Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

84 8. Media belajar yang digunakan pada pembelajaran ekstrakurikuler PMR Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran ekstrakurikuler PMR menyesuaikan dengan kondisi dan pokok materi pelatihan PMR yang sedang diajarkan. Media yang digunakan untuk pembelajaran teori didalam kelas menggunakan lcd proyektor atau papan tulis, sedangkan untuk kegiatan praktek diluar kelas menggunakan media langsung yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Hal ini disampaikan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, “medianya macam-macam mas. Kalo teori di ruangan ya biasanya pakai powerpoint, kalau di lapangan biasanya langsung menggunakan alatnya langsung seperti itu ada permainan ular tangga itu, terus obat-obat P3Knya itu, tandu, macam- macam”. CW2,10032016 Hal senada juga diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan yang disampaikan oleh D: “Kalau media sendiri ada media lapangan ada media kelas. Media kelas itu untuk teori dalam artian bisa papan tulis, bisa lcd. Kalau untuk lapangan misalnya siaga bencana bisa langsung praktek di lapangan. Jadi kemarin SD Bhayangkara kemarin sempet jadi SD siaga bencana itu dapat bantuan media ular tangga siaga bencana dengan ukuran 3 meter x 3 meter. Kalau enggak salah itu bantuan dari ICRC kalau tidak Palang Merah Denmark ”. CW3,05042016

c. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara

1. Bentuk monitoring dan evaluasi program ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah menerapkan kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pelatihan atau pembelajaran 85 dan pelaksanaan program kerja yang telah dibuat. Monitoring program kerja dilaksanakan oleh PMI cabang kota Yogyakarta melalui pelatih yang mengampu sekolah PMR, setiap tiga bulan sekali diadakan rapat para pelatih PMR untuk mengevaluasi kegiatan PMR sekolah yang diampu. Hal ini disampaikan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan D mengenai monitoring: “Kalau monitoring pertama program kerja, sejauh mana anak-anak menjalankan program kerja mereka, terus kendalanya apa. Monitoring itu kebanyakan dari hasil bukan hanya harus dilihat perminggu perbulan, tapi hampir setiap hari dimonitoring kira-kira seperti apa kendalanya apa, aksi Donor darah yang dilaksanakan kemarin kan hasil monitoring donor darah tahun kemarin. Tahun kemarin mereka kita lihat, mereka jalan, bagus, dievaluasi pun bagus makanya tetap berjalan. Monitoringnya melalui pelatih, jadi tiga bulan sekali kan ada rapat kumpul pelatih PMR se-Kota Yogyakarta terus ada Kumpul Pembina PMR se-Kota Yogyakarta. Itu untuk memonitoring kegiatan PMR sekolah masing- masing”. CW3,05042016 Evaluasi untuk peserta didik dilakukan dengan ujian tertulis, waktu pelaksanaannya bersamaan dengan ujian semester yang waktunya telah dijadwalkan oleh sekolah. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ekstrakurikuler dan untuk mengetahui keefektifan metode maupun media yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran. Evaluasi ini menggunakan sistem huruf dalam penilaiannya. Hal ini diungkapkan oleh D pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Evaluasi dalam artian pendidikan. Jadi anak-anak ada ujian. Ujian PMR ada dan nilainya masuk di raport. Jadi nilai di raport itu jelas nilainya berapa di raport. Nilainya menggunakan sistem huruf kalau untuk ekstrakurikuler. Memang ada ujian mereka, soalnya juga dibuatkan dan ujiannya dilakukan serentak. Misalkan ujian UTS, hari jum’at atau sabtunya khusus untuk jadwalnya ekstrakurikuler. Bahasa Inggris sama PMR biasanya ”. CW3,05042016 86 Evaluasi program kegiatan dalam lingkup internal sekolah dilakukan bersama-sama antara pelatih, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya pada rapat besar dan dibahas secara lisan belum dilakukan secara tertulis. Hal ini disampaikan oleh R dalam petikan wawancara sebagai berikut: “Nah paling pas rapat, pas rapat besar sebelum kenaikan paling itu saja. Tapi secara tertulis belum, hanya secara umum. Bu ini begini, ini begini bagaimana hanya secara umum saja. Dari ekstra yang ada kita bahas jadi tidak khusus PMR saja, tapi semua kegiatan ”. CW1,08032016 Hal ini senada juga diungkapkan