Gangguan keseimbangan Gangguan komunikasi Gangguan pendengaran

terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya kemampuan kerja, kelelahan dan stres Buchari, 2007.

2.4.1 Gangguan keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing vertigo atau mual-mual Roestam, 2004; Buchari, 2007.

2.4.2 Gangguan fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah mmHg, peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris Roestam, 2004; Buchari,

2007. 2.4.3 Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu jangka lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan dan lain-lain Roestam, 2004; Buchari, 2007; Bashiruddin, 2009.

2.4.4 Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan pekerja Roestam, 2004; Buchari, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.4.5. Gangguan pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali Roestam, 2004; Buchari, 2007. Efek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu reaksi adaptasi, peningkatan ambang pendengaran yang berlangsung sementara noise induced temporary threshold shift dan peningkatan ambang dengar yang berlangsung permanen noise induced permanent threshold shift Arifiani, 2004; Kusmindari, 2008. A. Reaksi adaptasi Adaptasi merupakan fenomena fisiologis, keadaan ini terjadi bila telinga mendapat stimulasi oleh bunyi dengan intensitas 70 dB atau lebih kecil lagi. Pemulihan dapat terjadi dalam waktu setengah detik. Keadaan ini disebut juga perstimulatory fatique Bashiruddin Soetirto, 2007; Abdi, 2008; Kusmindari, 2008. B. Peningkatan ambang dengar sementara tuli sementara PADS Peningkatan ambang dengar sementara PADS adalah perubahan pendengaran sesudah terpapar bising yang dapat sembuh dengan sendirinya dalam 24 – 48 jam Dobie, 2006; Buchari, 2007; Agrawal, et al, 2008; Kusmindari, 2008; Arts, 2010. Pada keadaan PADS terjadi kenaikan nilai ambang pendengaran secara sementara setelah adanya pajanan terhadap suara dan bersifat reversibel. Untuk menghindari kelelahan auditorik, maka ambang pendengaran diukur kembali 2 menit setelah pajanan suara. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai ambang pendengaran ini adalah derajat suara, durasi pajanan, frekuensi yang diuji, spektrum suara dan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, status kesehatan, obat- obatan beberapa obat dapat bersifat ototoksik sehingga menimbulkan Universitas Sumatera Utara kerusakan permanen dan keadaan pendengaran sebelum pajanan Arifiani, 2004. Luasnya PADS dapat diprediksi pada penyebab intensitas bising, frekuensi bising, dan pola temporal dari paparan bising misal: intermiten atau terus menerus. PADS selalu pada frekuensi antara 3000 – 6000 Hz dan sering pada frekuensi 4000 Hz. Frekuensi bising yang tinggi lebih merusak dibandingkan frekuensi bising rendah, oleh sebab itu intensitas bising tidak dapat menjadi faktor resiko tunggal Mathur, 2009. Ambang batas sementara sering ditandai oleh gejala umum kerusakan pendengaran, termasuk tinitus, suara bising, dan diplakusis. Peningkatan ambang dengar sementara PADStuli sementara bergantung pada durasi paparan bising, pemulihan PADStuli sementara dapat terjadi dalam beberapa periode berkisar antara menit hingga jam dan hari Martin Martin, 2010. Untuk suara yang lebih besar dari 85 dB dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3 – 7 hari, bila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan keadaan ini berlangsung terus menerus maka ketulian sementara akan bertambah setiap hari kemudian menjadi ketulian menetap Roestam, 2004. C. Peningkatan ambang dengar permanen PADP tuli menetap Setelah paparan bising ulangan yang pada awalnya hanya disebabkan oleh PADS, pekerja yang mengalami perubahan ambang dengar tidak dapat pulih kembali. Hal ini disebut peningkatan ambang dengar permanen PADP yang disebabkan oleh bising. Pada penelitian epidemiologi, sebagai contoh peneliti menemukan bahwa PADP disebabkan oleh paparan bising 100 dB selama 10 tahun dengan mengukur ambang batas pendengaran pekerja dan kemudian dikurangi dengan perkiraan kehilangan pendengaran oleh usia Dobie, 2006. PADP adalah gangguan pendengaran permanen yang tidak dapat disembuhkan. Paparan bising menyebabkan hilangnya stereosilia sel rambut secara permanen disertai adanya kerusakan pada struktur-struktur Universitas Sumatera Utara saraf sensori. Penderita PADP harus dilakukan pemeriksaan audiometri setelah periode pemulihan dalam 24 jam diikuti dengan menghindari paparan bising pada tingkat bising yang berbahaya Agrawal, et al, 2008.

2.5 Pengukuran Pajanan Bising

Pengukuran terhadap pajanan bising diperlukan bila dicurigai adanya suatu pajanan atau sumber bising yang dapat menimbulkan pengaruh pada lingkungan sekitarnya. Secara umum tujuan pengukuran bising adalah memisahkan dan mendeskripsikan secara khusus tentang sumber bising Abdi, 2008. Pengukuran objektif terhadap bising dapat dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter Abdi, 2008; Harrianto, 2010. Sound level meter SLM Cara yang terbaik untuk menentukan besarnya pajanan bising pada seseorang individu pekerja adalah dengan mengukur derajat pajanan bising di lokasi tempat kerja, dengan peralatan yang disebut sound level meter SLM. SLM merupakan instrumen dasar untuk mengukur variasi tekanan bunyi di udara, yang dapat mengubah bising menjadi suatu sinyal elektrik, dan hasilnya dapat dibaca secara langsung pada monitor dengan satuan desibel dB. Alat ini berisi mikrofon dan amplifier, pelemah bunyi yang telah dikalibrasi, satu set network frequency response dan sebuah monitor. Beberapa SLM mempunyai rentang pengukuran 40 -140 dB. Seperti lazimnya peralatan lainnya, SLM harus dikalibrasi sebelum dan sesudah pengukuran bising, biasanya dengan menggunakan kalibrator akustik Harrianto, 2010.

2.6 Gangguan Pendengaran Akibat Bising GPAB

GPAB adalah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja Bashiruddin Universitas Sumatera Utara