Penerapan Konsep Arsitektur Ekologis Pada Bangunan Town House di Kawasan CBD Polonia Medan

(1)

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA

BANGUNAN TOWN HOUSE DI KAWASAN

CBD POLONIA MEDAN

TESIS

OLEH

MOHAMMAD IRFAN MEIANDA PUTRA HAMID

097020007/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA

BANGUNAN TOWN HOUSE DI KAWASAN

CBD POLONIA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur

Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

MOHAMMAD IRFAN MEIANDA PUTRA HAMID

097020007/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA

BANGUNAN TOWN HOUSE DI KAWASAN

CBD POLONIA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Medan, Februari 2012


(4)

Judul Tesis : PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA BANGUNAN TOWN HOUSE DI KAWASAN CBD POLONIA MEDAN

Nama Mahasiswa : MOHAMMAD IRFAN MEIANDA PUTRA HAMID Nomor Pokok : 097020007

Program Studi : TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang Kekhususan : STUDI-STUDI ARSITEKTUR ALUR PENDIDIKAN PROFESI

Menyetujui Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus : 28 Januari 2012 (Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc)

Ketua

(Wahyuni Zahrah, ST, M.S) Anggota

Ketua Program Studi

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc)

Dekan


(5)

TELAH DIUJI PADA Tanggal : 28 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc

Anggota : 1. A/ Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D 2. Wahyuni Zahrah, ST, M.S

3. Ir. N. Vinky Rahman, MT 4. Ir. Basaria Talarosha, MT


(6)

ABSTRAK

Perencanaan kompleks bisnis CBD Polonia pada saat ini kurang memperhatikan faktor alam, sehingga ekosistem alami kompleks bisnis CBD Polonia ini menjadi terganggu. Sehingga akan mempengaruhi tingkat kenyamanan alami bagi pengguna bangunan.

Suhu thermal di Kawasan kompleks bisnis CBD Polonia diperkirakan akan sangat tinggi, akibat dari ketidakseimbangan antara lahan terbangun dengan lahan untuk area terbuka hijau, hal ini diperburuk dengan material aspal dan kaca yang cukup dominan. Secara visual, bangunan Town House identik dengan bentuknya yang masif dan menggunakan material yang kaku dan sangat jarang dikombinasikan dengan elemen alami seperti vegetasi dan air.

Bangunan Town House pada umumnya mengaplikasikan sistem penghawaan buatan dengan menggunakan AC, penerangan buatan seperti penggunaan lampu di siang hari, penggunaan air secara tidak efisien, dan terlalu bergantung pada energi dari pihak PLN dan PDAM yg dalam operasionalnya menggunakan hasil dari eksplorasi alam yang jika dipergunakan secara berlebih akan berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem di alam ini. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk dapat memperbaiki lingkungan dan kenyamanan thermal ini secara maksimal.

Secara geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun secara thermal tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis. Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata 20°C, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35°C dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas lembab). Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada pada pertemuan dua iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra), perbandingan luas daratan dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%.. Cara yang paling murah memperoleh kenyamanan thermal adalah secara alamiah melalui pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan dengan mempertimbangkan orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur dan material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.


(7)

ABSTRACT

Current planning of CBD Polonia business complex pays less attention to the natural factor that the natural ecosystem of this CBD Polonia business complex becomes disturbed. This condition will affect the level of natural comfort of the building users.

The thermal temperature of CBD Polonia business complex area will be very high due to the imbalance between the land for building coverage and that for green open area and this condition is worsened with the quite dominant asphalt and glass materials. Visually, the Town House buildings are identical with massive forms using rigid materials which are rarely combined with natural elements like vegetation and water.

In general, Town House building applies artificial ventilation system by using Air Conditioner, artificial lighting such as turning on the lights during the day, inefficient use of water, depending too much on the energy supplied by PLN and PDAM (Water Company) which in their operation use what obtained from exploring the nature that it will bring negative impact to the balance of natural ecosystem, if excessively used. For this purpose, an attempt to maximally improve the thermal environment and comfort is needed.

Geographically, Indonesia is located on the equator or in tropical area, but thermally, not all of the areas in Indonesia lie on the tropical area. In terms of temperature rate, tropical area is an area with average temperature of 20° C, while, in general, the average temperature in the areas in Indonesia can reach up to 35° C with high humidity (up to 85%) (hot and humid tropical climate).

This condition occurs, among other things, due to the position of Indonesia which lies in the meeting area of two extreme climates (between two continents and two oceans), the ratio of its land and ocean areas, and so forth. This condition is less beneficial for human beings in doing their activities because in the uncomfortable weather condition (too cold or too hot) human work productivity tends to decline or low. For the Indonesian, comfortable thermal temperature ranges from 22.8° C to 25.8° C with humidity of 70%. The easiest way to obtain thermal comfort is in natural way through architectural approach, for example, designing a building by considering the sun orientation and wind direction, utilizing the elements of architecture and building materials, and utilizing landscape elements.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan ridhaNya selama berlangsungnya pengerjaan Tesis ini. Tesis ini mengambil judul “Penerapan Konsep Arsitektur Ekologis Pada Bangunan Town House di Kawasan CBD Polonia Medan”. Tesis ini merupakan

syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Magister Teknik.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing Tesis Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc dan kepada Ibu Wahyuni Zahrah, ST. MS sebagai pembimbing Tesis, atas kesediaannya membimbing, brain storming, motivasi, pengarahan dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D, selaku Penguji Tesis, Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Orang tua saya yang tercinta, Abu Alm.H.Burhanuddin Hamid dan Umi Hj.Surya Marlita atas


(9)

segala doa, dukungan, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Kiranya Allah SWT memberikan dan melimpahkan kasih dan anugerah-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis sungguh menyadari bahwa Tesis ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan Tesis ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Medan, 30 Januari 2012 Penyusun,


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohammad Irfan Meianda Putra Hamid Alamat : Jl.Palem Mas Raya No. 21 Medan

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 dari 3

Warga Negara : Indonesia

Nama Ayah : Alm. Ir. H. Burhanuddin Hamid Nama Ibu : Hj. Surya Marlita

Pendidikan Formal : SD Percobaan Negeri Medan (tamat tahun 1999) SLTP Negeri 1 Medan (tamat tahun 2002)

SMU Negeri 1 Medan (tamat tahun 2005) Sarjana Teknik Arsitektur (tamat tahun 2009) Sarjana Profesi Arsitektur (tamat tahun 2011)


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR ISTILAH ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Alasan Pemilihan Topik ... 4

1.3 Perumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 7

1.5 Manfaat ... 7

1.6 Keluaran ... 8

1.7 Metodologi ... 9

1.8 Sistematika Penulisan Tesis ... 14

BAB II KAJIAN TIPOLOGI TOWN HOUSE ... 16


(12)

2.1.1 Pengertian proyek ... 16

2.1.2 Karakteristik ... 17

2.1.3 Tipologi Town House ... 19

2.2 Program Kegiatan ... 27

2.2.1 Aktivitas ... 27

2.3 Persyaratan Teknis ... 29

2.3.1 Rumah sederhana berlantai dua ... 29

2.4 Sasaran Pengguna ... 32

2.4.1 Profit pengguna Town House ... 32

2.4.2 Perilaku masyarakat urban ... 34

2.5 Program Ruang ... 35

2.5.1 Unit harian ... 35

2.6 Program Ruang yang Direkomendasikan ... 36

2.7 Studi Banding... 39

2.7.1 Studi banding kasus sejenis ... 39

2.7.2 Perbandingan studi banding ... 53

2.8 Kesimpulan Studi Banding ... 54

BAB III PRINSIP EKOLOGI PADA BANGUNAN HUNIAN ... 56

3.1 Pengertian Arsitektur Ekologis ... 56

3.2 Teori-teori Arsitektur Ekologis ... 57

3.2.1 Ken Yeang ... 57

3.2.2 Heinz Frick ... 62

3.2.3 Hashem Akbari ... 65

3.2.4 A. Dimoudi ... 69

3.2.5 Jhon D’Annunzio ... 84

3.2.6 Georg Lippsmeier ... 86


(13)

3.2.6.2 Analisa material/bahan bangunan ... 92

3.2.7 M.David Egan ... 103

3.3 Varietes Tanaman, Integrasi, dan Fungsinya pada Bangunan ... 123

3.3.1 William McDonough ... 126

3.3.2 Pusat penelitian dan pengembangan pemukiman departemen pekerjaan umum ... 130

3.4 Konsep Urban Farming ... 130

BAB IV KONSEP PERANCANGAN FISIK ... 137

4.1 Deskripsi Kasus Proyek ... 137

4.1.1 Lokasi ... 137

4.1.2 Latar belakang pembangunan ... 137

4.1.3 Luas ... 139

4.1.4 Kepemilikan ... 140

4.1.5 Kondisi fisik ... 140

4.1.6 Kegiatan ... 142

4.1.7 Data unsur iklim bulanan meteorologi dan geofisika stasiun klimatologi Sampali ... 146

4.2 Eksplorasi Penerapan Tema ke dalam Kasus Proyek ... 146

4.2.1 Eksplorasi sistem vantilasi silang ... 147

4.2.2 Eksplorasi cahaya matahari ... 148

4.3 Konsep Dasar Desain:Town House Kantung Semar ... 154

4.3.1 Layout bangunan mungil yang efisien ... 156

4.3.2 Hunian hijau yang mandiri ... 157

BAB V RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK TOWN HOUSE EKOLOGIS ... 162

