18 3
Kenetralan Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, Gerakan ini tidak
boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.
4 Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Selain membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, perhimpunan nasional harus menaati peraturan negaranya dan harus
selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan PrinsipPrinsip dasar Gerakan.
5 Kesukarelaan
Gerakan ini adalah Gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.
6 Kesatuan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang
sama dalam menolong sesama manusia. 7
Kesemestaan Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan palang merah atau bulan
sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
b. Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja PMR adalah sebuah wadah atau organisasi pelajar yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tugas dan pelayanan-
19 pelayanan kesehatan dan medis terhadap para korban atau pasien yang
membutuhkan pertolongan, baik di lingkungan internal sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya Kompri, 233:2015. PMR adalah wadah
pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR. Terdapat di PMI cabang di seluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 3
juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana,
mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI Susilo,
dkk 2008 : 1. PMR dibentuk oleh Palang Merah Indonesia di Jakarta pada 1 Maret 1950
yang dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah, dan tokoh lainnya ialah Nn. Paramita Abdurachman. Palang Merah Remaja Dahulu bernama Palang Merah Pemuda
PMP. Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I. Pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak sekolah untuk turut
membantu sesuai dengan kemampuannya seperti : mengumpulkan pakaian bekas, menghimpun majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya.
Anak – anak tersebut dihimpun oleh sebuah organisasi yang dinamakan “Palang
Merah Remaja”. Kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara-negara lain. Setelah peperangan berakhir, Perhimpunan Palang Merah menyadari bahwa
banyak pekerjaan-pekerjaan kepalangmerahan yang dapat dilakukan oleh PMR, tidak hanya terbatas di waktu perang saja. Kemudian, dalam sidang pertama Liga
20 Perhimpunan-perhimpunan Palang Merah Nasional tahun 1919, diputuskan bahwa
PMR menjadi satu bagian dari Perhimpunan Palang Merah.
1 Visi dan Misi Palang Merah Remaja
Visi dan misi PMR yang tercantum di dalam Manajemen PMR yaitu sebagai berikut:
a. Visi PMR
PMR sebagai generasi muda kader PMI mampu dan siap menjalankan kegiatan sosial kemanusiaan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional. b.
Misi PMR 1
Membangun karakter kader muda PMI sesuai dengan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta Tri Bhakti PMR
2 Menanamkan jiwa sosial kemanusiaan.
3 Menanamkan rasa kesukarelaan.
Tujuan dikembangkannya kegiatan PMR dalam pandangan Rifai dalam Kompri 233:2015 adalah sebagai berikut:
1 membentuk sebuah wadah di sekolah yang siap dan terampil dalam
melakukan pelayanan kesehatan dan medis terhadap masyarakat, khususnya untuk teman di sekolah.
2 Membentuk mental dan karakter peserta didik sehingga memiliki kepekaan
dan solidaritas sosial yang tinggi serta siap berkorban demi kepentingan orang lain.
21 3
Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan pada diri peserta didik sehingga senantiasa berbuat baik dan memberi manfaat kepada
sesamanya.
2 Landasan Hukum Palang Merah Remaja
a. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depdiknas RI tanggal 24 Mei 1995 No.
118U95 dan
No. 0090-KEPPPV95
tentang Pembinaan
dan Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, Warga Belajar, dan
mahasiswa. b.
Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan PMI No. D119U1996; No 320A.KEPPPV96 tanggal 7 Mei 1996
tentang pembentukan tim pembina pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa warga belajar dan mahasiswa.
c. Perjanjian kerjasama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No.
459 tahun 1995 dan No. 0185-KEPPPIX95 tentang Pembinaan dan Pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah.
d. Kesepakatan bersama antara Mendiknas RI dengan Ketua Umum Palang
Merah Indonesia, No.01IIIKB2003 dan No.0753SDMIII2003 tentang pengembangan dan pemberdayaan kepalangmerahan di Perguruan Tinggi.