oleh N pada petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut pernyataan N: “Kebetulan kalau evaluasi itu mesti juga harus tetap ada. Karena biasanya kan programnya pak Dedi sudah bikin misalnya program PMR kita satu semester pelaksanaannya ini. Kemudian nanti kita akan ikut kegiatan misalnya Jumda itu kan kebetulan kita ikut. Biasanya evaluasi kita cuma kurangnya apa. Bu kita kemarin cuma kurang koordinasi ini... ini.. model-model seperti itu ”. Berdasarkan dokumen pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR yang peneliti temukan dari sekolah lampiran 15 hal. 135, pelatih PMR telah membuat lembar catatan harian mengenai rincian kegiatan yang dilakukan lengkap dengan faktor penghambat dan efektifitas yang menunjang kegiatan. Tujuan dari catatan ini sebagai pengingat, evaluasi, dan referensi untuk pelaksanaan kegiatan serupa diwaktu berikutnya . Namun pelatih atau pihak yang memiliki wewenang untuk mencatat belum melengkapi lembar catatan ini. Berdasarkan pada hasil wawancara dengan R dan N serta studi dokumen dapat disimpulkan bahwa evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler PMR Unit 74 SD Negeri Bhayangkara telah dilakukan namun belum didokumentasikan dalam lembar evaluasi yang telah disusun. 87 2. Dampak positif pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif terhadap perkembangan siswa. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan tiga narasumber R, N, dan D yang dilakukan oleh peneliti: R : “Banyak, anak mendapat tambahan pengetahuan, terus kita melebarkan mitra juga, untuk sekolah juga sangat bermanfaat untuk menambah akreditasi sekolah, terus kita jadi tambah mitra, mitra PMI baik kota maupun provinsi bahkan ini PMI daerah mau mengadakan MoU dengan Bhayangkara SD kalau tidak maretapril, kurang tahu bentuknya seperti apa karena masih wacana dari mas Dedi, Cuma kita dari pihak sekolah harus ketemu langsung dan harus tahu kerjasama dalam bentuk apa bagaimana kontribusinya buat sekolah ”. CW1,08032016 N : “Yang jelas, nek misale ada ini, ... kalo dulu misale anak-anak pada takut mobil ambulans itu, kadang-kadang wedi ada suntikan kayak gitu kan pada takut, sekarang alhamdulillah udah enggak, enggak seperti itu. ...Terus biasanya anak-anak yang ikut PMR itu mesti ketok mas, jadi nek misale ada kejadian sekolah misalnya ada temannya yang sakit atau misalnya ada kecelakaan pas olah raga mesti biasanya buk saya yang harus ini ya..., nah jadinya udah siap, tak ambilkan. Walaupun harus tanya gurunya. Bu kog ininya enggak ada, ...manfaatnya juga seperti itu bocahe biasane juga lebih ini kog mas, lebih wani, kreatif. Seng jelas nek saya senengnya banyak positifnya yang jelas itu, jadi manfaat bagi anak- anak itu banyak positifnya, ... Terus kemarin ini kita pernah ikut jumbara di Gorontalo, PMR yang 2011 itu sebelum saya datang kesini. Itu barusan tim PMR SD Bhayangkara acara baksos atau apa. Sini juga sering misal misale baksos, kerja bakti di RTRW, yang kebersihan lingkungan kemarin itu anak-anak PMR juga ada kegiatan itu.kalau yang baksos itu kita hanya ngumpulin barang yang pantas pakai ”. CW2,10032016 D : Perkembangannya ya, pertama kalau kita fikir itu ya memang positif, karena positif itu begini, mereka sudah bisa untuk keselamatan sendirilah, mereka bisa membedakan mana yang bisa mereka kerjakan dan mana yang tidak bisa. Selagi mereka bisa mengerjakan mereka akan kerjakan mereka sendiri. Kalau mereka tidak bisa mengerjakan ya apa boleh buat. Contohnya kemarin mereka mengadakan bersih-bersih sekolah, mereka mengerjakan sendiri, piket, piket UKS mereka udah bisa, kita Cuma mengontrol. Memang beda ya sistem untuk Mula, Madya dan Wira. Mula masih perlu banyak bimbingan, didampingi dan diarahkan. CW3,05042016 Berdasarkan trianggulasi sumber dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler PMR memiliki banyak dampak positif bagi siswa 88 maupun sekolah. Dampak positif bagi siswa yaitu; menambah pengetahuan dan pengalaman anak dalam kegiatan kepalangmerahan, menumbuhkan keberanian anak untuk memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan, mengubah persepsi anak-anak untuk tidak takut ketika ada ambulans yang melintas, menumbuhkan kepedulian sosial anak melalui bakti sosial maupun gotong royong, dan kegiatan PMR sebagai wadah untuk anak memperoleh prestasi. Selanjutnya, dampak positif kegiatan ekstrakurikuler PMR bagi SD Negeri Bhayangkara yaitu dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler akan menambah akreditasi sekolah serta menambah mitra bagi sekolah. 3. Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki banyak kendala. Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR dijelaskan oleh R, N dan D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: R : “Tentunya ada, sebelumnya mungkin mas Dedi masih fokus di sekolah, sekarang beliau di pengurus di PMI ini juga mungkin jadi enggak jadi latihan. Mas dedi langsung nelpon, ... Jadi kemarin gak ada jadwal kegiatan PMR. Dan kemarin memang tidak saya isi karena jadwal saya full dan di jam PMR itu ada dua pilihan ekstrakurikuler jadi anak memilih salah satu. Yang sudah memilih PMR enggak ikut English Club, yang memilih English Club enggak ikut PMR”. CW1,08032016 N : “Kadang latihannya anak-anak itu lho mas, misalnya 15-20 anak, kadang 5 tidak berangkat hari ini, yang hari ini berangkat besok enggak berangkat. terus karo iki mas, biasanya kendala yang paling ini anggaran yang kita butuhkan untuk kegiatan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah itu kurang mesti banyak. Seperti kemarin kita ini mau aksi donor darah harusnya sekitar jutaan berapa dari sekolah kan hanya ada satu juta berapa ”. CW2,10032016 D : “Faktor penghambat pelaksanaan ada, dimana-mana pasti ada. Cuma kalau di SD Bhayangkara kalau dibilang penghambat juga bukan penghambat. Karena anak-anaknya, mereka apa ya, aktif sangat aktif, 89 aktif ini dalam artian kalau tidak bisa kita arahkan dengan kegiatan- kegiatan, mereka akan nanti jadi rusuh atau jadi pengganggu temen- temennya ”. CW3,05042016 Berdasarkan beberapa wawancara diatas, diperoleh kesimpulan melalui trianggulasi sumber bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor tersebut yang pertama adalah pelatih ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara mulai pada bulan Agustus 2015 mendapat tugas sebagai pengurus di PMI kota Yogyakarta. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan latihan yang dilaksanakan rutin setiap hari sabtu. Pelatih meminta ijin kepada pembina PMR atau guru kelas ketika ada rapat atau kegiatan di PMI Kota Yogyakarta. Sehingga menyebabkan latihan rutin diliburkan atau diisi oleh guru kelas. Faktor kedua yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan PMR adalah partisipasi anak dalam mengikuti kegiatan latihan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari 29 anak yang mengikuti ekstrakurikuler PMR yang berangkat sekitar 15-20 anak. Faktor ketiga yaitu anggaran yang dikeluarkan oleh sekolah belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan program kerja PMR SD Negeri Bhayangkara. Faktor keempat yaitu karakteristik anggota PMR SD Negeri Bhayangkara yang masih dalam usia 10-12 tahun ini tergolong aktif masih membutuhkan arahan yang tepat agar tidak menjadi perusuh atau pengganggu dalam kegiatan latihan rutin PMR. 4. Strategi mengatasi hambatan dalam kegiatan PMR SD Negeri Bhayangkara Faktor penghambat tidak menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR. Pihak guru, pelatih dan wali murid secara bahu- membahu mengatasi masalah yang menjadi penghambat pelaksanaan ekstrakurikuler PMR. Strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah pelatih 90 yang tidak bisa hadir mengisi latihan adalah guru kelas menggantikan tugas pelatih menjadi fasilitator kegiatan latihan atau mengajak anggota PMR dalam kegiatan lain dari sekolah. Hal ini diuraikan oleh R dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Biasanya kalau pak D tidak datang dan bu A tidak bisa saya sebagai guru kelas saya pegang. Kalau ada Bahasa Inggris berarti saya pegang PMRnya, sebisa saya dengan membaca kan kita bisa menyampaikan pengetahuannya, nanti prakteknya pak Dedi yang menyampaikan ”. CW1,08032016 Hasil observasi yang dilakukan pada Sabtu, 2 April 2016 juga menunjukkan bahwa guru kelas mengikutsertakan anggota PMR dalam pembuatan biopori yang berguna untuk mencegah bencana banjir. Obs3,02042016 Strategi untuk meningkatkan partisipasi anak dalam