tanaman rendah (perdu/semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimum 0,8 m yang ditempatkan pada ujung tikungan.
4.Pada daerah persimpangan
Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lanskap jalan adalah adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi.
Berikut adalah contoh penanaman tanaman pada lingkungan jalan. Penanaman berdasarkan letak penanaman, fungsi tanaman pada daerah jalan, dan bentuk penanaman.
Tabel 1 Kriteria Fungsi Tanaman, bentuk Poho n dan Pola Penanaman
Fungsi Bentuk
a. Peneduh
- Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal
1,5 m)
- Percabangan 5 m di atas tanah
- Bentuk percabangan batang tidak merunduk
- Bermassa daun padat
- Ditanam sedara berbaris
- Contoh: kiara payung (Filicium deficiens),
tanjung (Mimusops elengi), angsana
(Pterocarpus indicus)
b.Penyerap polusi udara
-Terdiri dari pohon, semak/perdu
-Memiliki ketahanan tinggi terhadap
pengaruh udara
-Jarak tanam rapat
-Bermassa daun rapat
-Contoh: angsana (Pterocarpus indicus),
akasia daun besar (Accasia mangium),
oleander (Nerium oleander), Bogenvil ungu
(Bougenvilea glabra), teh-tehan (Acalypha
(19)
8
Tabel 1 Lanjutan
c. Pereduksi kebisingan
-Terdiri dari pohon, perdu/semak
-Membentuk massa
-Bermassa daun rapat
-Berbagai bentuk tajuk
-Contoh:
tanjung (Mimusa elengi),
kiara payung (Filicium decipiens),
teh-tehan (Acalypha microphylla), kembang
sepatu (hibiscus rosasinensis), bogenvil
ungu (Bogenvilea glabra), oleander
(Nerium oleander)
d.Pembatas pandang/visual
-Tanaman tinggi, perdu/semak
-Bermassa daun padat
-Ditanam berbaris/massal
-Jarak tanam rapat
-Contoh: bambu pagar (Bambusa multiplek),
cemara angin(Cassuaria equisetifolia),
kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis),
oleander (Nerium oleander)
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)
Tabel 2 Jalur penanaman pada median jalan
Fungsi Bentuk
a.Penahan silau lampu kendaraan
-Tanaman perdu/semak
-Ditanam rapat
-Ketinggian 1,5 m
-Bermassa daun padat
-Contoh: bogenvil orange
(Bogenvilea spectabilis), kembang
sepatu (Hibiscus rosasinensid),
oleander (Netrium oleander), nusa
indah (Mussaenda erytthrophylla)
(20)
Tabel 3 Penanaman pada daerah tikungan/ persimpangan
Fungsi Bentuk
a. Pengarah
-Tanaman Pohon atau perdu dengan
tinggi >2 m
-Ditanam secara massal atau
berbaris
-Jarak tanam rapat
-Untuk tanaman perdu/semak
dipilih tanaman yang berwarna hijau muda
-Contoh:
Pohon:
cemara angin (Cassuaria
equisetifolia),
mahoni (Switenia mahagoni),
hujan mas (Cassia multijuga),
kembang merak (Caesalphinia
pulcherrima), kol banda (Pisonia
alba)
Semak:
akalipa (Acalypha microphilla),
pangkas kuning (Duranta repens)
g. Pembentuk pandangan
-Tanaman tinggi >3 m
-Pada bagian tertentu dibuat
terbuka
-Diutamakan tajuk konikal atau
kolumnar
-Contoh:
Pohon:
cemara (Cassuaria equisetifolia),
glodokan tiang (Polyaltea
fragrans),
bambu pagar (Bambusa multiplek),
Semak:
akalipha (Acalypha microphylla)
pangkas kuning (Duranta repens)
(21)
10
2.3. Evaluasi Tata Hijau
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal- hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langkah- langkah alternatif perbaikan bagi kelemahan tersebut (Eliza 1997). Evaluasi tata hijau lanskap jalan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga penataan tanaman yang telah direncanakan pada daerah jalan, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penataan tanaman tersebut dan kemudian menentukan langkah-langkah alternatif untuk memperbaiki kelemahan penataan tanaman lanskap jalan tersebut.
2.4. Konsep Pengembangan Lanskap Jalan
Simonds (1983), menyatakan bahwa lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu dimana elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi dua yaitu elemen lanskap utama dan elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat diubah, seperti bentukan gunung, sungai, pantai dan sebagainya. Sedangkan elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah seperti bukit-bukit, semak, sungai kecil dan sebagainya.
Perencanaan lanskap merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni untuk penyusunan kebijakan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan dimasa yang akan datang. Ketidak berhasilan suatu perencanaan disebabkan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak dan kurang diperhatikannya aspek sosial khususnya pengguna. Penghayatan terhadap tapak merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi tapak. Pemahaman ini meliputi keadaan tanah, topografi, iklim, vegetasi, satwa, dan sebagainya (Simonds 1983).
Menurut Simonds (1983), bahwa dalam perencanaan lanskap meliputi
empat tahap proses perencanaan yaitu Commission, Research (pengumpulan
data), analysis, syntesis, contruction (pelaksanaan) dan operation (pemeliharaan).
Prinsip yang biasa digunakan dalam perencanaan lanskap adalah mengeliminasi elemen-elemen yang jelek dan menonjolkan elemen-elemen yang baik, dimana
(22)
karakter tapak yang menarik harus diciptakan dan dipertahankan menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Menurut Reid (1993), prinsip desain terdiri dari Unity sebagai unsur
penyatu; Harmony sebagai unsur penyelaras; Simplicity sebagai unsur
kesederhanaan yang dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang
tidak perlu; Emphasis atau dominasi adalah menitikberatkan pandangan pada
elemen atau pola tertentu; Balance sebagai unsur penyeimbang; Scale and
Proportion yang mengacu pada perbandingan relatif antara ketinggian, panjang,
luas, massa, dan volume; dan Sequence atau keberlanjutan adalah unsur yang
berhubungan dengan pergerakan.
Menurut Booth (1987), faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas estetik suatu perencanaan tanaman adalah ukuran, bentuk, dan tekstur. Ukuran tanaman merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman, karena ukuran tanaman secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi dan keseluruhan kerangka kerja perancangan. Bentuk tanaman, yang merupakan faktor membentuk struktur komposisi tanaman yang dapat mempengaruhi kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan menyelaraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam perancangan. Warna tanaman dapat memberikan karakter pada ruang. Warna-warna terang menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna gelap mengesankan suasana suram/gelap.
(23)
III. METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di tiga jalan utama Kota Bumi, Kabupaten Lampung Utara. Meliputi jalan Soekarno-Hatta, Jenderal Sudirman dan Raden
Intan (Gambar 2). Daerah Kota Bumi berada pada 4.34o – 5.06o Lintang Selatan
dan 104.30o – 105.08o Bujur Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April 2004
sampai dengan Mei 2005.
3.2. Metode Studi
Metode studi yang digunakan adalah metode survei, yaitu survei terhadap kondisi fisik jalan, kondisi tanaman lanskap jalan, dan keinginan masyarakat sebagai pengguna jalan terhadap kondisi lanskap jalan.
Gambar 1. Bagan alur kerja penelitian Ketersediaan
lahan dan ruang untuk tanaman
EXISTING
Lanskap 3 (tiga) Jalan Utama Kota Bumi
REKOMENDASI
Tanaman pada 3 (tiga) jalan Utama Kota Bumi
1. Dipertahankan
2. Re-design
3. Pemeliharaan
Keinginan masyarakat
terhadap tanaman lanskap jalan
INVENTARISASI
Jenis, ukuran dan kondisi
kesehatan tanaman
STANDAR
UU
Peraturan daerah Kriteria-kriteria
(24)
Keterangan: (1) Jl. Soekarno-Hatta; (2) Jl. Jenderal Sudirman; (3) Jl. Raden Intan
Gambar 2. Lokasi Penelitian
3 2
(25)
14
3.2.1. Keinginan Masyarakat terhada Lanskap Jalan
Persepsi masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui keinginan masyarakat setempat terhadap perencanaan lanskap jalan sesua i dengan fungsi dan kesukaan masyarakat. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dibuat kuisioner tentang persepsi masyarakat terhadap lanskap jalan yang diinginkan. Responden merupakan masyarakat sekitar/ pengguna jalan, yang terdiri dari 30 orang.
3.2.2. Ketersediaan lahan untuk Tanaman
Tanaman pada lingkungan jalan membutuhkan ruang untuk tumbuh dan berkembang sehingga harus tersedia tempat yang sesuai agar pertumbuhan dapat berlangsung dengan baik.