5.1 Rencana/Rancangan Skematik ... 162

5.1.1 Denah Town House CBD Polonia eksisting ... 162

5.1.2 Denah desain Town House CBD Polonia ... 163


(14)

5.1.2.2 Urban farming ... 169

5.1.2.3 Air conditioner system ... 170

5.1.2.4 Aplikasi eco material ... 171

5.1.2.5 Aplikasi material bekas pada desain bangunan ... 171

5.2 Model Penerapan/Pengujian ... 180

5.2.1 Analisa Thermal menggunakan software ecotect ... 180

BAB VI EVALUASI AKHIR DAN REKOMENDASI... 191

6.1 Tipologi Town House ... 191

6.2 Penerapan Konsep Ekologis ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 196


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul

Halaman

1.1 Pengukuran Sudut Bangunan ... 10

1.2 Diagram Matahari ... 11

1.3 Pengukur Sudut Bayangan ... 12

1.4 Pengukur Sudut Bayangan ... 12

1.5 Analisa Kenyamanan Thermal ... 13

1.6 Analisa Shading ... 14

1.7 Sistematika Penulisan Tesis ... 15

2.1 Zonasi Kepemilikan Condominium ... 16

2.2 Zonasi Kepemilikan Town House ... 17

2.3 Zonasi Kepemilikan Rumah Tinggal Pribadi ... 17

2.4 Prapanca Town House ... 18

2.5 Prapanca Town House ... 18

2.6 Contoh Tipe Town House ... 19

2.7 Tipologi Cluster 1 ... 20

2.8 Tipologi Cluster 1 ... 21


(16)

2.10 Tipologi Town House Sebagai Penginapan ... 22

2.11 Tipologi 2 Lantai ... 22

2.12 Wycliff Hill, Toronto, Canada ... 24

2.13 Dua Kamar dan Area Loteng ... 24

2.14 Town House empat tempat tidur (1657 m2) – New Jersey Housing Finance Agency ... 26

2.15 Town House tiga tempat tidur (1281 m2) -New Jersey Housing Finance Agency ... 26

2.16 Denah Town House Tipologi Single Family Housing (hunian tunggal) ... 37

2.17 Denah Desain Perencanaan Town House, Lantai 1 (gambar kiri) dan Lantai 2 (gambar kanan) ... 38

2.18 Denah Lantai 3 (Roof Top) Desain Perencanaan Town House ... 39

2.19 Entrance Town House Puri Setiabudhi ... 39

2.20 Ruang Terbuka ... 41

2.21 Tampak Depan Unit Town House ... 42

2.22 Pantry ... 42

2.23 Interior Unit Town house ... 43

2.24 Denah ... 43

2.25 Tampak dan Potongan ... 44

2.26 Tampak Unit Town House ... 46

2.27 Tampak Unit Town House ... 46


(17)

2.29 Tampak Depan Prapanca Town House ... 48

2.30 Denah Lantai 1,2,3 Prapanca Town House ... 50

2.31 Potongan Prapanca Town House ... 48

2.32 Tampak dari Jalan Prapanca Raya ... 49

2.33 Entrance Utama ... 51

2.34 Inner Court ... 52

3.1 Proses Pertukaran Udara Panas dan Udara Sejuk pada Proses Stack Effect ... 73

3.2 Proses Pertukaran Udara pada Bagnunan ... 74

3.3 Proses Pemanasan Atap Kolektor Surya ... 79

3.4 Orientasi Bangunan terhadap Matahari ... 90

3.5 Orientasi Bangunan terhadap Matahari ... 90

3.6 Proses Masuknya Panas ke dalam Bangunan... 93

3.7 Beberapa Tipe Sunshading ... 108

3.8 Elemen Arsitektur sebagai Pelindung Radiasi Matahari ... 109

3.9 Overstek yang dapat Mengurangi Panas, Melembutkan Sinar dan Kontras ke dalam Ruang ... 113

3.10 Overstek yang dapat Mengurangi Panas, Melembutkan Sinar dan Kontras ke dalam Ruang ... 114

3.11 Overstek yang dapat Mengurangi Panas, Melembutkan Sinar dan Kontras ke dalam Ruang ... 114

3.12 Shading untuk Mengurangi Kualitas Cahaya yang Masuk ke dalam Bangunan ... 115


(18)

3.13 Tipe SunShading Horizontal dan Vertikal ... 116

3.14 Tipe Sunshading Horizontal dan Vertikal ... 117

3.15 Tipe Shading/Reflector ... 117

3.16 Sunshading Tipe Venetian Blind ... 118

3.17 Sunshading Tipe Venetian Blind ... 118

3.18 Bidang Pengumpul dan Pemantul Cahaya ... 119

3.19 Tiga Komponen Cahaya Langit yang sampai pada Suatu Titik Dibidang Kerja ... 121

3.20 Tiga Komponen Cahaya Langit yang sampai pada Suatu Titik Dibidang Kerja ... 121

... 3.21 Tiga Komponen Cahaya Langit yang sampai pada Suatu Titik Dibidang Kerja ... 122

3.22 Proses Hidroponik dalam Urban Farming ... 135

3.23 Sistem Gantung Proses Hidroponik ... 135

3.24 Sistem Gantung pada Proses Hidroponik ... 136

4.1 Lokasi Town House CBD Polonia ... 140

4.2 Perencanaan dan Pembangunan pada Town House CBD Polonia ... 141

4.3 Master Plan Town House CBD Polonia ... 141

4.4 Tahap Pembangunan Town House CBD Polonia ... 142

4.5 Tahap Pembangunan Town House CBD Polonia ... 133

4.6 Tahap Pembangunan Town House CBD Polonia ... 133


(19)

4.8 Tahap Pembangunan Town House CBD Polonia ... 144

4.9 Impressi Town House CBD Polonia ... 145

4.10 Impressi Town House CBD Polonia ... 145

4.11 Arah Angin Dominan pada Kawasan CBD Polonia adalah dari arah Timur Laut ... 147

4.12 Sudut Datangnya Matahari pada Kawasan CBD Polonia ... 148

4.13 Sudut Jatuhnya Bayangan Matahari Berdasarkan Metode Lippsmeier .. 149

4.14 Bayangan pada Bulan September Pukul 14.00, Fasade Barat ... 150

4.15 Bayangan pada Bulan September Pukul 16.00, Fasade Barat ... 150

4.16 Bayangan pada Bulan Desember Pukul 14.00, Fasade Barat ... 151

4.17 Bayangan pada Bulan Desember Pukul 16.00, Fasade Barat ... 151

4.18 Bayangan pada Bulan Maret Pukul 11.00, Fasade Timur ... 152

4.19 Bayangan pada Bulan September Pukul 11.00, Fasade Timur ... 152

4.20 Bayangan pada Bulan Desember Pukul 11.00, Fasade Timur ... 154

5.1 Denah Eksisting Town House CBD Polonia Medan ... 163

5.2 Denah Desain Perencanaan Town House , Lantai 1 (gambar kiri) dan Lantai 2 (gambar kanan) ... 164

5.3 Denah Lantai 3 (Roof Top) Desain Perencanaan Town House ... 164

5.4 Denah Desain Lantai 1 ... 165

5.5 Denah Desain Lantai 2 ... 165

5.6 Denah Desain Lantai Roof Top ... 166


(20)

5.8 Desain Fasade Town House CBD Polonia Medan ... 167

5.9 Desain Fasade Town House CBD Polonia Medan ... 167

5.10 Konservasi Air: Siklus Air di dalam Bangunan yang Mengolah Air Hujan dan Grey Water serta Menyerap Black Water dengan Bio Septik Tank ... 168

5.11 Urban Farming: Pemilihan Jenis Tanaman sangat Krusial Karena Perlu Disesuaikan dengan kondisi udara, suhu, dan Jenis Tanah Lahan yang akan Digunakan ... 169

5.12 Sistem Pendistribusian Unsur Hara pada Tanaman Hidroponik Melalui Media Pipa PVC dan Meterial Botol Bekas sebagai Pot Pengganti Polibek ... 170

5.13 Passive cooling: Tangga Putar Memegang Peranan Penting sebagai Cerobong yang Mengalirkan dan Membuang Udara Panas ke atas ... 171

5.14 Jarak CBD Polonia-Belawan ... 172

5.15 Drum Bekas Oli Pertamina ... 173

5.16 Jarak CBD Polonia-Riau ... 174

5.17 Bata Tanah Merah ... 174

5.18 Bata Tanah Merah ... 175

5.19 Jarak CBD Polonia-Padang ... 176

5.20 Produk Semen Padang ... 176

5.21 Pohon Gaharu ... 177

5.22 Pohon Jati ... 178

5.23 Pohon Jati ... 178

5.24 Peta Lokasi Pohon CBD-Tarutung ... 179


(21)