3 Keanggotaan Palang Merah Remaja
Untuk menjadi anggota PMR bisa dikatakan tidak mudah. Karena anggota PMR harus mau dan mampu untuk menolong sesama umat manusia yang
memerlukan bantuannya atas dasar rasa kemanusiaan yang luhur, dan disertai dengan fisik dan mental yang kuat. Selain itu harus mengikuti kegiatan yang
22 diadakan oleh PMI berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan. Oleh karena
itu, dalam penerimaan anggota PMR ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Menurut Depdikbud 1996:4 syarat menjadi anggota PMR yaitu:
a. Warga negara Republik Indonesia
b. Berusia 7 tahun sampai dengan 20 tahun, belum menikah, atau seusia
siswa SDMI sd SMUMA atau yang sederajat. c.
Dapat membaca dan menulis. d.
Atas kemauan sendiri. e.
Mendapatkan persetujuan orang tuawali f.
Bersedia mengikuti orientasi , pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan
g. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina
PMR diunit PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat
h. Setelah dilantik menjadi anggota penuh, bersedia melaksanakan tugas-
tugas kepalangmerahan selaku anggota PMR secara sukarela.
4 Kurikulum Palang Merah Remaja
Kurikulum adalah segala kegiatan, usaha dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh para siswa, sehingga melalui proses belajar mengajar dapat tercapai tujuan
pendidikan. Kurikulum juga dipakai sebagai dokumen rencana, dokumen program pelaksanaan dan bahan untuk evaluasi, serta dasar untuk pengembangan pendidikan
sesuai dengan perkembangan zaman. Isi dari kurikulum PMR yang lengkap berisi: a.
Tujuan Pendidikan Tujuan umum pelaksanaan pendidikan PMR adalah untuk menghasilkan
tunas bangsa yang bermental PMI, terampil dalam melakukan kegiatan kepalangmerahan sesuai dengan jenjang usia. Sedangkan tujuan khusus dari
Pelaksanaan PMR adalah: 1
Melakukan tugas kepalangmerahan sesuai dengan tingkat usia peserta didik.
23 2
Menjalin hubungan baik antar remaja yang serasi dalam lingkup nasional maupun internasional.
3 Menjadi suri teladan terutama dalam hal membantu sesama yang
menderita. 4
Memberikan informasi yang tepat dan benar kepada orangtua, OSIS, dan masyarakat yang membutuhkannya demi memasyarakatkan PMI.
b. PengajarPelatihFasilitator
Dalam pembelajaran PMR tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pemahaman dan penerapan, maka diperlukan pelatih
dan fasilitator. Pelatih berperan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Fasilitator berperan meningkatkan pemahaman, bagaimana anggota PMR
menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan kepalangmerahan Tri Bakti PMR, meningkatkan keterlibatan anggota PMR dalam proses pengambilan
keputusan perilaku hidup sehat , dan memberikan peluang pada PMR untuk berperan dalam peningkatan kapasitas lingkungannya. Pelatihfasilitator dalam
pendidikan PMR terdiri dari: 1
Pelatih yang telah lulus program pendidikan Pelatih PMR tingkat pusatdaerahcabang.
2 Tenaga ahli dari Tingkat cabang yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam pembinaan PMR. 3
Pelatihkonsultan lainnya, baik dari dalam maupun dari luar lingkungan PMI.
24 c.
Siswa Siswa atau peserta didik yang bergabung dalam keanggotaan PMR dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu : 1
PMR Mula : setingkat usia sekolah dasar, dari 10 sampai dengan 12 tahun. 2
PMR Madya : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Pertama, dari 12 sampai dengan 15 tahun.
3
PMR Wira : setingkat usia siswa Sekolah Menengah Atas, dari usia 15 sampai dengan 17 tahun.
d. TempatWaktu penyelenggaran
Pelatihan anggota PMR diselenggarakan oleh pengurus cabang PMI setempat dengan koordinasi tim pembina PMI Kabupatenkota Madya setempat dengan
waktu diluar jam pelajaran, liburan sekolah, atau diluar masa ujianevaluasi pelajaran serta bertempat di lingkungan sekolah atau tempat lain sesuai kesepakatan
antara pengurus PMI Cabang dan sekolah. e.