3.2.2.1. Tipe tapak
Tipe tapak diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu ideal, acceptable dan
impossibl. Tapak ideal adalah tapak yang masih dapat ditanami dengan kondisi
baik. Tapak acceptable adalah tapak yang dapat ditanami tetapi membutuhkan
perhatian khusus. Tapak impossible adalah tapak yang tidak mungkin ditanami.
Masing- masing tipe tapak memiliki standar tata guna lahan dan lebar daerah penanaman (Tabel 4).
Tabel 4 Standar Tata Guna Lahan Lingkungan Jalan
Tipe Tapak Tata Guna Lahan Lebar Daerah
Penanaman
Tapak ideal bangunan, trotoar, daerah penanaman,
badan jalan
> 4 m
Tapak acceptable
bangunan, trotoar, daerah penanaman, badan jalan
bangunan, daerah penanaman, trotoar, badan jalan
< 4 m
Tapak impossible
bangunan, trotoar, badan jalan tidak ada
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
(26)
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 4. Tipe tapak acceptable
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 5. Tipe tapak acceptable
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 6. Tipe tapak impossible
3.2.2.2. Ruang tumbuh tanaman
Ketersediaan ruang untuk pertumbuhan tanaman, yaitu dengan mengukur jarak antara jalan ke bangunan. Semakin lebar jarak maka akan memberikan ruang yang luas untuk tanaman. Peraturan Daerah Lampung Utara No. II Tahun 1995 tentang izin mendirikan bangunan dan garis sempadan, menyatakan bahwa dalam mendirikan bangunan harus ada perizinan bangunan, salah satu peraturan mendirikan bangunan adalah jarak antara rumah dengan jalan, yaitu dengan menggunakan rumus:
Jarak Jalan-Bangunan
(27)
16
- - -
a b Keterangan: (a) Jarak jalan-bangunan; (b) Lebar jalan
Gambar 7 Garis sempadan jalan
3.2.3. Evaluasi Tanaman 3.2.3.1. Inventarisasi Tanaman
Inventarisasi tanaman yang terdapat pada ketiga jala n utama Kota Bumi. Inventarisasi berupa jenis tanaman yang berada pada ketiga jalan.
3.2.3.2. Penguk uran Fisik Tanaman
(1) Diameter batang setinggi dada atau diameter at breast height (DBH)
Pengukuran DBH batang pohon dilakukan 140-145 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBHmeter pada batang pohon. Data DBH yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kelas (Tabel 5).
Tabel 5 Klasifikasi diameter batang pohon
Kelas Kualifikasi Diameter (cm)
D1 Semai < 10
D2 Kecil (tiang) 10 – 30
D3 Sedang (hampir dewasa) 30 – 60
D4 Besar (dewasa) ≥ 60
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995) (2) Tinggi pohon
Pengukuran tinggi pohon menggunakan rumus Phytagoras, yaitu: t1 = tangen α . s T = t1 + t2
Sudut α diperoleh dengan menggunakan busur derajat yang diberi selubung
(28)
Gambar 8 Sketsa sistem pengukuran tinggi pohon
Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4 kategori: semai, pohon muda, tiang dan pohon tua/dewasa (Tabel 6).
Tabel 6 Klasifikasi tinggi pohon
Kelas Kualifikasi Tinggi (m)
T1 Rendah < 1
T2 Sedang 1 – 6
T3 Tinggi 6 – 28
T4 Sangat tinggi ≥ 28
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995) (3) Lebar tajuk
Lebar tajuk diukur dengan menggunakan rollmeter. Pengukuran dilakuka
dengan menentukan dua titik teerluar tajuk dari pohon tersebut. Data lebar tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Tabel 7).
Tabel 7 Klasifikasi lebar tajuk
Kelas Kualifikasi Lebar (m)
L1 Semai < 2
L2 Kecil 2 – 5
L3 Sedang 5 – 9
L4 Besar ≥ 9
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995) S
α
t2 t1
(29)
18
(4) Tinggi Tajuk Paling Bawah
Pengukuran dengan mengunakan meteran, yaitu mulai dari pangkal pohon sampai tinggi tajuk paling bawah. Data tinggi tajuk paling bawah yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 3 kelas (Tabel 8).
Tabel 8 Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah
Kelas Kualifikasi Tinggi (m)
TT1 Buruk < 2
TT2 Baik 2-4
TT3 Sangat Baik ≥ 5
3.2.3.3.Kondisi Kesehatan Tanaman
Pengamatan fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian:
1. Pangkal akar yang berada dipermukaan tanah dan batang
2. Percabangan dan daun
Pengamatan bagian pohon meliputi:
1. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit
a. Tumbuhan parasit (benalu, jamur)
b. Tumbuhan tidak parasit; ulat, embun jelaga c. Akar kering/lapuk; batang kering/lapuk d. Akar busuk/batang busuk
e. Gerowong/keropos yang tampak f. Klorosis
g. Nekrosis
h. Percabangan lapuk
2. Kerusakan mekanik
a. Graffiti dan pemasangan papan iklan
b. Goresan c. Sayatan d. Patah cabang f. Tersambar petir
(30)
3.2.3.4. Standar Tanaman untuk Lanskap Jalan
Evaluasi tanaman berdasarkan pada kesesuaian karakter hortikultur tanaman untuk tanaman lanskap jalan yaitu dengan melihat sifa t-sifat yang dimiliki oleh tanaman. Jenis tanaman yang dievaluasi adalah tanaman pohon, semak/perdu dan tanaman penutup tanah (Tabel 9). Tanaman pohon ditekankan pada tanaman yang memiliki fungsi peneduh, sedangkan tanaman semak/perdu dan penutup tanah ditekankan pada tanaman yang tahan naungan.
3.3. Batasan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi lanskap jalan ini hanya dilakukan sampai pada tahap konsep perencanaan, yaitu pemilihan dan penataan vegetasi untuk lanskap jalan dengan konsep tetap mempertahankan vegetasi yang memiliki fungsi sebagai tanaman lanskap jalan.
Tabel 9 Standar tanaman lanskap jalan menurut jenis tanaman
No Tanaman Karakter tanaman dan pola penanaman
1 Pohon a. Fungsi peneduh
b. Penanaman secara kontinyu
c. Pohon dengan tinggi sedang/tinggi < 15 m d. Tinggi cabang paling bawah 5 m
e. Perakaran tidak ektensif f. Tanaman tidak berbahaya g. Tahan terhadap hama dan penyakit h. Memiliki bagian tanaman yang estetik i. Pemeliharaan tidak intensif
2 Semak a. Tahan naungan
b. Akar tidak ekstensif c. Ditanam rapat
d. Kontinyu sepanjang jalan e. Tanaman tahunan
f. Memiliki bagian tanaman yang estetik g. Tanaman tidak berbahaya
h. Toleran HPT
i. Pemeliharaan tidak intensif
3 Penutup tanah a. Tahan naungan
b. Penutupan merata c. Tanaman tahunan d. Akar tidak ekstensif e. Toleran HPT
f. Memiliki bagian tanaman yang estetik g. Tanaman tidak berbahaya
(31)
20
Tabel 10 Jenis, bentuk dan sumber data
Jenis Data Parameter (unit) Sumber Kegunaan
Kondisi tapak Kondisi umum:
1.Iklim (T, RH, CH) 2.Jenis tanah 3.Hidrologi
Kondisi fisik tapak: 1.Klasifikasi tapak
2.Ketersediaan ruang pertumbuhan
BMG Pemda Pemda Survei & Departeman PU
Untuk
menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi setempat
Kondisi tanaman Jenis tanaman:
1.pohon 2.perdu 3.penutup tanah Fisik tanaman: 1.Tinggi tanaman 2.Tinggi cabang bawah 3.Diameter Batang 4.Lebar tajuk
5.Leber semak/penutup tanah 6.Panjang semak/penutup tanah Pola penanaman:
1.tunggal 2.massal 3.linier 4.non-linier
Tempat penanaman: 1.bak penanaman tetap 2.bak penanaman tidak tetap 3.ditanam langsung pada tanah
Studi Pustaka Karakter tanaman
Survei & Dinas Pertamanan
pustaka
Untuk mengetahui apakah tanaman yang telah ada sesuai untuk lanskap jalan
Kondisi sosial Keinginan masyarakat Survei Mengetahui
keinginan masyarakat
(32)
4.1. Kondisi Umum Wilayah
Kota Bumi merupakan ibukota Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu dari 10 kabupaten di Propinsi Lampung yang baru memekarkan wilayahnya.