5.26 Bambu ... 180

5.27 Hasil Simulasi Suhu Terpanas ... 181

5.28 Varian Pelindung Matahari ... 182

5.29 Aplikasi Sistem Solar Shadding Device Egg Crate ... 183

5.30 Proses Konduksi Panas ... 183

5.31 Hasil Simulasi Suhu Terdingin ... 186

5.32 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Tercerah ... 187

5.33 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Dingin Terkencang ... 188

5.34 Penerapan konsep Buffer Menggunakan Vegetasi ... 188

5.35 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Mendung ... 189

5.36 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Mendung ... 190

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 3.1 Batas Kenyamanan Thermal ... 86

3.2 Temperatur Efektif ... 87

3.3 Radiasi Matahari terhadap Arah Bukaan ... 91

3.4 Jenis Warna Atap dan Nilai Daya Tolak Kalornya ... 97

3.5 Perbandingan Penggunaan Material Atap Konvensional dengan Material Atap Dingin ... 98

3.6 Koefisien serapan kalor untuk masin- masing Jenis Permukaan Dinding ... 102


(22)

3.7 Nilai Time Lag untuk Bata dan Kayu ... 103 3.8 Koefisien Shading untuk Berbagai Jenis Material Kaca ... 104 3.9 K-Value Untuk Berbagai Jenis Material ... 104 3.10 Koefisien Shading untuk Elemen Lansekap ... 106 3.11 Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Manusia ... 107 3.12 Koefisien Shading untuk Berbagai Jenis Elemen Shading ... 110 3.13 Hasil Pengurangan Panas dari Radiasi Matahari yang Masuk

Melalui Jendela Kaca, Berkat Pembayang ... 110 5.1 Shading Coefficient untuk Elemen Arsitektur ... 185 5.2 Shading Coefficient untuk Elemen Arsitektur ... 185

DAFTAR ISTILAH

A

Air conditioning system : Sistem pengkondisian udara

Audial : Pendengaran

B

Backpacker : Petualang

Back office : Area di belakang kantor Black water : Air limbah


(23)

Buffer : Elemen penahan

C

Café : Restoran kecil

Central Bussiness District : Kawasan pusat bisnis

Chimney : Cerobong

Childcare Centre : Pusat perawatan anak Cluster : grup di dalam kawasan

Cool roof : Sistem atap dingin pada bangunan

Condominiums : Tipologi perumahan perkotaan dengan ukuran yang besar

D

Dark grey metalized : Material metal berwarna abu-abu pekat Double skin façade : Elemen kedua pada tampak

E

Eco material : Material ekologis/ramah lingkungan Extensive : Tanaman yang berjenis tinggi

F

Fiber : Material yang terbuat dari bahan serat

Full mode : Pola penuh

Furniture : Perabot


(24)

Geo Location : Lokasi pada sistem GPS

Grey water : Air kotor

H

Heat island : Proses pengumpulan panas mikro pada perkotaan House keeping : Penjaga rumah

I

Inlet : Saluran masuk

Intensive : Tanaman yang berjenis rendah

J

Jetty : Dermaga/pelabuhan

Jogging track : Area trek berlari

L

Laminar : Berlapis

Laundry : Binatu pakaian

Lifestyle : Gaya hidup

Light grey metalized : Material metal berwarna abu-abu tidak pekat Living area : Area tamu

Low-cost Maintenance : Biaya perawatan yang murah

M


(25)

Mixed mode : Pola campuran/kombinasi Monochromatic : Satu warna

N

Non energy efficient : Pola tidak hemat energi

O

Outdoor : Area di luar ruangan

Outlet : Saluran keluar

Overheating : Panas yang berlebihan

Over : Berlebihan

P

Passive cooling : Proses pendinginan yang pasif Passive mode : Pola pasif

Photovoltaic : Sistem pengumpul energi matahari Photovoltaic : Sistem pengumpulan energi matahari Playground : Area bermain

Productive mode : Pola produktif

Pre Cooling : Proses sebelum pendinginan

Private : Tidak untuk umum


(26)

R

Recycle : Mendaur ulang kembali

Reduce : Mengurangi

Reflective glass : Kaca pemantul

Reuse : Menggunakan kembali

Reverse : Mundur

Roof garden : Konsep taman pada atap bangunan

Rural : Pedalaman

S

Semi basement : Area di bawah tanah Semi private : Terbatas untuk umum

Shading : Elemen pembayang

Shadow : Bayangan

Single family Housing : Rumah tinggal mandiri

Software ecotect : Software untuk menganalisa kondisi thermal Software : Sistem pengoperasian pada computer

Solar collector : Sistem pengumpul energi matahari

Space : Ruang

Stack effect : Sistem pertukaran udara dengan menggunakan cerobong

Sunscreen : Pelindung matahari

T


(27)

Town house : Tipologi perumahan perkotaan

U

Urban : Perkotaan

Urban farming : Konsep pertanian di perkotaan

V

Vegetatif roof : Konsep atap hijau

View : Pemandangan/pandangan

Visual : Penglihatan

Void : Area kosong

W


(28)

ABSTRAK

Perencanaan kompleks bisnis CBD Polonia pada saat ini kurang memperhatikan faktor alam, sehingga ekosistem alami kompleks bisnis CBD Polonia ini menjadi terganggu. Sehingga akan mempengaruhi tingkat kenyamanan alami bagi pengguna bangunan.

Suhu thermal di Kawasan kompleks bisnis CBD Polonia diperkirakan akan sangat tinggi, akibat dari ketidakseimbangan antara lahan terbangun dengan lahan untuk area terbuka hijau, hal ini diperburuk dengan material aspal dan kaca yang cukup dominan. Secara visual, bangunan Town House identik dengan bentuknya yang masif dan menggunakan material yang kaku dan sangat jarang dikombinasikan dengan elemen alami seperti vegetasi dan air.

Bangunan Town House pada umumnya mengaplikasikan sistem penghawaan buatan dengan menggunakan AC, penerangan buatan seperti penggunaan lampu di siang hari, penggunaan air secara tidak efisien, dan terlalu bergantung pada energi dari pihak PLN dan PDAM yg dalam operasionalnya menggunakan hasil dari eksplorasi alam yang jika dipergunakan secara berlebih akan berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem di alam ini. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk dapat memperbaiki lingkungan dan kenyamanan thermal ini secara maksimal.

Secara geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun secara thermal tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis. Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata 20°C, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35°C dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas lembab). Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada pada pertemuan dua iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra), perbandingan luas daratan dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%.. Cara yang paling murah memperoleh kenyamanan thermal adalah secara alamiah melalui pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan dengan mempertimbangkan orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur dan material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.


(29)

ABSTRACT

Current planning of CBD Polonia business complex pays less attention to the natural factor that the natural ecosystem of this CBD Polonia business complex becomes disturbed. This condition will affect the level of natural comfort of the building users.

The thermal temperature of CBD Polonia business complex area will be very high due to the imbalance between the land for building coverage and that for green open area and this condition is worsened with the quite dominant asphalt and glass materials. Visually, the Town House buildings are identical with massive forms using rigid materials which are rarely combined with natural elements like vegetation and water.

In general, Town House building applies artificial ventilation system by using Air Conditioner, artificial lighting such as turning on the lights during the day, inefficient use of water, depending too much on the energy supplied by PLN and PDAM (Water Company) which in their operation use what obtained from exploring the nature that it will bring negative impact to the balance of natural ecosystem, if excessively used. For this purpose, an attempt to maximally improve the thermal environment and comfort is needed.

Geographically, Indonesia is located on the equator or in tropical area, but thermally, not all of the areas in Indonesia lie on the tropical area. In terms of temperature rate, tropical area is an area with average temperature of 20° C, while, in general, the average temperature in the areas in Indonesia can reach up to 35° C with high humidity (up to 85%) (hot and humid tropical climate).

This condition occurs, among other things, due to the position of Indonesia which lies in the meeting area of two extreme climates (between two continents and two oceans), the ratio of its land and ocean areas, and so forth. This condition is less beneficial for human beings in doing their activities because in the uncomfortable weather condition (too cold or too hot) human work productivity tends to decline or low. For the Indonesian, comfortable thermal temperature ranges from 22.8° C to 25.8° C with humidity of 70%. The easiest way to obtain thermal comfort is in natural way through architectural approach, for example, designing a building by considering the sun orientation and wind direction, utilizing the elements of architecture and building materials, and utilizing landscape elements.


(30)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan, ibu kota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah barat, kota Medan harus menyiapkan diri untuk menstimulasi, mengakomodasi dan mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan sebuah kota metropolitan. Sejalan dengan hal tersebut, visi kota Medan untuk menjadi kota metropolitan yang modern, madani dan religius, selayaknya terus dikembangkan dalam semua kegiatan pembangunan.

Salah satu wadah yang diharapkan dapat menjadi tempat di mana aktivitas bisnis khas urban terakomodasi dengan baik adalah Central Business District (CBD). Di dalam kawasan CBD ini terdapat berbagai sarana dan prasarana kegiatan bisnis yang integratif, di samping juga ruang-ruang wadah kegiatan umum yang menjadi tempat aktivitas sosial budaya dan wisata masyarakat.