Metode dan Model Pendidikan Metode yang dapat digunakan dalam pelatihan PMI ialah metode partisipatif
Susilo dkk, 2008:37. Bentuk-bentuk metode partisipatif tersebut antara lain yaitu: ceramah dan tanya jawab, studi kasus, brainstorming, role playing, outbond,
diskusi, praktek, presentasi, penugasan dan simulasi lapangan. Kegiatan ekstrakurikuler PMR di luar jam pelajaran kurikuler pada umumnya dilaksanakan
pada siang hari setelah selesai jam pelajaran. pada kondisi tersebut, siswa sudah kelelahan dan sulit untuk dapat menangkap materi pelatihan yang disampaikan oleh
pelatihfasilitator. Oleh karena itu, pelatih atau fasilitator dapat menggunakan
25 strategi atau model yang dapat membuat siswa merasa tertarik untuk mengikuti
materi yang akan dipelajari. Beberapa strategi tersebut antara lain sebagai berikut: 1
belajar yang menyenangkan Fun learning Proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati
dengan penuh kegembiraan. Hal ini membantu anggota PMR menikmati kegiatan dan membangun gambaran tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi seorang
anggota PMR 2
belajar sambil mengalami Learning by doing Untuk menjadi lebih paham dan mengerti, anggota PMR hanya perlu
difasilitasi dalam mempelajari sesuatu. Biarkan mereka mengamati, mengalami, merasakan, dan memahami berbagai macam perbedaan. Biarkan mereka yang
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kerja mereka. 3
jaring laba-laba Spider web Setiap materi dan kegiatan pelatihan saling terkait. Ketika belajar siaga banjir,
maka akan belajar juga tentang Pertolongan Pertama pada luka atau sakit akibat banjir diare, demam, akibat terbantur benda keras, luka lecet, sanitasi dan air
bersih, belajar bagaimana menerapkan 7 Prinsip dan kepemimpinan jika memberikan pertolongan, cara-cara menyelenggarakan aksi donor darah untuk
korban banjir, belajar kandungan gizi yang tepat jika akan menyumbang bahan makanan, bagaimana menyelenggarakan acara-acara untuk menghibur remaja dan
anak korban bencana.
26 f.
Media Pendidikan Beberapa jenis media pendidikan yang digunakan dalam proses pendidikan
Harjanto, 2005 : 237 yaitu sebagai berikut: 1
Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi,
yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. 2
Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat solid model, model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lain-
lain. 3
Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, OHP. 4
Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan. g.
Evaluasi Pendidikan. Saputra 1998: 151 menerangkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
suatu program pengajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran intrakurikuler. Untuk melihat dan mengetahui keberhasilan dari program terebut
perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, pembina, pelatih, dan anak didik guna mendapatkan informasi seberapa
jauh tujuan atau sasaran kegiatan ekstrakurikuler itu telah dicapai.
5 Manajemen Palang Merah Remaja
Manajemen PMR merupakan proses pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI agar dapat mendukung peningkatan kapasitas organisasi dan
pelayanan PMI. Pembinaan dan pengembangan ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan karakter PMR yang berpedoman pada Prinsip
27 Kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan. Proses manajemen PMR
dapat digambarkan dalam sebuah siklus sebagai berikut:
Gambar 1. Siklus Manajemen PMR
a Perekrutan
Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok PMR. Perekrutan dapat dilakukan melalui proses promosi, pendaftaran, dan wawancara.
Perekrutan dilakukan minimal setahun sekali pada bulan Juli - Agustus, sebagai Bulan Perekrutan Nasional sekaligus memperingati Hari Remaja Internasional dan
Hari PMR 12 Agustus.
b Proses Pelatihan
Pelatihan merupakan proses pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai dengan
prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional susilo dkk, 2008:31 Pelatihan bertujuan untuk menguatkan karakter kualitas positif
anggota PMR untuk meningkatkan keterampilan hidup sehat dan menjadi calon
28 relawan, anggota PMR tidak hanya tahu dan terampil, tetapi juga perlu
memahami dan menerapkan yang telah mereka pelajari dalam proses pelatihan. Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI Cabang maupun Unit PMR,
sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan kalender pendidikan, berintegrasi dengan kegiatan-kegiatan tertentu,
maupun waktu-waktu yang telah disepakati bersama antara PMI Cabang, fasilitatorpelatih, dan anggota PMR.
Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan informasi mengenai cakupan materi dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini pelatih
maupun fasilitator mengidentifikasi anggota yang baru pertama bergabung dengan PMR, dan anggota yang melanjutkan keanggotaannya misalnya dari anggota
PMR Mula melanjutkan ke PMR Madya. Anggota yang baru bergabung akan mengikuti proses pelatihan sejak awal, sedangkan yang melanjutkan
keanggotaannya dapat dilibatkan sebagai asisten membantu anggota yang baru untuk memahami materi.
Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan adalah penggunaan media pelatihan yang memadahi Susilo dkk, 2008:37. Kemajuan
teknologi bukan menjadi ukuran media yang memadahi, tetapi keterampilan dan kreatifitas untuk memilih dan menggunakan media yang tersedia sesuai dengan
topik yang disampaikan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil pelatihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dibutuhkan keterampilan dan
kreatifitas pelatih dalam pemilihan metode belajar dan media pembelajaran yang tepat.
29 Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan tercantum di dalam
kurikulum pelatihan PMR. Isi dari kurikulum PMR yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Kurikulum Pelatihan PMR
Materi Judul buku
Cakupan materi 1 jam pelajaran = 45
menit Mula
Madya Wira
1. Gerakan
Mengenal Gerakan Kepalangmerahan
Sejarah, Lambang, kegiatan
kepalangmerahan, penyebarluasan 7
prinsip 10
14 16
2. Kepemimpinan
PMR Relaw an Masa
Depan Bekerja sama,
berkomunikasi, bersahabat, menjadi
pendidik sebaya, memberikan dukungan,
menjadi contoh perilaku
hidup sehat 12
14 16
3. Pertolongan
Pertama Pertolongan
Pertama Menghubungi
dokterrumah sakit, melakukan pertolongan
pertama di sekolah dan rumah,
menolong diri sendiri 12
34 48
4. Sanitasi dan
Kesehatan
Remaja Sehat Peduli Sesama
Merawat keluarga yang sakit di rumah,
perilaku hidup sehat, kebersihan diri dan
Lingkungan 8
14 16
5. Kesehatan
Remaja Kesehatan dan
Kesejahteraan Remaja untuk
Pendidik Sebaya Kesehatan reproduksi,
Napza, HIVAIDS 10
16 20
6. Kesiapsiagaan
Bencana
Ayo Siaga Bencana
Jenis bencana, cara- cara
pencegahan, mempersiapkan
diri, teman, dan keluarga
menghadapi bencana
8 10
12
7.
Donor Darah
Siapkan Dirimu menjadi Donor
Darah Sukarela Kampanye donor
darah, merekrut donor darah remaja,
mempersiapkan diri menjadi pedonor ,
mengadakan kegiatan donor darah pada saat
wabah demam berdarah atau setelah kejadian
bencana 5
6 10
Sumber: Manajemen Palang Merah Remaja 2008:18
30
c Tri Bakti PMR
PMI 1991:59 memberikan gambaran bahwa anggota PMR diperbantukan dalam tugas-tugas kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya sesuai dengan tingkatannya. Tugas-tugas tersebut dimuat dalam tiga pedoman kegiatan
yang disebut dengan Tri Bakti PMR. Isi kegiatan dari Tri Bakti PMR untuk tingkat Mula yaitu sebagai berikut:
1 Meningkatkan keterampilan hidup sehat
Mempraktekkan kebersihan pribadi antara lain melalui kegiatan pemeriksaan kebersihan rutin kuku, pakaian, sepatu, rambut, gigi, kulit serta Penerapan Hidup
Bersih dan Sehat PHBS. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala umpamanya pemeriksaan ketajaman mata, pengukuran tinggi dan berat badan berkala yang
diisikan pada KMS-AS, pemeriksaan gigi, telinga, dan kulit. Serta melakukan kegiatan UKS lainnya.
2 Berkarya dan berbakti di masyarakat
Di rumah, membantu pekerjaan orang tua. Menjaga kebersihan sekolah melalui kerja bakti kebersihan di lingkungan sekolah dan sekitarnya, piket
kebersihan, lomba kebersihan kelas dan lain-lain. 3
Mempererat persahabatan nasional dan internasional Kegiatan surat-menyurat antar anggota PMR baik dalam satu daerah maupun
dengan luar daerah atau dengan anggota PMR di luar negeri, kegiatan pertukaran album, kegiatan anjangsana antar kelompok PMR dalam satu daerah atau dengan
daerah lain.