Secara geografis Kabupaten Lampung Utara terletak pada 4°34’-5°06’ Lintang
Selatan dan 104°30’-105°08’ Bujur Timur dengan luas wilayah 272.563 ha dan
terdiri atas 16 kecamatan dan 203 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah: Sebelah Utara : Kabupaten Way Kanan
Sebelah Selatan : Kabupaten Lampung tengah Sebelah Timur : Kabupaten Tulang Bawang Sebelah Barat : Kabupaten Lampung Barat
Suhu maksimum Kota Bumi terjadi pada saat musim kemarau, yaitu bulan
Juni, Juli Agustus dan September di mana suhu mencapai 35oC, namun sebaliknya
dengan kelembaban dan curah hujan pada musim ini yang relatif rendah. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret, dan April yang mencapai 87%. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldemen yang didasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering, maka daerah Kota Bumi digolongkan dalam kelompok iklim Zona C, di mana bulan basah secara berturut-turut yaitu bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret, dan April. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm dan bulan kering kurang dari 100 mm. Kondisi iklim ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis tanaman yang cukup adaptif pada daerah ini antara lain: beberapa tanaman perkebunan dan kehutanan.
Kabupaten Lampung Utara mempunyai dua sungai (Sungai Way Rarem dan Way Sesah) yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bagi usaha pertanian dan penyiraman tanaman pada lanskap jalan yang ada. Hal ini didukung oleh ketersediaan air kedua sungai tersebut yang mencukupi untuk kebutuhan penyiraman sepanjang tahun. Tetapi kondisi sungai tidak terawat dengan baik, hal tersebut disebabkan karena prilaku masyarakat yang suka membuang sampah di sungai, sehingga perlu dilakukan upaya pemeliharaan sungai, yaitu dengan
(33)
22
membersihkan sungai dari sampah-sampah dan adanya peraturan tidak boleh membuang sampah di sungai serta pemberian sanksi hukuman jika terjadi pelangaran.
Jenis tanah di Kabupaten Lampung Utara didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang tersebar pada semua kecamatan. Tanah podzolik merah kuning pada umumnya dijumpai pada daerah-daerah berbahan induk asam, seperti daerah bagian barat dari Indonesia, yaitu Jawa barat, Sumatera dan Kalimantan. Tanah ini selain bersifat asam juga merupakan tanah yang miskin akan unsur hara. Tanah podzolik merah kuning dilihat dari sudut fisika memiliki struktur tidak mantap, sehingga tanah jenis ini peka terhadap erosi dan dari segi kimia tanah ini merupakan tanah yang miskin akan unsur hara dan bereaksi asam. Tanah yang miskin hara dan besifat asam ini jika akan digunakan untuk usaha pertanian harus dilakukan pemupukan terlebih dahulu agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan normal. Pada umumnya tanah seperti ini sesuai untuk tanaman jenis perkebunan, karean dapat berfungsi sebagai penahan erosi.
4.2. Keinginan Masyarakat Terhadap Lanskap Jalan
Persepsi dan keinginan pengguna jalan mengenai lanskap jalan dapat diketahui melalui kuisioner. Responden merupakan masyarakat kota Bumi yang berada pada 3 (tiga) jalan utama (Gambar 9).
Tanaman Memberi Kenyamanan
0%
90%
10%
tidak sedikit ya
Tanaman Jalan 0%
50% 50%
(34)
Gambar 9 Persentase keinginan masyarakat Tanaman Untuk Jalan
0% 0%
100%
penutup tanah perdu/ semak pohon
Tanaman Estetik
24%
16% 60%
berbunga berwarna berdaun hijau
Tempat Penanaman
36%
4% 60%
pot permanen tidak permanen tanpa pot
Kondisi Lingkungan Jalan
0%
33%
67%
sejuk panas sangat panas
Pejalan Pagi Hari 16%
74% 10%
tidak pernah kadang-kadang sering
Pejalan Siang Hari
33%
54% 13%
tidak pernah kadang-kadang sering
Perbaikan Lingkungan Jalan
16%
16%
68%
(35)
24
Berdasarkan hasil kuisioner masyarakat menyatakan bahwa keberadaan tanaman pada lingkungan jalan diperlukan. Lima puluh persen masyarakat menyatakan perlu adanya tanaman dan 50% menyatakan sangat perlu adanya tanaman pada lingkungan jalan. Sebagian besar masyarakat (90%) menyatakan bahwa dengan adanya tanaman dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan. Tanaman yang diinginkan masyarakat adalah tanaman pohon (100%) dengan alasan supaya lingkungan jalan menjadi teduh. Jenis tanaman yang diiginkan adalah 24% menyukai tanaman berbunga, 16% menyukai tanaman berwarna, dan 60% menyukai tanaman berwarna hijau. Sebagian masyarakat menyatakan mereka menyukai lingkungan jalan dipenuhi oleh tanaman berbunga dan berwarna, supaya lingkungan jalan menjadi menarik dengan aneka macam warna dan bunga. Sebagian masyarakat menyatakan menyukai tanaman berwarna hijau karena mereka mengiginkan lingkungan jalan menjadi sejuk dan nyaman.
Berdasarkan cara penanamannya, 36% masyarakat menyarankan tanaman ditanam pada pot tetap, 4% ditanam pada pot yang dapat dipindah (4%), dan 60% menyarankan tanaman ditanam langsung pada tanah. Masyarakat menyarankan tanaman ditanam pada pot tetap dengan alasan keamanan, sedangkan penanaman langsung pada tanah berdasarkan pertimbangan biaya.
Persepsi masyarakat mengenai kondisi iklim di Kota Bumi 67% menyatakan sangat panas, 33% menyatakan panas, dan tidak ada masyarakat yang menyatakan daerah Kota Bumi sejuk. Hal ini menjadi kendala bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki dalam melakukan aktivitasnya. Oleh karena itu masyarakat sangat menginginkan adanya peningkatan perbaikan kondisi jalan termasuk dengan penanam pada lingkungan jalan.
4.3. Ketersediaan Lahan untuk Tanama n
Tabel 11 menunjukkan lebar dan panjang daerah penanaman, badan jalan
dan jalur pedestrian untuk masing- masing jalan. Ketersediaan lahan untuk
tanaman pada ketiga jalan berbeda-beda, hal tersebut disebabkan karena tidak ada perencanaan pembuatan jalan secara total untuk jangka waktu panjang. Pelebaran badan jalan dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana jalan. Catasene dan Snyder (1996), menyatakan bahwa transportasi merupakan turunan dari kebutuhan masyarakat
(36)
Perencanaan jalan yang bertahap ini menyebabkan lahan ruang untuk tanaman menjadi berkurang karena terpakai untuk pelebaran jalan. Hal tersebut disebabkan perencana kota lebih mementingkan kebutuhan akan prasarana daripada kualitas lingkungan yang sehat dan baik.
Tabel 11. Ukuran wilayah jalan
Nama Jalan Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)
Jl Soekarno-Hatta Badan Jalan Trotoar Daerah Penanaman 4150 4150 4150 10 1,5 2 41500 6225 8300 Jl Jenderal Sudirman
Badan Jalan Trotoar Daerah Penanaman 2500 2500 *bervariasi 10 1,5 bervariasi 25000 3750 bervariasi Jl. Raden Intan
Badan Jalan Trotoar Daerah Penanaman 3000 1000 3000 3,5 1,5 1 10500 1500 3000 Keterangan: * bervariasi = tanaman berada pada bak-bak penanaman
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Kota Bumi 2004
Daerah penanaman pada Jalan Soekarno-Hatta ditanam langsung pada tanah dengan lebar 2 m. Daerah penanaman kontinyu sepanjang jalan. Tanaman
yang sudah ada adalah tanaman jati putih (Gmelina arborea Roxb). Penanaman
ini dilakukan oleh Dinas Kehutanan pada tahun 1998.
Luas daerah penanaman pada Jalan Jenderal Sudirman ditentukan oleh kebijakan masyarakat pemilik tanah yang ada di sepanjang jalan tersebut, sehingga luas penanaman bervariasi. Daerah penanaman sebagian besar berupa bak-bak penanaman permanen dengan ukuran bervariasi (2 m, 1,5 m, 1 m, kurang dari 1 m atau tidak ada sama sekali). Bak-bak penanaman yang ada merupakan program kerja Pemerintah Daerah. Program kerja tersebut ada 2 (dua), yaitu taman perkantoran dan taman lingkungan. Jadi pada Jalan Jenderal Sudirman penanaman tanaman berada pada spot-spot kecil.