Sebagai salah satu bandar udara yang cukup sibuk di luar Jawa, saat ini kondisi Bandara Polonia Medan sudah melebihi kapasitas layannya. Di samping itu, letak bandara yang berada di jantung kota Medan mengakibatkan terganggunya kenyamanan dan keamanan penduduk kota oleh aktivitas bandara. Dari segi lingkungan, potensi meluapnya sungai Babura telah beberapa kali menyebabkan bandara terhambat kegiatannya.


(31)

Berbagai masalah yang terjadi pada Bandara Polonia saat ini menjadi pertimbangan utama untuk perencanaan Bandara baru yang berlokasi di Kuala Namu Kabupaten Deli Serdang. Berbagai infrastruktur, seperti sarana transportasi juga telah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Bandara baru ini diharapkan dapat menjadi bandara internasional yang representatif aman dan nyaman bagi aktivitas bandara dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat di luar bandara.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa sebelum kompleks bisnis CBD Polonia ini dibangun, kompleks bisnis CBD Polonia adalah sebuah lahan hijau yang memiliki ekosistem alami. Namun setelah dilakukan pembangunan kompleks bisnis CBD Polonia ini, secara langsung ekosistem pada kawasan Kuala Namu ini menjadi terganggu. Dimana pohon beserta ekosistemnya ikut hilang bersamaan dengan penebangan yang dilakukan guna mensukseskan pembangunan bandara ini. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip ekologis seperti yang dikatakan oleh Ernest Haeckel, yang menjelaskan tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Haeckl, 1869).

Untuk mengantisipasi perubahan ekosistem pada kawasan kompleks bisnis CBD Polonia ini, diperlukan tindakan yang bijak dalam hal penerapan nilai-nilai ekologis dalam lingkungan kompleks bisnis CBD Polonia. Sehingga diharapkan nantinya setelah kompleks bisnis CBD Polonia ini beroperasi, kompleks bisnis CBD Polonia ini minim gangguan terhadap ekosistem di sekitar kawasan bandara ini. Dengan menerapkan prinsip ekologis, diharapkan akan dapat terbentuk sebuah lingkungan kompleks bisnis CBD Polonia yang baik dan ramah terhadap


(32)

lingkungannya. Dimana perbandingan antara lahan terbangun dan areal hijau berimbang, sehingga nantinya para pengunjung dan pengguna kompleks bisnis CBD Polonia akan merasa nyaman dengan nuansa alami yang terbentuk dalam kawasan ini.

Sebagaimana yang kita kertahui bersama bahwa kompleks bisnis CBD Polonia merupakan kawasan yang memiliki tingkat polutan yang cukup tinggi, peningkatan suhu thermal kawasan akibat lahan terbangun, yang dalam menanggapinya sering sekali mengorbankan alam sebagai konsekuensinya. Jika tidak ditangani secara ekologis, maka tingkat kenyamanan kawasan akan berkurang akan merugikan alam dengan penggunaan energi listrik secara berlebihan untuk penggunaan air conditioner (AC) dan lampu yang energinya berasal dari eksplorasi hasil alam yang dapat habis jika digunakan dengan boros.

Kasus yang dipilih Penulis dalam hal ini adalah untuk bangunan Town House di kompleks bisnis CBD Polonia ini, dimana idealnya penghuni dalam kesehariannya rata-rata akan memanfaatkan bangunan dengan fungsi bisnis selama lebih dari 10 jam. Dengan aktifitas yang pendek tersebut, maka perlu diperhatikan penggunaan energi pada bangunan, sehingga energi yang digunakan tepat guna, efisien dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu keberhasilan sistem ventilasi untuk pengudaraan alami, pencahayaan alami, penyediaan air bersih, ruang terbuka hijau dan teknologi pengkonversian energi alami diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni gedung Town House. Diharapkan pengunaan energi pada bangunan Town House ini tepat guna dan efektif,


(33)

dimana pada periode pagi sampai sore hari Town House ini dapat memanfaatkan energi alami sebagai sumber energinya yang mandiri sehingga penggunaan energi berbayar dari PLN dan PDAM dapat diminimalisir pemakaiannya. Metode ini diharapkan akan dapat menekan biaya pemeliharaan dan operasional Town House dalam jangka waktu yang panjang.

Dengan terciptanya rancangan bangunan yang ekologis ini diharapkan Kawasan kompleks bisnis CBD Polonia ini dapat menjadi kawasan yang hemat energi dengan energi mandiri, ramah terhadap lingkungan berserta ekosistemnya, alami dan nyaman bagi semua pihak yang datang ke kawasan bandara ini. Baik itu pengguna gedung maupun bagi para pengunjung kompleks bisnis CBD Polonia.

1.2 Alasan Pemilihan Topik

Dalam penelitian ini Penulis memilih topik bangunan Town House yang menerapkan prinsip bangunan ekologis pada kompleks bisnis CBD Polonia. Dimana desain Bangunan mengadopsi sistem ventilasi untuk pengudaraan alami, pencahayaan alami, penyediaan air bersih, dan teknologi pengkonversian energi alami dengan memanfaatkan potensi-potensi energi yang terdapat di kawasan perencanaan.

Disisi lain alasan pemilihan topik ini didasarkan pada masa penggunaan bangunan dengan fungsi bisnis selama lebih dari 10 jam. Dengan aktifitas yang pendek tersebut, maka perlu diperhatikan penggunaan energi pada bangunan, sehingga energi yang digunakan tepat guna, efisien dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu keberhasilan sistem ventilasi untuk pengudaraan alami, pencahayaan alami,


(34)

penyediaan air bersih, ruang terbuka hijau dan teknologi pengkonversian energi alami diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja penghuni Town House. Diharapkan pengunaan energi pada bangunan Town House ini tepat guna dan efektif, dimana pada periode pagi sampai sore hari Town House ini dapat memanfaatkan energi alami sebagai sumber energinya yang mandiri sehingga penggunaan energi berbayar dari PLN dan PDAM dapat diminimalisir pemakaiannya. Metode ini diharapkan akan dapat menekan biaya maintenance dan operasional Town House dalam jangka waktu yang panjang (Yeang, 2006).

Dimana topik ini menarik minat Penulis untuk dapat menciptakan desain bangunan yang dapat memberikan pemecahan permasalahan yang dapat terjadi di Kawasan kompleks bisnis CBD Polonia ini secara tepat guna, efisien, alami, ramah lingkungan dan bersifat mandiri.

1.3 Perumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kompleks bisnis CBD Polonia kurang memperhatikan faktor alam, sehingga ekosistem alami kompleks bisnis CBD Polonia ini menjadi terganggu. Sehingga akan mempengaruhi tingkat kenyamanan alami bagi pengguna bangunan.

2. Suhu thermal di kawasan kompleks bisnis CBD Polonia diperkirakan akan sangat tinggi, akibat dari ketidakseimbangan antara lahan terbangun


(35)

dengan lahan untuk area terbuka hijau, hal ini diperburuk dengan material aspal dan kaca yang cukup dominan. Secara visual, bangunan Town House identik dengan bentuknya yang masif dan menggunakan material yang kaku dan sangat jarang dikombinasikan dengan elemen alami seperti vegetasi dan air yang memiliki manfaat positif pada bangunan selain faktor estetika yang akan dapat diciptakannya.

3. Bangunan Town House pada umumnya mengaplikasikan sistem penghawaan buatan dengan menggunakan AC, penerangan buatan seperti penggunaan lampu di siang hari, penggunaan air secara tidak efisien, dan terlalu bergantung pada energi dari pihak PLN dan PDAM yang dalam operasionalnya menggunakan hasil dari eksplorasi alam yang jika dipergunakan secara berlebih akan berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem di alam ini.

4. Bangunan Town House cenderung mengaplikasi sistem pengudaraan, penyediaan air bersih dan pencahayaan buatan, hal ini menyebabkan biaya untuk pemeliharaan dan perawatan (maintenance) menjadi tinggi. Hal ini disebabkan oleh sistem tersebut memiliki batas pemakaian yang harus selalu diperbaiaki bahkan diperbaharui untuk penggunaannya dalam jangka pemakaian tahunan. Hal ini dinilai boros dan tidak efisien, karena untuk perawatannya harus membayar jasa perawatan dari pihak luar dan tidak dapat memaksimalkan tenaga kerja sendiri untuk perawatan sistem tersebut. Namun jika menggunanakan sistem pengudaraan alami,


(36)

pencahayaan alami dan penyediaan air alami, maka biaya pemeliharaan dan maintenance akan rendah dan pada prosesnya dapat memanfaatkan jasa dari pihak pemeliharaan gedung sendiri, sehingga biaya pemeliharaan dan perawatannya akan semakin rendah. Hal ini tentu akan menjadi langkah strategis, terutama untuk bangunan Town House yang sebenarnya memiliki visi untuk terus meningkatkan keuntungan.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari Arsitektur Ekologis adalah:

1. Menciptakan bangunan yang mandiri dan memiliki tingkat kenyamanan alami yang baik yang berdampak positif bagi lingkungan sekitar.

