Pemeriksaan pendengaran a. Pemeriksaan audiometri

Jika GPAB berlanjut setelah pekerja dipindahkan dari sumber bising, berlanjutnya GPAB adalah hasil dari beberapa penyebab yaitu penyakit degeneratif, kongenital atau kelainan metabolik. Meskipun perlindungan terhadap kebisingan memadai adalah hal yang penting sekali dan harus selalu dianjurkan, meski dengan memakai alat pelindung telinga yang adekuat, faktor-faktor penyebab lainnya berperan terhadap prognosis penderita. Presbikusis dapat ditambahkan menjadi penyebab GPAB pada penderita yang berusia tua, dan GPAB pada penderita dapat juga disebabkan oleh dampak buruk dari obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti antibiotik aminoglikosida, loop diuretics dan obat-obatan antineoplastik yang digunakan dalam pengobatan antikanker Agrawal, et al, 2008. Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya ketulian Bashiruddin Soetirto, 2007.

2.6.3 Pemeriksaan pendengaran a. Pemeriksaan audiometri

Audiometri nada murni adalah tes yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi sensitivitas pendengaran. Sinyal nada murni auditori terutama menghubungkan hantaran udara dan hantaran tulang. Lembaga standarisasi Amerika The American National Standards Institute ANSI mendefinisikan ambang batas kemampuan mendengar sebagai derajat tekanan suara minimum yang efektif menghasilkan sinyal akustik sebagai sensasi pendengaran Kileny Zwolan, 2010. Audiometri nada murni adalah pengukuran sensitifitas pendengaran yang menggunakan rangsangan frekuensi nada mulai dari 250 hingga 8000 Hz, dan biasanya diantara dua nada frekuensi 3000 dan 6000 Hz. Pendengaran normal pada usia muda dibawah 20 tahun telinga merespon frekuensi nada mulai dari 20 – 20.000 Hz. Hasil tes Universitas Sumatera Utara digambarkan dalam bentuk grafik pada audiogram Sweetow Sabes, 2008. Pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami hal-hal seperti nada murni, bising NB narrow band dan WN wide noise, frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol audiometrik, International Standard Organization ISO dan American Standard Organization ASA, jenis dan derajat ketulian serta gap dan masking Soetirto, Hendarmin Bashiruddin, 2007. Nada murni pure tone : merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Bising : merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari spektrum terbatas narrow band dan spektrum luas wide noise. Intensitas bunyi : dinyatakan dalam dB decibell. Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Nilai nol audiometrik dalam dB HL hearing level dan dB SL sensation level yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal 18 – 30 tahun. Pada tiap frekuensi intensitas nol audiometrik tidak sama. Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat di dengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara AC dan konduksi tulang BC. Bila ambang dengar ini dihubung- hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat ketulian. Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya AC saja. Derajat ketulian ISO : normal 0 – 25 dB, tuli ringan 25 – 40 dB, tuli sedang 40 – 55 dB, tuli sedang Universitas Sumatera Utara berat 55 – 70 dB, tuli berat 70 – 90 dB, tuli sangat berat 90 dB Soetirto, Hendarmin Bashiruddin, 2007. Gambaran audiogram pada jenis ketulian : Soetirto, Hendarmin Bashiruddin, 2007. Pendengaran normal : - AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB. - AC dan BC berhimpit, tidak ada gap. Tuli sensorineural : - AC dan BC lebih dari 25 dB. - AC dan BC berhimpit tidak ada gap. Tuli konduktif : - BC normal atau kurang dari 25 dB. - AC lebih dari 25 dB. - Antara AC dan BC terdapat gap. Tuli campur : - BC lebih besar dai 25 dB. - AC lebih besar dari BC, terdapat gap.

2.6.4 Penatalaksanaan dan pencegahan a. Penatalaksanaan