Daerah penanaman pada Jalan Raden Intan sudah tersedia dengan lebar 1 m. Daerah penanaman tersebut belum ditanami karena belum pernah dilakukan perencanaan penanaman. Jalan raden Intan merupakan daerah pemukiman penduduk, di mana ada potensi pejalan kaki, tetapi tidak ada tanaman peneduh yang dapat memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Rancangan penanaman pada jalan-jalan di Kota Bumi belum terencana dengan baik, terbukti belum adanya perencanaan Kota secara menyeluruh.
(37)
26
Rancangan penanaman yang telah ada dilakukan secara bertahap setiap tahun, dan setiap tahap memiliki desain yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan dana dan tidak konsistenya pihak perencana.
4.3.1. Tipe Tapak
Tipe tapak pada Jalan Soekarno-Hatta adalah bangunan, jalur pedestrian, daerah penanaman dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara jalur pedestrian dan perkerasan jalan. Tipe tata guna lahan pada Jalan Soekarno-Hata adalah tipe tata guna lahan yang baik, karena jalur pedestrian tidak berbatasan langsung dengan badan jalan yang ramai dengan arus lalu lintas kendaraan.
Jalan Soekarno-Hatta termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi lebar penanaman sempit yaitu 2 m, sehingga dalam hal penanaman harus mendapat perhatian khusus. Lebar penanaman yang sempit dan daerah penanaman yang berbatasan langsung dengan daerah badan jalan yang ramai dengan arus kendaraan akan sulit bagi tanaman untuk beradaptasi. Sehingga perlu diberi perlakuan khusus pada tanaman yang baru ditanam, misalnya pemberian penyanngga agar tanaman tidak mudah tumbang.
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 10 Penampang lanskap jalan soekarno-hatta
Tipe Jalan Jenderal Sudirman adalah bangunan, daerah penanaman, jalur pedestrian dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara bangunan dan jalur pedestrian. Tipe tata guna lahan pada Jalan Jenderal Sudirman tidak baik bagi kenyamanan pejalan kaki karena jalur pedestrian berbatasan langsung dengan daerah badan jalan.
Jalan Jenderal Sudirman termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi sempit dan tanaman berada pada bak-bak penanaman permanen. Daerah penanaman pada Jalan Jenderal Sudirman tidak kontinyu
(38)
sepanjang jalan, karena lahan digunakan untuk kepentingan komersial seperti toko dan tempat parkir kendaraan. Menurut Nasrullah (1999), sebaiknya penanaman tanaman jalan kontinyu sepanjang jalan.
1,5m 10m Keterangan:
Pagar Jalurpedestrian Daerah penanaman tanaman Badan jalan
Gambar 11 Penampang lanskap jalan jenderal sudirman
Tipe Jalan Raden Intan adalah bangunan, jalur pedestrian, daerah penanaman dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara jalur pedestrian dan perkerasan jalan. Tata guna lahan pada Jalan Raden Intan adalah baik, di mana jalur pedestrian tidak berbatasan langsung dengan badan jalan. Tetapi karena daerah penanaman tidak ada tanaman maka kendaraan sering melaju lewat daerah penanaman, sehingga jalur pedestrian berbatasan langsung dengan daerah untuk laju kendaraan. Hal tersebut akan berbahaya bagi pejalan kaki.
Jalan Raden Intan termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi sempit dan belum terdapat tanaman. Daerah penanaman yang sempit akan menganggu pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman perlu mendapat perlakuan khusus. Selain itu harus dipilih tanaman yang tidak mempunyai akar lutut atau akar banir. Akar lutut adalah akar yang tumbuh ke atas kemudian membengkok kembali masuk ke dalam tanah. Akar banir adalah akar yang berbentuk seperti papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh
tanaman. Contoh tanaman kenari (Canarium commune), sukun (Artocarpus
communis) (Tjitrosoepomo ).
1,5m 1m 3,5m Keterangan:
Pagar Jalur pedestrian Daerah penanaman tanaman Badan Jalan
(39)
28
4.3.2. Ruang tumbuh tanaman
Ruang tumbuh adalah ruang terbuka yang tersedia untuk tanaman, sehingga tanaman dapat bebas tumbuh dan berkembang. Ruang tumbuh pada lingkungan jalan disebut sebagai sempadan jalan, yaitu jarak antara jalan dengan bangunan. Sempadan Jalan diatur dalam Peraturan Daerah yang bertujuan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman, menciptakan lingkungan dan tata bangunan yang teratur, rapi, indah, dan sehat, serta ketersediaan ruang pandang yang cukup bagi pengemudi, sehingga kecelakaan dapat dihindari. Berikut ini adalah jarak pendirian bangunan pada Jalan Soekarno-Hatta, Jenderal Sudirman, dan Raden Intan yang sesuai dengan Peraturan Daerah Tentang Sempadan Jalan.
- - -
6 m 10 m
Gambar 13 Sempadan jalan pada Jalan Soekarno-Hatta dan Jenderal Sudirman
2,75 m 3,5 m
Gambar 14 Sempadan jalan jalan pada Jalan Raden Intan
Hasil perhitungan di atas diperoleh jarak antara jalan-bangunan yang harus dilakukan jika akan mendirikan bangunan di daerah Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Jenderal Sudirman adalah 6 m dan Jalan raden Intan 2,75 m. Dari hasil survei pada ke tiga jalan diperoleh jumlah bangunan yang sesuai dengan Peraturan Daerah dan bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah (Tabel 12).
Tabel 12 Jarak bangunan jalan pada tiga jalan utama kota bumi
Nama Jalan
Tidak Sesuai Perda
Sesuai Perda
Total
Bangunan Keterangan
Jl. Soekarno-hatta 34 34 68 Bengkel, usaha kayu, rumah
Jl. J. Sudirman 74 139 213 Perkantoran, toko, rumah
(40)
Tabel 12 Menunjukan bahwa pada jalan Soekarno-Hattta bagunan yang sesuai Perda No II berjumlah 34 dan yang tidak sesuai Perda berjumlah 34. Jumlah bangunan keseluruhan pada Jalan Soekarno-Hatta masih sedikit yaitu 68 bangunan. Bangunan yang tidak sesuai Perda berupa bangunan toko atau usaha pelayanan jasa.
Jalan Jenderal Sudirman bangunan yang sesuai Perda berjumlah 139 dan yang tidak sesuai Perda berjumlah 74. Perumahan masyarakat yang berada di lingkungan Jalan Jenderal Sudirman pada umumnya memiliki jarak dari jalan lebih atau sama dengan 6 m, jarak-jarak yang kurang dari 6 m berupa bangunan baru, berupa toko, rumah makan, warung, dan sebagainya.
Jalan Raden Intan pada daerah pemukiman padat, bangunan yang sesuai Perda 107 dan yang tidak sesuai Perda 3 bangunan. Perumahan tersebut sangat padat dimana jarak antara jalan dan bangunan rata-rata hampir semua sama. Karena perumahan penduduk tersebut merupakan perumahan penduduk asli yang sudah lama dan dalam mendirikan bangunan mereka menyesuaikan dengan bangunan tetangga.
Lebar sempadan masing- masing bangunan pada ketiga jalan berbeda-beda. Meskipun sudah terdapat peraturan dalam mendirikan bangunan tetapi kesadaran masyarakat akan pentingnya sempadan jalan masih kurang. Masyarakat akan menggunakan tanah mereka seefektif mungkin untuk kepentingan yang memiliki nilai komersial tinggi seperti toko atau usaha jasa lain. Menurut Simonds (1983), manusia secara umum mempertimbangkan tanah untuk memperhitungkan kegunanya.
Bangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah pada umumnya merupakan bangunan baru yang bernilai komersial, seperti toko atau usaha jasa lainnya. Pelangaran tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan Perda, tuntutan ekonomi masyarakat dan pemerintah yang kurang tegas dalam menegakkan peraturan. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya Peraturan Daerah tentang jarak antara jalan-bangunan dan hukum harus ditegakkan.
Bangunan yang sesuai Peraturan Daerah akan memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman daripada bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah. Jika ruang tumbuh tersedia cuk up lebar, maka tanaman dapat tumbuh dan
(41)
30
berkembang dengan baik. Bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah akan menganggu pertumbuhan tanaman khususnya pohon. Bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah tidak menyediakan cukup ruang tumbuh. Ruang tumbuh yang sempit akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa, di mana pertumbuhan tanaman terhalangi oleh bangunan-bangunan. Selain itu bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah akan menyulitkan bagi perencana kota dalam menentukan jenis tanaman.