mengikuti latihan PMR adalah pembina PMR memberikan motivasi pada anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR. Hal ini dijelaskan oleh N dalam petikan wawancara yang dilakukan peneliti. Berikut ringkasan penjelasan yang diungkapkan oleh N: “Terus biasanya kalau sudah seperti itu pak Dedi terus ngundang saya. Terus saya tanggapi, buat anak-anak yang sudah mantap ikut PMR tetap harus hadir besok yang tidak hadir lapor sama saya. Saya tidak mengancam sebenarnya supaya anak-anak bisa tertib saja. Niatnya yang mau ikut ya ayo. Kan, manfaatnya buat kalian sendiri bukan untuk pak guru bukan buat pak D itu ndak. Dengan cara seperti itu kita memotivasi anak-anak untuk aktif mengikuti PMR ”. CW2,10032016 Strategi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan dana dalam pelaksanaan program kegiatan PMR adalah mengkomunikasikan kegiatan dengan wali murid. Pihak wali murid secara swadaya mengatasi masalah kekurangan anggaran dana dalam pelaksanaan program kerja PMR. Hal ini diungkapkan oleh R, N, dan D pada petikan wawancara yang dilakukan sebagai berikut: 91 R : “Terus swadaya wali murid, terutama kegiatan yang kontribusinya kembali ke anak misal konsumsi itu untuk anak-anak tho, kaos terus badge itukan kembali ke anak, biasanya yang kembali ke anak kita musyawarahkan dengan orang tua. Dari sekolah adanya dana sekian, untuk kegiatan ini habis sekian, jadi monggo dibantu acaranya, jadi udah cetho nggih, itu yang kembali ke anak monggo ”. CW1,08032016 N : “Kemudian ada misalnya kegiatan aksi donor darah kemaren di UIN misalnya konsumsi anak dan sebagainya itu dari anak sendiri dari pihak wali itu sudah ada istilahnya mengkoordinir. Karena kebetulan wali dari yang ikut PMR itu juga sangat mendukung”. CW2,10032016 D : “Kalau ada yang mendesak seperti kemarin ada aksi donor darah terus orang tua siswa juga membantu, komite sekolah sangat mendukung. ... Jadi selama ini apa yang dibutuhkan anak-anak PMR, orang tua sangat welcome enggak ada masalah sama orang tua malahan mereka sangat mendukung. Apalagi saat anaknya dijadikan kepanitiaan waktu itu. Anggaran sama orang tua gampang”. CW3,05042016 Strategi untuk mengatasi anak-anak yang terlalu aktif agar tidak menjadi perusuh dalam latihan PMR adalah melibatkan anak langsung dalam kegiatan dengan memberikan tugas untuk diselesaikan. Sehingga anak-anak mempunyai tanggung jawab dan merasa dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas. Hal ini diungkapkan oleh D dalam petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: “Dilibatkan langsung anaknya. Jadi anak dilibatkan langsung dalam kegiatan dikasih amanah dikasih satu kepercayaan. Ini lho kamu selesaikan, kalau enggak selesai itu tanggung jawabmu. Jadi besok kalau enggak selesai kamu yang tak panggil. Panggilan disini kan bukan kita menghukum enggak, jadi kita panggil kita arahkan kenapa apa kog enggak bisa sampai sana. Dengan anak-anaknya aktif terlibat langsung mereka merasa punya kepercayaan, aku dipercayai aku dikasih ini dikasih itu”. CW3,05042016 5. Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR Kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara memiliki beberapa faktor pendukung sehingga dapat berjalan dengan baik. Beberapa faktor pendukung tersebut diungkapkan oleh R, N dan D melalui petikan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai berikut: 92 R : “Jelas ada ya mas, yang pertama kepala sekolah mendukung, peralatan ada memadahi, terus disisi lain ketika memilih seperti ini kita sampaikan ke orang tua, jadi model memilihnya nanti anak-anak kita bagikan angket silahkan memilih orang tua disitu tanda tangan ”. CW1,08032016 N : “Kebetulan kalau disini semua bapak ibu guru istilahnya dengan adanya kegiatan itu juga sangat mendukung kemudian wali juga juga apa, istilahnya juga sangat mendukung. ” CW2,10032016 D : “Faktor pendukung enggak ada masalah, faktor pendukung dari dewan guru, dari sekolah itu sangat mendukung sekali apalagi dari orangtua. Dari segi sekolah ya, guru-guru sangat mendukung jadi enggak ada masalah dengan PMR. Terus orang tua, orang tua juga sangat mendukung, kegiatan yang khususnya ada anaknya disana. Terus mereka juga bisa apa ya, mereka bisa bagi waktulah. Ada beberapa anak itu dia