Konsep Beny O. Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D

menyerap NOx = 22,53 – 54,08 , semak 16,13- 55,60 pohon 14,15- 60,65 . Jenisnya antara lain: 1. Bougenville. 2. bunga merak. c. Tanaman penyerap bau tidak sedap. 1. Kenanga. Kenanga yang mampu menebar wangi ini bisa menyerap bau tidak sedap. d. Tanaman peredam kebisingan. 1. Bambu Jepang. Bambu Jepang yang sering digunakan untuk menghiasi dinding halaman bangunan ternyata mampu meredam kebisingan. Kalau bambu Jepang ditanam rapat, sehingga cukup rimbun menghuni halaman dekat jendela dapat berfungsi penyaring udara. Sedangkan untuk taman di bagian atas bangunan bertingkat, tanaman disarankan seperti semak yang tahan terpaan angin, tahan panas, memerlukan sedikit air, namun banyak daun untuk meningkatkan daya serap CO2.

3.4 Konsep

Urban Farming Urban farming merupakan Prinsip atap dingin dari John A. D’Annunzio dengan Vegetative Roof khususnya pada tipe intensive. Vegetasi dengan ukuran pendek intensive pada atap bangunan dinilai dapat meredam suhu panas akibat UNIVERSITAS SUMATRA UTARA heat island, vegetasi dapat menolong penurunan suhu mikro, dan pengguna bangunan dapat memanfaatkannya sebagai taman atap ataupun bercocok tanam di atap. Dimana aka terjadi keseimbangan antara lingkungan dan bangunan sehingga dapat saling mendukung satu sama lain dalam meningkatkan kenyamanan pada bangunan town house. Urban farming merupakan aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar kota yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Dorongan utama aktivitas ini selain upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi. Di Surabaya, gerakan urban farming yang dibangun berdasarkan ide dan inovasi warga kota, serta didukung pemerintah yang diharapkan memberikan kontribusi positif, seperti meningkatkan jumlah variasi makanan yang tersedia dan memungkinkan sayuran, buah-buahan segar diproduksi di kota. Urban farming merupakan aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar kota yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Dorongan utama aktivitas ini selain upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi. Urban farming, tidak memerlukan lahan yang luas. Apabila kita menyukai berkebun, bertaman, atau memanfaatkan lahan di rumah dengan tanaman sayur, buah UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dan tanaman hias. Maka aktivitas yang bersifat rekreasi ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Komunitas ini akan makin banyak dan saling berbagi. Bagi peneliti, urban farming akan meningkatkan kreatifitas statistika pada proses design of experiment. Sehingga akan muncul RW-RW dengan inovasi tanaman unggulan yang cocok, cepat dan sehat untuk ditanam dan dibudidayakan di kota. Diharapkan di masa mendatang urban farming akan menjadi model rekreasi, ekonomi dan kewirausahaan, penelitian, kesehatan dan kesejahteraan serta pemulihan dan perbaikan lingkungan hidup. Urban farming juga akan menciptakan keindahan dan suasana asrinya pedesaan dalam lingkungan kota yang modern. Di Surabaya, gerakan urban farming yang dibangun berdasarkan ide dan inovasi warga kota, serta didukung pemerintah yang diharapkan memberikan kontribusi positif, seperti meningkatkan jumlah variasi makanan yang tersedia dan memungkinkan sayuran, buah-buahan segar diproduksi di kota. Hal ini dilatar belakangi oleh perubahan proporsi urban rural di Jawa, fakta menunjukkan 20 tahun yg lalu, Pulau Jawa ini 70 pedesaan 30 kota, sedangkan saat ini 60 kota dan 40 pedesaan. Percepatan pertumbuhan yang sangat luar biasa, sehingga konversi dari lahan pertanian ke non pertanian terlalu cepat. Dengan makin tumbuh dan bergesernya rural menjadi urban yang modern, tentu hal ini cukup menganggu bagi ketahanan pangan di masa depan. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Kesadaran akan kebutuhan udara yang bersih, kenyamanan dalam lingkungan hidup, makin membuat konsep urban farming ini diterima lebih cepat oleh warga kota. Bahkan dengan lahan yang sempitpun kreatifitas warga kota tidak akan berkurang. Kondisi ini didukung pula oleh program dan kebijakan pemerintah kota Surabaya, dengan cepat mengembalikan fungsi jalur hijau pada fungsi yang sebenarnya. Hingga saat ini RTH Ruang Terbuka Hijau di Surabaya mencapai 20. Tentunya pembangunan taman kota, makin difungsikannya kebun bibit, adanya gerakan green and clean dan surabaya berbunga akan makin mendorong pihak swasta dan warga kota berbenah. Dalam penerapannya, konsep urban farming ini dapat diaplikaskan pada konsep bangunan-bangunan pada kawasan perkotaan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan sangat sedikit dan sulit untuk dapat mencapai 30 dari area tertutup bangunan Building Coverage, untuk itu perlu adanya pendekatan desain bangunan yang menerapkan roof garden pada kawasan kota berkepadatan tinggi. Dimana dengan sedikitnya kesempatan untuk ruang terbuka hijau secara horizontal, maka dapat direcanakan secara vertikal, dan konsep ini sudah sangat banyak diaplikasikan pada kota-kota berkembang yang memiliki kepadatan yang tinggi. Dalam penerapannya, konsep roof garden ini dinilai cukup efisien dalam memperbaiki suhu mikro dan kualitas udara pada kawasan perkotaan, namun umumnya konsep penghijauan yang diaplikasikan umumnya sejenis bunga ataupun UNIVERSITAS SUMATRA UTARA rumput yang cenderung tidak banyak menghasilkan karena tidak memiliki buah, dan hanya menghabiskan biaya pada perawatan dan pemeliharaannya. Dengan memadukan konsep Urban farming dan konsep roof garden ini, maka muncullah sebuah konsep desain pada bangunan tinggi di perkotaan yang berkepadatan tinggi, yakni konsep vertical farming. Dimana dari varietas yang ditanami pada bangunan ini dapat dipanen, sehingga dapat memberikan manfaat yang positif bagi pemilik bangunan dan lingkungan sekitarnya. Sistem yang dapat diaplikasikan untuk perawatan dan pemeliharaan tanaman budi daya pada konsep vertical farming ini antara lain: a. Hidroponik. Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Metode hidroponik memberikan kesempatan pada orang- orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang bertempat di tempat kos untuk menikmati buah dari tangan dingin di tempat sendiri. Hal ini dikarenakan sistem ini tidak memerlukan tanah. Keuntungan yang diperoleh pun cukup berlimpah. Pada bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Lantas hasil tanaman buah dapat menjadi lebih masak dengan cepat dan lebih besar. Air dan pupuk dapat lebih awet karena dapat dipakai ulang. Nicholls 1986 menambahkan pula, UNIVERSITAS SUMATRA UTARA hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang baik dan seragam. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh jenis tanaman yang mempunyai nilai jual diatas rata-rata, yaitu: paprika, tomat, timun Jepang, melon, terong Jepang dan selada. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.22 dan 3.23. Gambar 3.22 Proses Hidroponik dalam Urban Farming Sumber: ayobertani.wordpress.com b. Teknik Kantung Gantung. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Gambar 3.23 Sistem Gantung Proses Hidroponik Sumber: ayobertani.wordpress.com Proses pendistribusian unsur hara dengan memanfaatkan sistem hidroponik dengan pipa PVC sebagai media distribusinya. Kemudian dalam penerapannya teknik hidroponik juga dapat memanfaatkan sistem gantung seperti yang terlihat pada Gambar 3.24. Gambar 3.24 Sistem Gantung pada Proses Hidroponik Sumber: ayobertani.wordpress.com UNIVERSITAS SUMATRA UTARA BAB IV KONSEP PERANCANGAN FISIK

4.1 Deskripsi Kasus Proyek