Menurut Jim (1996) bahwa ukuran ketersediaan ruang disesuaikan dengan karakter tanaman yang akan ditanam. Jika ketersediaan ruang sempit, maka dipilih tanaman yang memiliki ukuran kecil. Sebaliknya jika ruang tersedia cukup luas, maka dapat menggunakan tanaman besar.
Lampiran 1 menunjukkan letak bangunan pada ketiga jalan. Garis kuning adalah garis sempadan yang seharusnya dipatuhi oleh masyarakat yang mendirikan bangunan pada lingkungan jalan tersebut. Pada gambar terlihat bangunan yang sesuai dengan Peraturan Daerah dan bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah. Bangunan yang paling padat adala h pada Jalan Jenderal Sudirman, karena Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalan yang berada di pusat kota. Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Raden Intan masih banyak lahan kosong, yaitu lahan yang tidak ada bangunan. Lahan yang tidak ada bangunan merupakan lahan yang digunakan untuk usaha pertanian seperti ladang yang ditanami ubi kayu.
4.4. Evaluasi Tanaman
4.4.1. Inventarisasi Tanaman Tepi Jalan
Hasil survei dari ketiga jalan utama pada lokasi penelitian, diperoleh informasi tentang jenis tanaman pada masing- masing jalan. Setiap jalan memiliki jenis tanaman yang berbeda-beda (Tabel 13).
(42)
Tabel 13 Jenis tanaman pada jalan utama kota bumi Nama Jalan/
Nama Tanaman
Luas Penanaman
(m2)
Jumlah Pohon
Soekarno-Hatta
1. Jati putih (Gmelina arborea Roxb)
292 Jenderal Sudirman
Pohon/palm:
1.Palm raja (Roystonea regia) 2.Palm kol (Licuala grandis)
3.Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens)
4.Cemara kipas (Thuja orientalis ) Semak/perdu:
1.Teh-tehan (Acalypha microphylla)
2.Pangkas kuning (Duranta repens)
3.Soka (Ixora chinensis)
4.Bougenvile orange (Bougenvillea spectabilis)
Penutup Tanah:
1.Lantana (Lantana cammara)
2.Kriminil (Alternanthera amoena)
3.Bayam merah (Iresine herbstii)
4.Kembang coklat (Zephyranthes tubispatha)
5.Taiwan beauty (Cuphea mycrophylla)
6.Adam dan hawa (Rhodeo discolor)
7.Kana (Canna indica)
8.Paku tanah (Blechun orientale)
9.Rumput manila (Zoysia matrella)
10.Rumput gajahan (Axonophus compressus)
403,3 132,48 1,52 4 1,79 17,78 81,41 8,8 22,18 8,9 0,8 2,85 18,9 4,5 23 4 5 7 Raden Intan
(belum/tidak ada tanaman) 0 0
Tanaman yang ada pada Jalan Soekarno-Hatta hanya ada 1 jenis tanaman, yaitu tanaman pohon jati putih dengan jumlah 292 pohon. Tanaman jati putih dominan pada jalan tersebut karena sudah ada perencanaan penanaman. Tanaman jati putih dipilih karena pada saat itu bibit tanaman tersebut melimpah di daerah Lampung, Ketersediaan bibit tanaman adalah salah satu masalah yang sering dijumpai oleh perancang taman/wilayah, sehingga alternatif yang dipilih adalah mencari tanaman yang tersedia pada daerah tersebut, selain harganya tidak mahal tanaman sudah dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Tanaman jati putih di tanam bertujuan untuk mengarahkan pengendara ke arah terminal atau ke daerah Palembang. Tetapi karena tanaman yang tumbuh hanya sedikit, sehingga pola penanaman yang sekarang tampak adalah tanaman
(43)
32
pohon berada pada spot-spot atau tanaman dengan penanaman secara sendiri-sendiri (individual). Sehingga tanaman jati putih tidak kontinyu sepanjang jalan.
Jalan Jenderal Sudirman sudah pernah dilakukan perencanaan pada lingkungan jalan khususnya daerah penanaman. Walaupun perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tidak secara keseluruhan, hanya berupa spot-spot atau taman-taman kecil. Sehingga pada sepanjang Jalan Jenderal Sudirman memiliki desain penanaman beragam dan dengan jenis tanaman beragam.
Jalan Jenderal Sudirman terdapat 4 jenis tanaman pohon/palm, yaitu cemara, palm raja, palm kipas, palm kol dan palm kuning. Tanaman yang dominan pada jalan tersebut adalah tanaman semak/perdu dan tanaman penutup tanah. Jenis tanaman pada jalan tersebut beragam, karena tanaman ditanam dalam kelompok taman-taman kecil. Tanaman semak/perdu berjumlah 4 jenis, yaitu teh-tehan, pangkas kuning, soka dan bogenvil orange. Tanaman semak/perdu yang
dominan adalah tanaman teh-tehan seluas 403,3 m2 dan pangkas kuning 132,48
m2. Kedua tanaman tersebut dipilih karena tanaman mudah tumbuh dan tanaman
tersedia melimpah.
Tanaman penutup tanah ada 10 jenis, yaitu lantana, kriminil, bayam merah, kembang coklat, taiwan beauty, adam dan hawa, kana, paku, rumput manila dan rumput gajahan. Tanaman penutup tanah yang dominan adalah
bayam merah, yaitu 81,41 m2 dan paling sedikit adalah kana, yaitu 0,8 m2.
Jalan Raden Intan tidak ada tanaman pada daerah penanaman dan belum pernah dilakukan perencanaan. Pemerintah Daerah lebih mengutamakan Jalan Jenderal Sudirman sebagai jalan utama yang berada pada pusat kota dan Jalan Soekarno-Hatta sebagai jalan yang menghubungkan pusat kota dengan terminal.
(44)
J L. J E N D R A L S U D I R M A N
J L. S O E K A R N O H A T T A
J L. R A D E N I N T A N
100 0 200 300 M
KETERANGAN
Tipe Jln. Jendral Sudirman
Panjang Lebar Daerah Penanaman : Bervariasi Pedestrian : 2500 m 1,5 m Badan Jalan : 2500 m 10 m Tipe Jln. Raden Intan
Panjang Lebar Daerah Penanaman : 3000 m 1 m Pedestrian : 2500 m 1,5 m Badan Jalan : 3000 m 3,5 m Tipe Jln. Soekarno - Hatta
Panjang Lebar Daerah Penanaman : 4150 m 2 m Pedestrian : 4150 m 1,5 m Badan Jalan : 4150 m 10 m
Jalan Utama Jalan Arteri Sempadan Jalan Pedestrian Sungai
LEGENDA
Makam Mesjid Pertanian Lahan Kosong Lapangan
PUSAT KOTA
Pohon Jati Daerah Penanaman Terminal Bangunan Pemerintahan Bangunan Kantor dan Toko Bangunan Perumahan
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI LAMPUNG UTARA
DIGAMBAR OLEH
ISYANI
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Nurhayati Ansori Mattjik, M.S.
SKALA NO. GAMBAR
PETA EKSISTING
Sum ber Pet a : Depart em en Pekerj aan Um um Kot a Bum i Lam pung
Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D 15
(45)
34
4.4.2. Pengukuran Fisik Tanaman 4.4.2.1. Tanaman Pohon/palm
Jenis tanaman pohon/palm yang terdapat pada lokasi penelitian adalah pohon jati putih, palm raja, palm kol, palm kuning dan cemara. Pengukuran fisik tanaman poho n meliputi pengukuran tinggi pohon, pengukuran diameter batang pohon, lebar tajuk dan tinggi batang paling bawah.
Gambar 16 Klasifikasi tinggi pohon/palm
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi tanaman pohon/palm yang berada pada ketiga lokasi studi, diperoleh informasi bahwa tinggi pohon jati putih dengan jumlah 30 pohon (10 %) berada pada kelas sedang dan 262 pohon (80 %) berada pada kelas tinggi. Pohon yang berada pada kelas sedang, tidak semua tanaman murni memiliki tinggi antara 1-5 m, karena terdapat beberapa tanaman yang mengalami pemangkasan. Pemangkasan tersebut dilakukan agar supaya tajuk tanaman tidak menyentuh kabel listrik. Di Depan Kantor Bulog tanaman jati putih dipotong sampai hanya tersisa batang setinggi 0,5m (Gambar 16). Hal tersebut dilakukan karena pohon jati menutupi kantor dan taman.
Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m
Jumlah pohon (%)
Klasifikasi Tinggi Pohon
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara 80 70 60 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m
Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m Rendah T <1 m Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m 80 70 60 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Jumlah pohon (%)
Klasifikasi Tinggi Pohon
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara Rendah T <1 m
Sedang 1-5 m Tinggi 6-27 m Sangat tinggi > 27 m
(46)
Gambar 17 Tanaman mengalami pemangkasan
Tinggi palm raja dengan jumlah 4 pohon (1,21 %) berada pada kelas sedang dan 19 pohon (5,74 %) berada pada kelas tinggi. Tanaman palm raja dengan kelas tinggi sedang merupakan tanaman yang baru ditanam, tanaman tersebut berada di depan rumah penduduk dan penduduk tersebut yang menanam. Sedangkan tanaman yang berada pada kelas tinggi adalah tanaman yang berada di taman publik yang kebetulan berada di tepi Jalan Jenderal Sudirman. Tinggi palm raja dapat mencapai lebih dari 20m. Pohon cemara dengan jumlah 7 pohon (2,12 %) berada pada kelas tinggi pohon rendah.
Palm kol 4 pohon (1,21 %) berada pada kelas sedang. Berdasarkan literatur bahwa palm kol memiliki tinggi maksimal 5m. Palm kuning dengan jumlah 5 pohon (1,52 %) berada pada kelas rendah, tinggi maksimal palm kuning 5m. Pohon cemara dengan jumlah 7 pohon (2,12 %) berada pada kelas tinggi pohon rendah. Karena pohon cemara masih kecil dan baru ditanam.
Gambar 18 Klasifikasi diameter batang pohon
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara 59
27
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Jumlah Pohon (%)
Semai < 10 cm Kecil 10-29 cm Sedang 30-59 cm Dewasa > 59 cm
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara Semai < 10 cm Kecil 10-29 cm Sedang 30-59 cm Dewasa > 59 cm
(47)
36
Dari hasil pengukuran diameter batang (DBH) diketahui bahwa pohon jati putih memiliki diameter batang paling banyak pada kelas kecil, yaitu diameter antara 10-29 cm dengan jumlah 198 pohon (59,82%), kelas sedang antara 30-59 cm berjumlah 92 pohon (27,79%), kelas semai < 10 cm berjumlah 2 pohon (0,6%). Tanaman jati putih dengan diameter > 59 cm untuk kelas dewasa tidak ada, karena tanaman jati putih baru ditanam pada tahun 1998. Menurut Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan diameter rata-rata pohon jati putih adalah 50 cm, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 140 cm.
Diameter palm raja terbanyak pada kelas sedang yaitu antara 30-59 cm dengan jumlahn 19 pohon (5,74%). Palm raja juga ada yang memiliki diameter dalam kelas kecil antara 10-29 cm, berjumlah 4 pohon (1,21%). Palm raja yang berada pada kelas sedang ditaman kurang lebih tahun 1995, yang ditanam oleh Pemerintah Daerah setempat. Sedangkan pohon palm raja yang berada pada kelas kecil ditanam masyarakat di depan rumah mereka kurang lebih tahun 2003.
Diameter palm kol berada pada kelas semai berjumlah 4 pohon (1,21%). Palm kuning berada pada kelas semai yaitu diameter < 10 cm berjumlah 5 pohon (1,52%). Cemara berada pada kelas semai berjumlah 7 pohon (2,12%), karena tanaman tersebut masih kecil.
Gambar 19 Klasifikasi lebar tajuk
Jati putih Palm raja Palm kol Palm Kuning Cemara Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m
Jati putih Palm raja Palm kol Palm Kuning Cemara Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m 60 51 40 31 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 o
Jumlah Pohon (%)
Jati putih Palm raja Palm kol Palm Kuning Cemara Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m Kecil 2-4 m Sedang 5-8 m Besar > 8 m
(48)
Lebar tajuk pohon jati putih 170 pohon (51,36%) berada pada kelas kecil, 105 (31,72%) pohon berada pada kelas sedang dan 9 pohon (2,72%) berada pada kelas besar. Tanaman jati rata-rata memiliki lebar tajuk kecil karena ukuran tanaman jati putih kecil, ada beberapa tanaman yang memiliki ukuran besar dan memiliki lebar tajuk lebih lebar. Menurut Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, tanaman jati putih termasuk golongan tanaman pohon dengan ukuran sedang. jati putih terbanyak masuk dalam kelas kecil dan dewasa. Tanaman jati putih yang termasuk dalam kelas kecil merupakan tanaman sulaman, yaitu tanaman yang baru ditanam.
Lebar tajuk palm raja 21 pohon (6,34%) berada pada kelas kecil dan 2 pohon (0,6%) berada pada kelas sedang. Palm raja memiliki lebar tajuk maksimal 5m. Palm kol 4 pohon (1,21%) berada pada kelas semai. Palm kuning 5 pohon (1,51%) berada pada kelas semai. Cemara 7 pohon (2,12%) berada pada kelas semai.
Gambar 20 Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah
Tinggi Tajuk paling bawah untuk pohon jati putih dengan jumlah 23 pohon (7,88%) berada pada kelas buruk, yaitu tajuk paling bawah memiliki tinggi
< 2m. Tajuk dengan tinggi < 2m berbahaya bagi pengguna jalan, karena dahan
atau ranting akan mengganggu arus lalu lintas maupun pejalan kaki, sehingga
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara Tinggi Tajuk Paling Bawah (m)
75
40
20 17
7 6 5 4 3 2 1 0
Jumlah Pohon (%)
Buruk < 2 m Baik 2-4 m Sangat baik > 5 m
(49)
38
pengguna jalan menjadi tidak nyaman. Tanaman yang termasuk dalam kelas baik berjumlah 219 pohon (75%) dengan tinggi tajuk paling bawah antara 2-4m. Kelas tersebut tidak berbahaya bagi pejalan kaki, tetapi akan berbahaya jika ranting sampai pada daerah arus kendaraan, karena ada beberapa jenis kendaraan yang memiliki tinggi 2-4m. Kelas tinggi tajuk sangat baik berjumlah 50 pohon (17,12%), yaitu tinggi tajuk paling bawah 5m. Tinggi tajuk tersebut sangat baik untuk lanskap jalan.
Tinggi tajuk paling bawah palm raja dengan jumlah 1 pohon (0,3 %) adalah dalam kelas buruk, tetapi hal tersebut disebabkan karena tanama n masih kecil, sehingga tanaman tersebut tidak dapat digolongkan dalam kelas buruk. Palm raja dengan jumlah 3 pohon (0,91%) adalah dalam kelas baik dan 19 pohon (5,74%) pada kelas sangat baik. Palm raja setelah dewasa akan memiliki tinggi tajuk paling bawah sangat tinggi karena palm raja adalah tanaman yang tidak memiliki ranting dan palm raja termasuk dalam golongan tanaman monopodial.
Tinggi tajuk paling bawah palm kol 1 pohon (0,3 %) berada pada kelas buruk dan 3 pohon (0,91 %) berada pada kelas baik. Palm kuning 5 pohon (1,52 %) berada pada kelas buruk, karena palm kuning memiliki tinggi pohon maksimal 5m, sehingga tinggi tajuk selalu berada di bawah 5m. Cemara 7 pohon (2,12 %) berada pada kelas buruk, karena pohon cemara masih kecil.
4.4.2.2. Tanaman Semak/Perdu
Pengukuran fisik tanaman semak/perdu berupa panjang pananaman, lebar penanaman dan tinggi tanaman. Tanaman semak/perdu pada Jalan Jenderal Sudirman berada pada spot-spot penanaman yang memiliki ukuran panjang dan lebar beda. Setiap spot juga memiliki ukuran tanaman yang berbeda-beda, karena pemeliharaan tanaman yang berupa pemotongan tanaman hanya berupa merapikan tanaman, sedangkan untuk ukuran lebar dan tinggi tanaman tidak sama antara spot satu dengan yang lain pada sepanjang jalan. Panjang penanaman juga tidak sama karena sepanjang jalan tersebut merupakan area padat penduduk yang mana kepemilikan lahan terpecah-pecah, dimana kepentingan masyarakat berbeda-beda.