2. Menciptakan bangunan yang nyaman bagi kondisi thermal, auidial maupun visual dengan cara alami. Untuk itu bangunan harus tanggap terhadap masalah dan potensi iklim dan konteks lingkungan setempat sehingga menghasilkan sistem bangunan alami yang hemat energi.

3. Menciptakan suatu bangunan Town House dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologis.

4. Menciptakan sistem bangunan yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara dengan tenaga kerja setempat.

1.5 Manfaat


(37)

1. Terciptanya sistem bangunan yang dapat menghasilkan energinya sendiri (misalnya, energi panas yang menggunakan photovoltaic, atau energi angin) (Yeang, 2006). Terciptanya komunitas bangunan yang hemat energi ini maka diharapkan kawasan ini akan menjadi kawasan yang berkelanjutan dan sangat nyaman bagi para pendatang, pekerja dan orang-orang yang bermukim di kawasan kompleks bisnis CBD Polonia ini. 2. Terciptanya kenyamanan bagi pengguna bangunan Town House.

3. Terciptanya bangunan yang ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip bangunan ekologis, baik itu dari segi pecahayaan alami, pengudaraan alami dan penyediaan air bersih alami.

4. Terciptanya dampak positif bagi keberlangsungan operasional Town House secara khusus dan keberlangsungan lingkungan di sekitarnya, dan terciptanya prinsip hemat energi, low-cost maintenance, dan ramah lingkungan. Yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi keuntungan yang menggunakan Town House hemat energi ini. Harapannya adalah desain bangunan Town House dengan menerapkan konsep hemat energi ini dapat menjadi inspirasi bagi perencanaan bangunan di sekitarnya

1.6 Keluaran

Bentuk keluaran dari kegiatan perencanan dan atau perancangan adalah sebagai berikut:


(38)

1. Penerapan prinsip ekologis pada bentuk dari desain bangunan, konfigurasi bentukan dan efisiensi fungsional bangunan Town House yang dalam hal ini adalah Orientasi Bangunan.

2. Penerapan konsep roof garden yang dalam hal ini meliputi adalah varietas vegetasi yang digunakan, sistem pengairan roof garden, dan urban farming.

3. Penerapan prinsip ekologis pada ventilasi bangunan Town House yang dalam hal ini adalah Ventilasi Silang (peranan vegetasi).

4. Penerapan prinsip ekologis pada pencahayaan bangunan Town House yang dalam hal ini adalah pencahayaan alami dan perlindungan dari iklim (peranan vegetasi).

5. Penerapan prinsip ekologis sebagai energi alternatif bangunan Town House dalam hal ini adalah penyediaan air bersih pemanfaatan curah hujan.

1.7 Metodologi

Metodologi yang dipergunakan adalah dengan cara mengadakan pengukuran pada kenyamanan dengan menggunakan kondisi awal pada bangunan Town House di CBD Polonia. Beberapa parameter yang diukur adalah sudut bayangan, temperatur, kelembaban, angin, curah hujan, dan pergerakan matahari. Metode yang diaplikasikan adalah metode Georg Lippsmeier. Dimana dengan adanya pengukuran elemen-elemen kenyamanan tersebut, diharapkan para pengguna dan penghuni Town House


(39)

dapat merasakan kenyamanan secara maksimal dengan penggunaan energi buatan secara minimal.

1.7.1 Pengukur sudut sayangan

Pengukur sudut bayangan ini dilakukan bertujuan untuk dapat memperhitungkan jatuh bayangan dan bidang pembayang. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui shadding pada fasad bangunan berhasil membuffer sinar terik matahari sehingga para pengguna gedung Town House merasa nyaman. Contoh metode ini dapat kitalihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Pengukur Sudut Bayangan Sumber: Lippsmeier, 1994

1.7.2 Diagram matahari

Diagram matahari ini dengan bantuan diagram pengukur sudut bayangan digunakan untuk mengetahui pembayangan suatu bidang secara horisontal dan vertikal. Dengan mengetahui pembayangan yang terjadi pada putaran matahari tiap bulannya maka bisa direncanakan orientasi massa bangunan yang menguntungkan


(40)

untuk mendapatkan pencahayaan alami siang hari. Contoh metode ini dapat kita lihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Diagram Matahari Sumber: Lippsmeier, 1994

1.7.3 Software google sketchup 8

Software ini memiliki fitur aplikasi geo-location yang dapat memudahkan aplikator dalam menganalisa kondisi kawasan eksisting. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sebuah massa bangunan, langkah kedua adalah mengaplikasi fitur geo-location, selanjutnya aplikator harus menentukan titik koordinat dari kawasan perencanaan. Setelah tahapan tersebut dilakukan, maka aplikator telah berhasil mengidentifikasi kawasan perencanaan. Setelah itu aplikator dapat mengaplikasi fitur shadow pada kawasan perencanaan, dimana tersedia parameter mulai dari bulan dalam satu tahun dan jam dalam satu hari. Hal ini akan dapat memudahkan analisa pencahayaan dan analisa orientasi bangunan pada desain. Dengan mengaplikasi software ini, diharapkan desain yang dihasilkan akan dapat


(41)

menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Contoh metode ini dapat kita lihat pada Gambar 1.3 dan 1.4.

Gambar 1.3 Pengukur Sudut Bayangan Sumber: Google Sketchup 8

Gambar 1.4 Pengukur Sudut Bayangan Sumber: Google Sketchup 8

1.7.4 Software ecotect

Software ecotect adalah sebuah program yang dapat diaplikasikan untuk menganalisis pengaruh sinar matahari, pergerakan angin, dan kondisi thermal kawasan perencanaan. Diharapkan dengan mengaplikasikan software ini, analisis


(42)

yang dilakukan oleh Penulis akan semakin tajam dan dapat menciptakan desain bangunan Town House yang baik secara visual dan ramah lingkungan.

1.7.4.1Analisa thermal

Program software ecotect memiliki kemampuan menganalisa dengan baik kenyamanan suhu Thermal dari desain yang Penulis rencanakan, dengan adanya analisa ini diharapkan Penulis dapat mengidentifikasi kenyamanan suhu Thermal secara komprehensif. Dengan adanya software ini Penulis dapat mengetahui beberapa indikator yang dapat mengakibatkan kenyamanan dan ketidaknyamanan suhu Thermal pada desain yang Penulis rencanakan.

Program software ecotect ini juga dapat mengidentifikasi penggunaan sumber daya alam pada bangunan seperti gas, elektrikal, fossil, pemanas dan pendingin pada bangunan. Sehingga Penulis dinilai akan dapat mengetahui keberhasilan dari desain bangunan, hal ini dapat dilihat pada simulasi kenyamanan thermal pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Analisa Kenyamanan Thermal Sumber: Ecotect Analysis 2011


(43)

1.7.4.2Analisa shadding

Analisa shadding dilakukan untuk dapat mengetahui orientasi dari desain bangunan sehingga dapat terhindar dari ketidaknyamanan akibat dari penyinaran matahari secara berlebihan. Contoh metode ini dapat kitalihat pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6 Analisa Shadding Sumber: Ecotect Analysis 2011

1.8 Sistematika Penulisan Tesis

Dalam penulisan tesis ini dibutuhkan sistematika penulisan yang baik dan benar pada penulisan tesis ini. Beberapa hal yang menjadi hal penting dalam sistematika penulisan ini antara lain, latar belakang tesis, maksud dari Penulis dan tesis ini, permasalahan yang terdapat pada eksisting kawasan, metode penulisan, analisa kawasan, dan penerapannya pada desain bangunan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.7.


(44)

ANALISA

•Analisa fungsional yaitu: analisa aktifitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar ruang.

PENERAPAN KONSEP PADA DESAIN BANGUNAN

Berdasarkan analisa, peraturan pemerintah, konsep tapak, dan konsep bangunan

LATAR BELAKANG KASUS

• CBD Polonia adalah pusat bisnis di Kota Medan

• Faktor alam (Angin, curah hujan, intensitas cahaya matahari yang cukup sepanjang tahun) • Tingkat Polutan yang tinggi akibat aktifitas bandara dan zona pendukung

• Suhu thermal pada kawasan CBD Polonia cukup tinggi

MAKSUD

• Menciptakan suatu bangunan hemat energi dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim (matahari, angin, serta lingkungan landscape).

• Memberikan kenyamanan pengguna dalam hal ini manusia dan melibatkannya upaya penyatuan unsur pasif (struktur) dengan lingkungan biosfer.

• Mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan memanfaatkan unsur-unsur vertical landscape

PERMASALAHAN

− Tingkat Polutan yang tinggi akibat aktifitas bandara dan zona pendukung (kendaraan)

− Suhu thermal pada kawasan CBD Polonia cukup tinggi (bangunan kaca,

l b ildi )

T E S I S D E S A I N

Penerapan Konsep Arsitektur Ekologis Pada Bangunan Town House di Kawasan CBD Polonia Medan

Tema: Arsitektur Ekologis

F eed bac k STUDI LITERATUR DAN STUDI BANDING

• Bentuk bangunan

STUDI SITE

• Ukuran site • Peraturan

pemerintah

PENGUMPULAN DATA

•Studi literatur •Studi banding

Gambar 1.7 Sistematika Penulisan Tesis Sumber: Analisa Penulis


(45)

BAB II

KAJIAN TIPOLOGI TOWN HOUSE

2.1 Interpretasi Kasus 2.1.1 Pengertian Proyek 2.1.1.1 Makna

Town house adalah rumah yang terkait dengan unit-unit rumah lainnya. Dalam komunitas town house, penghuni difasilitasi dengan area-area komunal, seperti taman, kolam renang, fasilitas olahraga, dan lain-lain (De Chiara, 1995). Untuk mempermudah analisa perbandingan kepemilikan jenis hunian dapat kita lihat pada Gambar 2.1, 2.2 dan 2.3. Pada gambar tersebut dapat kita melihat bagaimana tipologi kepemilikan antara tipologi zona kepemilikan condominiums, kemudian tipologi kepemilikan Town house, dan tipologi kepemilikan rumah tinggal milik pribadi.

.

Gambar 2.1 Zonasi Kepemilikan Condominium


(46)

Gambar 2.2 Zonasi Kepemilikan Town house

Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development

Gambar 2.3 Zonasi Kepemilikan Rumah Tinggal Pribadi

Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development

2.1.2 Karakteristik

Town house merupakan rumah berderet yang memiliki fungsi ruang tamu, ruang main, dapur, kamar mandi, ruang tidur, dan juga memungkinkan ruang kerja. Untuk alasan aksesibilitas, view, sinar matahari, maka tiap unit terbuka ke dua arah, yaitu bagian depan untuk pintu masuk, dan bagian belakang untuk teras. Selain itu perlu disediakan parkir dalam bangunan atau parkir di luar yang dekat dengan unit. Town house tidak memiliki halaman samping, dan biasanya hanya memiliki pintu depan dan pintu belakang.


(47)

Pada Gambar 2.4 dan 2.5 dapat dilihat bahwa desain town house terlihat lebih kompak dan padat. Berbeda dengan desain rumah yang terlihat di Gambar 2.6 dan 2.7 yang tidak kompak (adanya rongga antara bangunan satu dengan yang di sebelahnya). Selain itu, pada town house tidak terdapat pagar yang menutupi halaman rumah depan. Sedangkan pada Gambar 2.4, 2.5, 2.6, dan 2.7 terlihat masing-masing rumah memiliki pagar yang menutupi halaman depan.

Gambar 2.5 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house

Gambar 2.4 Prapanca Town house Sumber: Indonesia Design edisi 13


(48)

Gambar 2.6 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house

Privasi merupakan salah satu faktor yang paling penting di dalam mendesain bangunan Town house. Dimana semua kegiatan seperti pesta pribadi dapat dilakukan pada bagian depan dan belakang bangunan, sehingga pemilik rumah dan para tamu dapat menikmati suasana rumah di teras rumah. Umumnya antara satu rumah dan rumah lainnya dibatasi oleh tembok setinggi 6 meter untuk menjaga privasi secara maksimal.

2.1.3. Tipologi town house

Umumnya tipologi town house sangat menjaga kenyamanan terutama pada bagian depan bangunan yang umumnya merupakan bagian yang cukup padat kegiatan. Umumnya town house merupakan tipe yang ditinggali sebuah keluarga dengan beberapa kamar dan memiliki beberapa area semi publik yang dapat diakses oleh tamu dan pemilik Town house. Pada masa modern ini, tipologi Town house adalah salah satu tipologi yang sedang berkembang dan menjadi pilihan masyarakat.


(49)

2.1.3.1 Town house Sebagai Penginapan

Town house berkembang pula menjadi penginapan. Beberapa istilah yang ada, misalnya: town house hotel, town house guesthouse, town house inn, town house bed & breakfast, town house Appartment. Masing-masing dibedakan dari jumlah kamar atau unit yang disewakan dan sistem penyewaannya (pelayanan, lama sewa, dsb). town house dapat diilustrasikan sebagai cottages yang terletak di pusat kota. Ruang-ruang keluarga dapat pula menjadi tempat berkumpul yang dapat digunakan dengan lebih private daripada ruang-ruang bersama di hotel. Pada penerapannya, tipologi ini menerapkan konsep cluster agar hunian menjadi lebih menarik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.7, 2.8, 2.9, 2.10 dan Gambar 2.11 dibawah ini.

Pada Gambar 2.7 dapat dilihat para pemilik hampir tidak memiliki halaman untuk dapat merawat bagian depan dan belakang. Namun pada teras samping disediakan lahan sebagai green belts sehingga penghuni tidak akan merasa terkurung. Dan pada Gambar 2.8 ditunjukkan bagaimana pola clusters pada town house terbentuk.

Gambar 2.7 Tipologi Cluster 1 Sumber: Pokorny-Architects and Planners


(50)

Gambar 2.8 Tipologi Cluster 2 Sumber: Pokorny-Architects and Planners

Gambar 2.9 Charlotte Area Project, Rochester, N.Y. Northrup Sumber: Kaelber & Kopf-Architect

Sasaran dari pengadaan town house sebagai tempat penginapan adalah:

1. Lokasi sasaran lokasi adalah wilayah perkotaan, dekat dengan fasilitasdengan transportasi publik yang memadai.


(51)

2. Konsumen wisatawan yang menginap lama, berupa kelompok atau keluarga.

3. Lifestyle, sasaran dari backpackers sampai eksklusif. 4. Arsitektural, suasana nyaman yang akrab dan informal.

Gambar 2.10 Tipologi Town house sebagai Penginapan Sumber: Alfa Surayya, 2001

Gambar 2.11 Tipologi 2 Lantai Sumber: Alfa Surayya, 2001


(52)

2.1.3.2Tipologi town house sebagai rumah tinggal

Pada tipologi town house sebagai Rumah Tinggal ini dapat dikategorikan berdasarkan sasaran pengguna, yang antara lain:

1. Pasangan muda tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah Tipe satu kamar/tipe studio.

2. Pasangan dengan anak usia balita, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe dua kamar (1 kamar double dan 1 kamar single).

3. Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe tiga kamar (1 kamar double, 2 kamar single).

4. Pasangan usia pensiun tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe satu kamar/tipe studio.

2.1.3.2.1 Jenis-jenis town house tipe rumah tinggal

Town house sebagai tipe rumah tinggal memiliki beberapa tipologi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan antara satu dengan yang lainnya. Antara lain sebagai berikut:

1. Hunian tunggal (single family housing)

Pada masa sekarang ini, sebaiknya desain dari tipologi tipe town house adalah dengan desain 3 lantai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12, dan 2.13. Lantai 1 terdiri dari teras, ruang keluarga, ruang makan, dapur.


(53)

Lantai 2 terdiri dari kamar tidur, sementara pada lantai 3 merupakan ruang gudang dan ruang bersama bagi keluarga dan area jemur pada bangunan.

Gambar 2.12 Wycliff Hill, Toronto, Canada

Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development

Gambar 2.13 Dua kamar dan area loteng


(54)

2.1.3.2.2 Fasilitas

Beberapa fasilitas yang terdapat pada tipologi ini antara lain: 1. Kantor pemasaran & pengelola.

2. Laundry. 3. Restoran.

4. Fasilitas Olahraga. 5. Ruang Serbaguna. 6. Minimarket. 7. Childcare Center. 8. Masjid.

9. Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik).

2.1.3.3 Tipologi condominiums

Tipologi ini menerapkan lima sampai dengan enam denah di dalam baris town house dengan 3 kamar tidur dan ruang keluarga yang besar, serta memiliki zona publik pada lantai 1 bangunan town house ini. Tipologi condominiums seperti pada town house New Jersey Housing Finance Agency pada Gambar 2.14 dan 2.15 yang memiliki tipologi 20m x 10m, tipologi ini sangat baik untuk menciptakan bangunan town house yang nyaman secara thermal, hemat energi dengan pencahayaan alami serta pengudaraa alami, mandiri dan dapat memberikan sumbangsih terhadap


(55)

kawasan keseluruhan, dan tidak terlalu sempit secara fungsional ruang bangunan town house.

Gambar 2.14 Town house empat tempat tidur (1657 m2) New Jersey Housing Finance Agency

Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development

Gambar 2.15 Town house tiga tempat tidur (1281 m2) New Jersey Housing Finance Agency


(56)

2.2 Program Kegiatan

Sasaran pengguna town house adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah atas. Ciri-ciri masyarakat golongan menengah ke atas menurut Dinas Kependudukan (1999):

1. Cara hidup kota sudah urbanized.

2. Individual.

3. Kedudukan sosial dan jenis peketjaan beragam. 4. Sangat dinamis.

5. Banyak variasi dalam kegiatannya.

6. Cenderung mencari/mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. 7. Kepala keluarga lulusan SMA sampai dengan S2.