ikut kegiatan silat. Cuman karena dia begitu semangatnya pengen ikut PMR malamnya silat besok dia berangkat PMR. Padahal di PMR itu ada pengukuhan. Pengukuhan butuh waktu dan tenaga yang lumayan ya. Dia tetep dateng walaupun disana dia mewek nangis mau istirahat. Yaudah kita suruh tidur, selesai tidur seger terus ikut lagi ”. CW3,05042016 Berdasarkan wawancara diatas, melalui trianggulasi sumber dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara yaitu: adanya dukungan dari kepala sekolah, guru, maupun wali murid serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah yang memadahi. Serta tingginya semangat anak-anak dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR. 6. Saran untuk pengembangan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara Kegiatan ekstrakurikuler PMR di SD Negeri Bhayangkara dapat berjalan dengan baik karena semua pihak mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan. Semua pihak tersebut mempunyai harapan agar di tahun pelajaran mendatang pelaksanaannya lebih baik lagi. Beberapa harapan itu dituangkan dalam beberapa saran yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap R, N, dan D sebagai berikut ini; 93 R : “monitoring ya yang jadi masukan, monitoring dan evaluasi bagusnya kalau diterapkan seperti guru kan ada monitoring dan evaluasi tertulis, ya itu mungkin sarannya”. CW1,08032016 N : “Kalau saya yo pengene semua sarana-prasarana ki lengkap, kemudian pas kalo kegiatan pendanaan kegiatan kalau yang memang harus tidak usah melibatkan istilahnya orang tua, uang itu. Saya pengennya enggak kayak gitu jadi pengen tu anggaran ada langsung tercover di APBS. Tapi sayang mas kalau disini tu kan kegiatan ekstranya baru dimulai kelas empat lima, jadi hanya dari kelas empat lima, tidak dari kelas bawah baik itu dari olahraga seni maupun PMR. Kalau pramuka bisa dari kelas satu, kalau dari PMR kebetulan belum. Kepengennya anggotanya tambah kemudian faktor pendukungnya juga tambah. Terutama dalam pendanaan yang jelas sing marai anu ”. CW2,10032016 D : Kalau saya sih saran sebenarnya lagi-lagi kembali ke program. Kita berharap dimana ada PMRnya bukan hanya di SD Bhayangkara tetapi pada umumnya lagi-lagi kembali ke program. Program dari pelatih itu seperti apa, yang berfokus pada anak-anak. Jadi anak-anak itu benar- benar dilibatkan bukan hanya anak-anak dijadikan objek dikasih materi- materi terus jadikan juga objek dan subjeknya kegiatan. Jadi bukan hanya mereka dibutuhkan digunakan waktu sukuran. Jadi program yang melibatkan langsung anak-anak itu lebih solid. Jadi misalkan perkemahan dan upacara hari senin anak-anak nanti dilibatkan, mereka dijadikan tim medis. Jadi mereka yang menangani, Cuma bukan hanya dilibatkan tanpa pengawasan, disanalah peranan pelatih dan pembina. Apakah bisa mendampingi mereka. Kalau mereka ada keluhan mereka enggak mampu menangani baru kita. Dengan melibatkan langsung anak- anak dikegiatan PMR di kegiatan seperti itu maka mereka akan merasa, “oh aku bangga jadi anak PMR”. Mereka jadikan tim medis itu sebuah kebanggaan buat mereka karena dari teman-teman mereka enggak ada yang bisa jadi tim medis sekolah, mereka bisa. Kalau saran saya lebih banyak libatkan langsung mereka di dalam suatu kegiatan. Bikin piket UKS bikin pemeriksaan jentik-jentik nyamuk atau pengawas lingkungan sekolah”. CW3,05042016 Berdasarkan wawancara diatas dapat ditrianggulasikan bahwa beberapa saran untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR SD Negeri Bhayangkara yaitu; 1 adanya evaluasi tertulis dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR, 2 pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya untuk kelas 5 saja tetapi tambah untuk kelas awal kelas 1, 2, dan 3, 3 melibatkan wali murid untuk memberikan dukungan pada anaknya dalam kegiatan ekstrakurikuler, 4 anggaran dana 94 pelaksanaan program kegiatan dapat tercukupi dari anggaran sekolah sehingga tidak memberatkan pihak wali murid, 5 adanya perencanaan program kerja yang melibatkan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan. 6 membentuk tim medis sekolah yang dapat ditugaskan dalam upacara bendera hari senin, kegiatan perkemahan, dan petugas pemeriksa jentik-jentik nyamuk di lingkungan sekolah.

B. Pembahasan