(50)
Tabel 14 Ukuran fisik tanaman semak/perdu
N0 Nama Tanaman
Panjang Penanaman
(m)
Rata-Rata Lebar Penanaman
(m)
Tinggi Rata-rata
(m)
1 Teh-tehan
(Acalypha microphylla)
729,9 0,95 0,68
2 Pangkas kuning
(Duranta repens)
144,7 0,66 0,41
3 Soka
(Ixora chinensis)
6,6 0,23 0,31
4 Bogenvil orange
(Bougenvillea spectabilis)
2 1,5 2
Tabel 14 menunjukkan bahwa tanaman teh-tehan dan pangkas kuning adalah tanaman yang dominan di Jalan Jenderal Sudirman. Panjang tanaman tersebut adalah 729,9 m dan 144,7 m, rata-rata lebar tanaman 0,95 m dan 0,66 m, dan tinggi rata-rata tanaman adalah 0,68 m dan 0,41 m. Tanaman teh-tehan dominan karena tanaman tersebut mudah diperoleh dan mudah tumbuh. Sedangkan jumlah tanaman soka hanya sedikit, yaitu dengan panjang penanaman 6,6 m, rata-rata lebar penanaman 0,23 m dan rata-rata tinggi tanaman 0,31m.
4.4.2.3. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah yang terdapat pada lokasi penelitian khususnya pada Jalan Jenderal Sudirman adalah tanaman yang berada pada taman-taman atau spot-spot kecil yang terletak di depan perkantoran, perumahan atau pertokoan. Pada setiap taman terdiri dari beberapa macam jenis tanaman, baik tanaman pohon, semak/perdu dan penutup tanah. Jenis tanaman yang ada tergantung dari pemilik taman tersebut atau pemerintah. Penanaman tanaman penutup tamah memiliki panjang dan lebar berbeda-beda dengan pola penanaman tidak kontinyu sepanjang jalan.
Penanaman dalam spot-spot kecil dan tidak kontinyu sepanjang jalan merupakan konsep penanaman yang tidak baik untuk lanskap jalan. Karena spot-spot penanaman yang kecil tidak dapat terlihat dengan jelas oleh pengemudi kendaraan. Sehingga disarankan pemilihan tanaman untuk lanskap jalan sebaiknya tidak beragam, dan dengan pola penanaman yang kontinyu sepanjang jalan agar supaya tidak menganggu pandangan pengemudi. .
(51)
40
Tabel 15 Ukuran fisik tanaman penutup tanah
No Nama Tanaman
Panjang Penanaman (m) Lebar Rata-Rata (m) Tinggi Rata-Rata (m)
1 Kriminil
(Alternanthera amoena)
32,9 0,47 0,06
2 Bayam merah
(Iresine herbstii)
68,5 0,64 0,25
3 Kembang cokla t
(Zephyranthes tubispatha)
38 0,26 0,3
4 Taiwan beauty
(Cuphea mycrophylla)
109 0,24 0,18
5 Adam dan hawa
(Rhodeo discolor)
23 0,4 0,2
6 Kana
(Canna indica)
4 0,2 0,5
7 Paku tanah
(Blechun orientale)
9,5 0,3 0,2
8 Lantana
(Lantana cammara)
4,7 0,32 0,35
9 Rumput manila
(Zoysia matrella)
41,5 0,44 0,02
10 Rumput gajahan
(Axonophus compressus)
9 0,5 0,02
Tanaman penutup tanah yang paling panjang penanamannya adalah tanaman taiwan beauty, yaitu 109 m, dengan rata-rata lebar penanaman 0,24 m, dan rata-rata tinggi tanaman 0,18 m. Taiwan beauty ditanam bersama dengan teh-tehan. Desain penanaman teh-tehan di bagian atas dan taiwan beauty di bagian bawah. Kedua tanaman tersebut ditanam di depan kantor Pemda dan di depan daerah pemakaman. Jumlah tanaman paling sedikit adalah kina yaitu 4 m. Tanaman kina ini berada di depan kantor Samsat.
4.4.3. Kondisi Kesehatan Tanaman
Penilaian kondisi kesehatan tanaman meliputi penilaian terhadap kondisi tanaman seperti tanaman terserang hama penyakit tanaman (HPT), tanaman mengalami kerusakan mekanik, tanaman mati dan tanaman sehat. Tanaman yang terserang hama dan penyakit misalnya tumbuhan parasit (benalu, jamur), tumbuhan tidak parasit; ulat, embun jelaga, akar kering/lapuk; batang kering/lapuk, akar busuk/batang busuk, gerowong/keropos yang tampak, klorosis, nekrosis dan percabangan lapuk.
(52)
Tanaman mengalami kerusakan mekanik misalnya graffiti dan pemasangan papan iklan, goresan, sayatan, patah cabang dan tersambar petir. Tanaman yang mati adalah tanaman yang sudah dilakukan perencanaan penanaman oleh Pemerintah Daerah, tetapi kondisi sekarang tidak ada. Sedangkan tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh dengan baik.
Tabel 16 Kondisi kesehatan tanaman pohon/palm
No Nama Tanaman Terserang
HPT (m) (%) Kerusakan Mekanik (m) (%) Tanaman Mati (m) (%) Tanaman Sehat (m) (%) Total Tanaman
1 Jati putih
(Gmelina arborea)
0 (0%) 70 (4,22%) 1368 (82,41%) 222 (13,37% 1660
2 Palm raja
(Roystonea regia)
0 (0%) 12 (36,36%) 10 (30,30%) 11 (33,33%) 33
3 Palm kol
(Licuala grandis)
1 (25%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (75%) 4
4 Palm kuning
(Chrysalidocarpus lutescens) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 5 (100%) 5
5 Cemara kipas
(Thuja orientalis )
0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 7 (100%) 7
Tabel 16 menunjukkan bahwa pohon jati putih mengalami kerusakan mekanik berjumlah 70 pohon, tanaman sehat 222 pohon, tanaman mati 1368 pohon dan total tanaman yang ditanam sepanjang jalan adalah 1660 pohon. Kerusakan mekanik tersebut berupa sayatan pada batang pohon bagian bawah. Tanaman yang mengala mi kerusakan mekanik adalah tanaman yang berada di dekat area ladang, sedangkan di tempat lain kondisi tanaman tidak ada yang mengalami kerusakan mekanik berupa sayatan. Hal tersebut dapat disebabkan karena di bawah pohon jati putih tersebut merupakan tempat istirahat masyarakat yang bekerja di ladang, sehingga tanpa sengaja dengan alat-alat yang mereka bawa merusak pohon jati yang berada area ladang tersebut. Tanaman yang mengalami kerusakan mekanik berupa sayatan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Luka yang berupa sayatan akan menjadi jalan masuk bagi patogen, sehingga tanaman mudah terserang penyakit (Martoredjo 1984). Hal tersebut
dapat dihindari dengan memberi pembalut luka (shellac) pada tanaman yang
(53)
42
a b
Gambar 21 Kerusakan mekanik pada pohon jati a. Kerusakan berupa sayatan dan gerowong b. Kerusakan berupa sayatan
Tanaman jati putih banyak yang mati, hal tersebut dapat disebabkan karena adaptasi tanaman baru di lingkungan jalan sulit. Diketahui bahwa lingkungan jalan selain areanya sempit, sirkulasi arus kendaraan maupun manusia dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga dalam melakukan penanaman tanama n di lingkungan jalan harus mendapat perhatian.
Palm raja 12 pohon mengalami kerusakan mekanik, tanaman sehat berjumlah 11 pohon dan tanaman yang mati berjumlah 10 pohon. Kerusakan
mekanik disebabkan karena pemasangan billboard/iklan pada pohon palm raja
dengan menggunakan paku sehingga tanaman berlubang- lubang. Hal tersebut dilakukan pada pohon palm raja yang sudah tinggi, yaitu pada pohon palm raja yang berada di taman kota yang letaknya tepat di tepi Jalan Jenderal Sudirman.
(1)
63
4.5.3. Konsep Tiga Jalan Utama Kota Bumi
Konsep tata hijau pada 3 (tiga) jalan utama Kota Bumi adalah lingkungan jalan yang teduh dan estetik. Konsep tersebut dibuat berdasarkan keinginan masyarakat karena kondisi pada lingkungan jalan tidak nyaman.
Tabel 23 Konsep tata hijau 3 (tiga) jalan utama Kota Bumi
Nama Jalan Lama
Konsep Pohon
(Jumlah penanaman) Semak/Perdu (Jumlah Penanaman) Penutup Tanah (Jumlah Penanaman) Soekarno-Hatta Teduh dan estetik Jati putih
(Gmelina arborea
Roxb) (684 pohon) Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) (27.667 bibit) Kriminil (Alternanthera amoena) (2490 m) Jenderal Sudirman Teduh dan estetik Kayu putih (Melaleuca leucadendron) (500 pohon)
Soka daun kecil
(Ixora sinensis)
(16.667 bibit)
Rumput gajahan
(Axonophus
compressus)
(1.500 m)
Raden Intan Teduh
dan estetik Cengkeh (Euginia aromatica) (1.200 pohon) Kaca piring (Gardenia jasminoides) (20.00 bibit) Kacang-kacangan
(Arachis pintoi)
(1.800 m)
Pola penanaman pada 3 (tiga) jalan adalah penanaman kontinyu sepanjang jalan. Tanaman pohon ditanam ditengah area penana man. Jarak tanam pohon jati putih sulaman adalah 10 m. Jarak tanam pohon kayu putih 10 m.. Jarak tanam pohon cengkeh 5 m. Jarak tanam jati putih dan kayu putih lebih lebar daripada cengkeh karena kedua tanaman tersebut memiliki lebar tajuk lebih lebar daripada tanaman cengkeh.