8. Penghasilan antara Rp 25.000.000,00-65.000.000,00 per tahun. 9. Jumlah anggota keluarga 2-5 orang.

2.2.1 Aktivitas

2.2.1.1 Kegiatan penghuni

Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh penghuni town house dapat terlihat pada Tabel 2.1, dimana terdapat kegiatan primer atau kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni, kegiatan sekunder atau kegiatan yang dapat menunjang kegiatan biologis, kegiatan pelengkap atau kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan luar unit dan kegiatan rekreasi atau kegiatan yeng berhubungan dengan hiburan yang menjadi kebutuhan kegiatan penghuni.


(57)

Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Penghuni Town House

Nama

Kegiatan Penjelasan

Contoh Di dalam unit

hunian Di luar unit hunian Biologis

(primer)

Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni

Makan, tidur Makan di kafe

Sumber : Indonesia Design edisi 13

Aktivitas penghuni sehari-hari terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Tabel Aktifitas Penghuni

Anggota Keluarga

Waktu Ayah Ibu

bekerja

Ibu tidak

bekerja Anak

Anak remaja

Td Td Td Td Td

06.00 Mk Mk Mk Td Mk

07.00 Bekerja di luar negeri

Bekerja di luar negeri

Ms Td Belajar di

sekolah

08.00 Ms Mk

09.00 Ms St

10.00 Ms St

11.00 St St

12.00 St St

13.00 Mk Mk

14.00 Td Td


(58)

16.00 Ms Td Bin

17.00 St St

19.00 Mk Mk Mk Mk Mk

20.00 St St St St St

21.00 St St St Td B1

22.00 B1 B1 St Td B1

Sumber: Indonesia Design edisi 13 Keterangan:

Id : Tidur

St : Santai bersama keluarga B1 : Belajar

Mk : Makan

Ms : Memasak di dapur Bin : Bermain di luar

2.3 Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis yang digunakan pada perancangan town house ini adalah:

1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 Tentang

Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun.

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KFTS/1998 Tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan. 3. Standard Arsitektur di Bidang Perumahan, Lembaga Penyelidikan

Masalah Bangunan.

2.3.1 Rumah sederhana berlantai dua

Rumah Gandeng Banyak adalah beberapa tempat kediaman yang bergandengan yang salah satu atau dua dinding bangunan induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya, sehingga secara bersama-sama merupakan satu


(59)

kesatuan tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri (Surayya, 2001).

2.3.1.1 Besaran bangunan

Pada tipologi ini terdapat beberapa besaran bangunan antara lain:

a. Panjang maksimum bangunan 60 m, diukur dan titik luar yang terjauh (sisi luar bangunan).

b. Bangunan terdiri dari unit-unit kediaman yang diatur secara bergandengan.

c. Dalam hal bangunan bergandengan dengan panjang lebih dari 60 m, perlu diberikan jarak antara deretan bangunan tersebut pada setiap jarak maksimum 60 m.

2.3.1.2 Jarak bangunan (minimum)

Jangkauan bangunan minimum yang masuk dalam tipologi ini antara lain: a. Dalam hal kedua-duanya mempunyai jendela bidang terbuka =12 m. b. Dalam hal salah satu merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain

terbuka = 6m.

c. Dalam hal kedua-duanya merupakan dinding tembok tertutup = 3 m.

2.3.1.3 Penggunaan ruang dalam bangunan

Penggunaan ruang yang terdapat pad tipologi ini antara lain:


(60)

lengkap dari di dalamnya terdapat ruang tangga individual.

b. Ukuran tangga pada bangunan yang harus memiliki desain yang nyaman dan mampu melayani bangunan dengan baik, yakni memiliki Lebar tangga minimum 80 cm, Tinggi anak tangga maksimum 20 cm, Lebar injakan anak tangga minimum 20 cm, Sudut tangga maksimum 60, dan ruang tangga minimum 2,6 m2.

c. Unit kediaman minimum harus terdiri dari satu ruang hunian, satu kamar mandi dan kakus, dan satu dapur.

2.3.1.4 Besaran ruang minimum

Besaran ruang minimum dapat kita lihat seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tabel Besaran Ruang Minimum

No. Ruang

Lebar bersih minimum (cm) Tinggi bersih minimum (cm) Luas minimum

(m2)

1 R. Tidur besar 240 240 9

2 R. Tidur kecil 190 240 6

3 R. Keluarga 480 240 21,6

4 Dapur 140 225 4

5 1Camar mandi + kakus 75 190 n

6 Kamar mandi 90 190 1,5

7 Kakus/ gudang 75 190 1

8 Balkan/ teras belakang,

tempat jemuran 80 190 1,S

9 R. Tangga 80 250 2,6


(61)

2.4 Sasaran Pengguna

2.4.1 Profil pengguna town house 2.4.1.1 Pasangan muda tanpa anak

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pembentukan sebuah keluarga. Karaktersitik pasangan muda tanpa anak secara garis besar adalah:

a. Interaksi sosial yang tinggi dengan teman-teman mereka, tetapi perlu banyak waktu bagi mereka sendiri.

b. Privasi mayoritas didapatkan di dalam unit, tetapi juga membutuhkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.

c. Mulai memperhatikan tentang kenyamanan dalam unit hunian, berkaitan dengan pencahayaan di siang hari, sinar matahari, view, dan lain-lain.

d. Membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.

2.4.1.2 Pasangan muda dengan anak balita

Tahapan berikutnya adalah memiliki anak dengan usia balita (0-5 tahun). Karakteristik tahapan ini adalah:

a. Perhatian difokuskan pada perkembangan dan kebutuhan anak.

b. Secara insting, anak-anak memiliki orientasi yang baik, mereka juga mempuyai tingkat privasi yang kecil.

c. Sedangkan bagi orang tua, privasi mereka berkurang dengan tidak adanya ruang khusus dewasa terutama pada sore hari.


(62)

d. Sebaiknya difasilitasi dngan orientasi terhadap tanah dan ruang bermain privat.

2.4.1.3 Pasangan separuh baya dengan anak remaja

Tahapan berikutnya adalah ketika anak telah beranjak remaja, karakteristiknya adalah:

a. Jumlah kamar tidur yang diperlukan bertambah. b. Privasi untuk semua keluarga di dalam unit hunian. c. Ruang-ruang yang dibutuhkan semakin banyak.

2.4.1.4 Pasangan separuh baya dengan anak yang dewasa

Tahapan selanjutnya adalah ketika anak-anak sudah mulai beranjak dewasa, yaitu sudah menginjak bangku kuliah atau bekerja. Karakteristik yang dimiliki antara lain:

a. Anak-anak sudah mulai meninggalkan rumah meskipun sering berkunjung.

b. Bagi orang tua semakin banyak waktu luang.

c. Menginginkan kenyamanan sehingga dapat menikmati waktu senggang.

2.4.1.5 Pasangan tua tanpa anak

Pada tahapan ini, anak-anak sudah membentuk keluarga sendiri dan memiliki rumah sendiri dan sesekali berkunjung.


(63)

a. Privasi menjadi sangat periling.

b. Kenyamanan sangat diperlukan bagi pasangan ini.

c. Sebaiknya unit hurtiart tidak memerlukart perawatan yang sulit. d. Memerlukan tingkat keamanan yang tinggi.

e. Sebaiknya berorientasi terhadap tanah.

2.4.2 Perilaku masyarakat urban

Perilaku masyarakat urban umumnya terpengaruh oleh: 1. Tuntutan akan pilihan gaya hidup:

Masyarakat urban cenderung mengutamakan kebebasan dalam kehidupannya. Penghargaan terhadap kebebasan tersebut memunculkan adanya sifat/karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, penyediaan akan berbagai pilihan akan selalu menjadi tuntutan. Hal tersebut, juga tidak terlepas dan kepentingan akan gaya hidup, berkaitan dengan hal kebanggan dan selera.

2. Tingkat Stress dan Kesehatan:

Secara umum, masyarakat urban cenderung memiliki tingkat stress yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan, kebisingan, dan polusi yang tinggi.

3. Tingkat Kriminalitas di Perkotaan:


(64)

tingkat kriminalitas yang tinggi. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh munculnya tingkat kesenjangan sosial yang cukup signifikan.

. Perilaku Positif Secara Umum:

a. Individu perkotaan memiliki kegiatan yang lebih variatif daripada individu pedesaan.

b. Lebih mampu beradaptasi pada berbagai situasi. 5. Prilaku Negatif Secara Umum

a. Cenderung individualis. b. Kurang gotong-royong. c. Tidak bisa dipercaya. d. Selalu terburu-buru.

2.5 Program Ruang 2.5.1 Unit hunian

Pada Tabel 2.4 dapat dilihat bagaimana program ruang yang ada pada unit hunian. Program ruang pada desain bangunan memiliki peran yang sangat signifikan bagi kenyamanan penghuni bangunan, untuk mengantisipasi masalah ketidaknyamanan pada bangunan, maka diperlukan program ruang yang baik dan terencana. Zonasi pada unit hunian dibagi dalam beberapa zona seperti antara lain Zona carport, zona garasi mobil, zona kamar pelayan, zona kamar mandi pelayan, zona voyer bangunan, zona ruang keluarga, zona ruang makan, zona dapur, zona kamar tidur utama,zona kamar tidur anak, zona kamar mandi utama, dan WC anak.