31 Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegiatan Tri Bakti PMR disesuaikan
dengan kompetensi dan ketertarikan mereka, serta kebutuhan PMI dan remaja. Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan, mereka memerankan fungsi yang
berbeda-beda. Contoh; PMR Mula berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat menjadi contohmodel keterampilan hidup sehat bagi teman sebaya. PMR Madya
berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan dukungan, bantuan, semangat kepada teman sebaya agar meningkatkan keterampilan hidup sehat. PMR Wira
berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik sebaya keterampilan hidup sehat.
d Pengakuan Dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan memiliki tujuan untuk memotivasi PMR agar tetap bersama dengan PMI, memberikan rasa bangga dan kesadaran akan
kualitasnya bahwa meskipun masih remaja PMR dapat berperan untuk kemanusiaan, meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen, serta meningkatkan
kualitas kegiatan kepalangmerahan. Peranan pengurus, staf, pembina PMR, pelatih, dan fasilitator sangat penting
dalam menyampaikan penghargaan dan pengakuan atas peran dan kegiatan PMR. Hal ini memberikan dampak yang besar dan efektif karena pihak tersebut bagian
dari markas PMI dan yang berinteraksi dengan PMR. Suatu sistem penghargaan, pengakuan, pemantauan, dan evaluasi tingkat
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap dirancang dalam bentuk Syarat Kecakapan PMR.
e Pemantauan dan Evaluasi
Evaluasi program
kegiatan ekstrakurikuler
dimaksudkan untuk
mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dicapai
32 siswa Kompri, 2015:245. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk
menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan pada jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan ekstrakurikuler.
PMI harus mengetahui apakah anggota PMR telah melaksanakan hak dan kewajibanya dengan tepat, sedangkan anggota PMR juga perlu mengetahui apakah
mereka telah melaksanakan tugas dengan baik. Pemantauan dan evaluasi adalah proses berkelanjutan dan melekat di keseluruhan siklus.
Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana anggota PMR melakukan kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab
kebutuhan anggota PMR, merupakan sebagian dari tahapan pemantauan dan evaluasi, yang jika tidak dilakukan menunjukkan ketidakpedulian PMI terhadap
kualitas anggota, kegiatan, dan Tri Bakti yang sedang dan telah dilakukan. Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari PMI Pusat ke
Daerah minimal setahun sekali, PMI Daerah ke Cabang minimal 2xtahun, dan dari PMI Cabang ke unit PMR minimal 1x bulan
6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Program pembelajaran di SD akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui
karakteristik siswa SD. Siswa SD rata-rata berusia 6-12 tahun, pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. menurut suryobroto dalam
Djamarah, 2002:90 kelas di SD dikelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah kelas 1, 2 dan 3 dan kelas tinggi kelas 4, 5 dan 6.
Karakteristik siswa SD pada masa kelas rendah 67-910 tahun yaitu:
33 a.
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi. b.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional. c.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri. d.
Membandingkan dirinya dengan anak yang lain. e.
Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f. Pada masa ini terutama usia 6-8 tahun anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Karakteristik siswa SD pada masa kelas tinggi 910-1213 tahun yaitu: a.
Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b.
Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar. c.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya. e.
Pada masa ini anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam
permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional yang sudah ada, mereka membuat peraturan sendiri.
34 Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbeda-
beda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Sumantri dan Sukmadinata 2006 karakteristik anak pada usia SD adalah:
a. Senang Bermain.
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran
serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan SBK.
b. Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi
untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. c.
Senangnya Bekerja dalam Kelompok Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspek-
aspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di
sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya,belajar
35 menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya,
belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang
model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
d. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang
dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-
konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral. Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung
melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan karakteristik siswa SD yang telah dipaparkan diatas, peran orang
dewasa dan guru sangat diperlukan dalam memaksimalkan dan membantu siswa untuk melangkah ke tahap perkembangan kognitif selanjutnya. Dengan memahami
karakteristik siswa, diharapkan dapat membawa dampak dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
36
C. Penelitian Yang Relevan