Tanaman semak/perdu ditanam di tepi area penanaman dan tanaman penutup tanah ditanam pada area di bawah pohon. Jarak tanam bibit tanaman semak/perdu 30 cm. Bibit tanam tanaman penutup tanah ditanam pada setiap 1 m dengan luasan 30 x 30 cm.
(2)
J L . J E
N D
R A
L S U D
I R M
A N
J L. S O E K A R N O H A T T A
J L. R
. I N T
A N
1 0 0 0 200 300 M
KETERANGAN
Jalur Pedest rian Penanam an Badan Jalan Tipe Jalan Soekarno Hat t a
Jalur Pedest rian Penanam an Badan Jalan Tipe Jalan Jendr al Sudir m an
Jalur Pedest rian Penanam an Badan Jalan Tipe Jalan R. I nt an
PUSAT KOTA
Jalan Ut am a Jalan Art eri Sem padan Jalan Pedest rian Sungai LEGENDA Mak am Mesjid Pertanian Lahan Kosong Lapangan Ter m in al
I xora sinensis Hibscus rosasinensis Gar denia j asm inoidas
Bangunan Pem erint ahan Bangunan Kant or dan Tok o Bangunan Perum ahan
Jat i Eksist ing
Gm en alia ar bor ea Rox b Jar ak Tanam 10 m
Melaleuca leucadendron
Jar ak Tanam 10m
Euginia arom at ica
Jarak Tanam 5 m DEPARTEMEN ARSI TEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANI AN I NSTI TUT PERTANI AN BOGOR
2 0 0 5
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI LAMPUNG UTARA
DIGAMBAR OLEH
ISYANI
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Nurhayati Ansori Mattjik, M.S.
SKALA NO. GAMBAR
KONSEP PENANAMAN TIGA JALAN UTAMA
Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D
(3)
65
18 0 36
54 m SKALA
Jalan Ut am a Jalan Ar t er i Sem padan Jalan Pedest rian Sungai LEGENDA
Mak am Mesj id Pert anian Lahan Kosong
I x or a sinensis Hibscus rosasinensis Gardenia j asm inoidas
Bangunan Pem er int ahan
Jalan Soek ar no Hat t a
Jalan Jendr al Sudir m an
Jalan R. I nt an
18 0 36
54 m SKALA
18 0 36
54 m SKALA
Jat i Eksist ing
Gm enalia arborea Roxb
Jarak Tanam 10 m
Melaleuca leucadendron
Jarak Tanam 10 m
Euginia arom at ica
Jar ak Tanam 5 m
Axonophus com pressus Arachis pint oi Alt enant hera am oena
100 0 200 300 M
DEPARTEMEN ARSI TEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANI AN I NSTI TUT PERTANI AN BOGOR
2005
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI LAMPUNG UTARA
DIGAMBAR OLEH
ISYANI
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Nurhayati Ansori Mattjik, M.S.
SKALA NO. GAMBAR
POLA PENANAMAN TIGA JALAN UTAMA
Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D
26
Bangunan Kant or dan Tok o Bangunan Perum ahan
Lapangan Ter m inal
(4)
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Ketiga lokasi studi termasuk dalam tipe kelas acceptable, yaitu tersedia daerah untuk penanaman, tetapi lebar daerah penanaman kurang dari 2m. Sehingga dalam melakukan perencanaan penanaman tanaman harus mendapat perhatian/ perlakuan khusus. Sedangkan ruang untuk tanaman tersedia, terbukti dari bangunan-bangunan pada umumnya sesuai dengan Peraturan Daerah No II Tentang Sempadan Jalan.
2. Kondisi kesehatan tanaman poho/palm pada lokasi studi tidak baik. Terbukti banyak jati putih dan palm raja yang mati dan mengalami kerusakan mekanik. Tanaman banyak yang mati karena kurangnya pemeliharaan, terutama pada saat tanaman baru ditanam. Kerusakan mekanik disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam mejaga dan memelihara tanaman lanskap jalan. Kondisi tanaman semak dan penutup tanah pada umumnya baik. 3. Tanaman yang sesuai untuk lanskap jalan dan memiliki fungsi peneduh adalah
adalah jati putih. Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang sesuai untuk lanskap jalan dan tahan naungan adalah soka, kriminil, kembang coklat, paku, lantana dan rumput gajahan. Tanaman yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak memiliki fungsi peneduh adalah adalah palm raja, palm kol, palm kuning, cemara. Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak tanah naungan adalah teh-tehan, pangkas kuning, bogenvil orange, bayam merah, taiwan beauty, kana dan rumput manila.
5.2. Saran
1. Area penanaman yang sempit pada lingkungan jalan tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga dalam pemilihan tanaman dipilih tanaman yang memiliki tajuk sedang, agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu oleh bangunan..
2. Pemilihan tanaman harus sesuai dengan standar tanaman lanskap jalan dan pemeliharaan tanaman harus diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Harus ada peraturan tentang perlindungan terhadap tanaman lanskap jalan, agar tanaman pada lingkungan jalan dapat lestari dan tetap asri.
(5)
67
DAFTAR PUSTAKA
Arifin H.S. 2001. Pemilihan Jenis Pohon yang Sesuai untuk Lanskap Jalan. Makalah Workshop Florikultura ke-6. Crow Plaza Hotel Jakarta. 8 p.
Booth N.K. 1987. Basic Element of Landscape Architecture Design. Departement of Landscape Architecture, Ohio State University. 298 p.
Carpenter P.L., T.D. Walker, dan E.O. Lanphear. 1975. Plant in the Landscape. W.h. Freemen and co. San Fransisco. 481. p.
Catanese A.J., Snyder J.C. 1996. Perencanaan Kota. Erlangga. Jakarta. 452 p.
Chiara J.D. dan L.E. Kapellman. 1978. Standar Perencanaan Tapak. Erlangga. Jakarta. 375 p.
Don W.S., Emir T., Cherry H. 2000. Rahasia Kebun Asri; Rumah dan Kebun. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 200 p.
Derartemen Pekerjaan Umum. 1980. Undang-Undang No. 13 Tentang Jalan. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. 29 p.
Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Keputusan Menteri Perhubungan
No Km 65 Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan. Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Bina Marga. 9 p.
Hackett B. 1978. Planting Design. E & F.N. Spon. 174 p.
Jim C.Y. 1998. A Planning Strategy to Augment the Diversity and Biomasss of Roadside Trees in Urban Hong Kong. Landscape and Urban Planning. Vol. 44:13-32 p
Nasrullah N. 1999. Lanskap Jalan. Seminar Bulanan Forum komunikasi Ilmiah Arsitektur Lanskap. Jurusan budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. IPB. 7 p.
Reid G.W. 1993. From Concept to Form. Van Nostrad Reinhold. New York. 94 p.
Satjapradja H.O. 1991. Kegiatan Penelitian sebagai Penunjang Keberhasilan Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kota. Majalah Kehutanan. Vol. 4:32-35 p.
Simond J.O. 1978. Earthscape A Manual of Enviromental Planning. Mc Graw- Hill Co., New York. 340 p.
Simond JO. 1983. Landscape Architecture. A Manual of Site Planning and Design. New York: Mc Graw-Hill Book Co. 330 p.
(6)
Steenis C.G.G.J.V. 1997. Flora. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 485 p.
Suryowinoto S.M. 2001. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Kanisius. Jakarta. 182 p.
Suryowinoto SM. 2001. Flora Eksotik Tanaman Peneduh. Kanisius. Jakarta. 220 p.
Tjitrosoepomo G. 1998. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. 200 p.
Todd KW. 1987. Tapak, Ruang, dan Struktur. Intermatra. Bandung. 187 p.
Waryono T. 1991. Peran dan Potensi Hutan Kota sebagai Pengendali Lingkungan Fisik Kritis Perkotaan. Majalah Kehutanan. Vol. 4 : 16-27 p.