(65)

Tabel 2.4 Tabel Program Unit Hunian

Tipe Hunian Jumlah Tipe A (m2) Tipe B (m2)

Carpot 1 mobil 1 15 22

Garasi mobil 1 15 22

Kamar pelayan 1 9 9

Kamar mandi pelayang 1 2,25 3

Voyer 1 4,5 4,5

Ruang keluarga 1 18 24,75

Ruang makan 1 9 11,25

Dapur 1 5 12

Kamar tidur utama 1 18 22

Kamar tidur anak 2 18 31

Kamar mandi utama 1 4 5

Kamar mandi anak 1 3 4

Sirkulasi 20 % 24,6 34,7

Jumlah 147,6 208,2

Sumber: Indonesia Design edisi 13

2.6 Program Ruang yang Direkomendasikan

Desain town house dengan tipologi Single family housing (hunian tunggal) dinilai kurang nyaman dan tidak memiliki pencahayaan alami dan pengudaraan yang baik, hal ini dikarenakan desain town house Single family housing (hunian tunggal) ini memiliki grid bangunan Rumah Toko, yakni 4m x 16m yang dapat kita lihat pada Gambar 2.16. Dimana tipologi ini memiliki banyak kekurangan secara thermal dan kenyamanan fungsi ruang, tipologi 8m x 16m merupakan tipologi yang jauh lebih nyaman secara thermal dan fungsi ruang.


(66)

Tipologi 8m x 16m ini merupakan penggabungan dua unit town house. Dua unit Town house ini memungkinkan pergerakan udara menjadi lebih maksimal, sehingga memungkinkan kenyamanan thermal bagi penghuni town house. Dengan ukuran yang lebih lebar memungkinkan pencahayaan alami pada unit town house, dimana setiap bukaan akan mampu secara maksimal menerangi unit hunian sehingga unit town house ini menjadi hemat energi. Dari kenyamanan ruang juga sangat mempengaruhi, dimana dengan ukuran eksisting (4m x 16m) ruang yang tercipta sangat sempit dan kurang nyaman, namun dengan tipologi 8m x 16m fungsi ruang akan nyaman bagi penghuni.

Gambar 2.16 Denah Town House Tipologi Single Family Housing (hunian tunggal)


(67)

Untuk menciptakan bangunan Town house yang nyaman secara thermal, hemat energi dengan pencahayaan alami serta pengudaraa alami, mandiri dan dapat memberikan sumbangsih terhadap kawasan keseluruhan, maka penulis memilih menerapkan tipologi Condominiums seperti pada town house New Jersey Housing Finance Agency yang memiliki tipologi 20m x 10m. Penulis mengaplikasikan tipologi ini dengan maksud menciptakan desain bangunan Town house yang nyaman dengan tipologi yang lebar dan mendukung konsep ekologis ini. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.17, dan 2.18.

Gambar 2.17 Denah Desain Perencanaan Town House, Lantai 1 (gambar kiri) dan Lantai 2 (gambar kanan)


(68)

Gambar 2.18 Denah Lantai 3 (Roof Top) Desain Perencanaan Town House Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development

2.7 Studi Banding

2.7.1 Studi banding kasus sejenis

Dalam penelitian ini, Penulis mengambil beberapa studi bangding, antara lain: 1. Town house Puri Setiabudhi, Bandung Lokasi: J1. Dr. Setiabudhi No.378

Bandung. Dapat kita lihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Entrance Town house Puri Setiabudhi Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)


(69)

Bangunan yang ada di Puri Setiabudhi merupakan tipologi deret, tetapi unit hunian tidak untuk dijual, hanya disewakan.

a. Kompleks Town house ini berdiri di atas lahan seluas ± 20.000 m2 dan terdiri dan 43 unit hunian, lobby & front office, back office, ruang pertemuan, café dan restoran Maximo, ruang house keeping, ruang utilitas, ruang makan karyawan, tempat pembuangan sampah sementara, tempat pembakaran dan penimbunan daun-daun kering, play ground, jogging track, taman, dan 2 pos satpam.

b. Diantara cluster-cluster Town house terdapat taman bersama dan playground.

c. Gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan terlihat simpel dan modern, warna interior bangunan dan furniture yang disediakan didominasi warna hijau dan merah pastel.

d. Harga sewa cukup mahal karena target pasar untuk golongan menengah ke atas. Furniture, perlengkapan rumah tangga dan barang elektronik sudah disediakan dan memiliki kualitas yang baik.

e. Terdiri dari 3 tipe: 1. Tipe Junior.

Terdiri dari 2 lantai. Lantai dasar: living room, dapur, ruang makan, kamar sopir beserta kamar mandinya. Lantai atas: kamar tidur utama beserta kamar mandinya. Tempat parkir di halaman depan.


(70)

2. Tipe Executive.

Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil, kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika, tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room,

kamar tidur. Lantai atas: Kamar tidur utama beserta kamar mandi

dan walking closet, ruang kerja.

3. Tipe Family.

Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil, kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika, tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room,

kamar tidur beserta kamar mandi. Lantai atas: kamar tidur utama beserta kamar mandi dan walking closet di dalamnya dan satu kamar tidur lainnya. Hal ini dapat dilihat pada suasana yang terlihat pada Gambar 2.20, 2.21, 2.22, 2.23, 2.24, dan 2.25.

Gambar 2.20 Ruang Terbuka


(71)

Gambar 2.22 Pantry

Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001) Gambar 2.21Tampak Depan Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)


(72)

Gambar 2.23 Interior Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)

Ruang dalam unit hunian dengan ukuran yang kecil namun masih berkesan lapang.

Gambar 2.24 Denah


(73)

Gambar 2.25 Tampak dan Potongan Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001) 2. Setra Duta Town House

a. Kompleks Town house ini berada di pusat kompleks perumahan mewah

Setraduta, Bandung.

b. Merupakan kawasan permukiman town house yang memiliki tata

lansekap yang menarik.

c. Kompleks perumahan secara umum dilengkapi dengan

fasilitas-fasilitas seperti kolam renang, lapangan tenis, dll.

d. Kebanyakan penggunanya adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi

menengah atas.

e. Pada kompleks hunian ini tidak terlihat adanya penambahan ruang

dalam kavling hunian. Meskipun begitu, tetap ditemukan adanya variasi pada beberapa unit hunian.


(74)

f. Akses menuju masing-masing unit hunian adalah dari jalan lingkungan (jalan kendaraan) dan dari belakang unit hunian (jalan setapak).

g. Peletakkan massa mengelilingi sebuah taman yang luas. h. Terdapat ruang terbuka publik yang nyaman.

i. Memiliki hubungan antara bangunan rumah dengan lingkungan alami.

j. Masing-masing unit dilengkapi dengan kamar tidur supir dan

pembantu di lantai semi basement.

k. Masing-masing unit mempunyai luas bangunan 250 m2 dan luas tanah

152 m2. Hal ini dapat kita perhatikan pada Gambar 2.26, 2.27, dan 2.28.

Gambar 2.26 Tampak Unit Town House Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)


(75)

Gambar 2.27 Tampak Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)


(76)

Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)

4. Prapanca Town Houses Data Proyek:

Nama Proyek : Prapanca Town houses

Lokasi : Jl. Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Pemilik : Keluarga Iwan Tjahjadikarta

Arsitek : Budiman Hendropurnomo

Konsultan : PT. Duta Cermat Mandiri

Desain : Tahun 2000

Konstruksi : Tahun 2002-2003

Luas lahan : 18.637 m2.

Proyek bermula dari keinginan pemilik yakni keluarga Iwan Tjahjadikarta, untuk merenovasi enam rumah berlantai dua yang bergaya jengki di jalan Prapanca Raya dengan level kontur tanah yang memisahkan akses menuju latai dasar dengan lantai di atasnya. Lantai atas seluruh rumah tersebut berhubungan langsung dengan jalan Prapanca Raya, sedang lantai bawahnya berada di tepi kali Krukut di bagian belakang. Tiga town

house baru disisipkan di antara keenam rumah tersebut yang ternyata pada

saat banjir bandang lantai bawahnya terendam air kali Krukut, sehingga keenam rumah tersebut harus dinaikkan di atas level banjir. Living area

diletakkan di lantai bawah yang menghadap ke kolam renang di sisi kali dan mendapat sinar matahari pagi. Perletakan kolam renang di bagian


(77)

belakang rumah diharapkan bisa mencapai nuansa yang harmonis antara hunian dengan sungai di dekatnya, tampak bangunan pada Gambar 2.29, 2.31 dan 2.32 mencerminkan hal tersebut. Di beberapa unit sisi Utara, taman yang lebih sempit disisi kolam ikan dan pohon kamboja.

Gambar 2.29 Tampak Depan Prapanca Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)

Gambar 2.31 Potongan Prapanca Town house Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005


(78)

Gambar 2.32 Tampak dari Jalan Prapanca Raya Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005

Pada Gambar 2.30, dapat dilihat Arsitektur town house Prapanca

terbentuk dari permainan bidang-bidang tipis yang disusun secar paralel dan tegak lurus terhadap jalan Prapanca Raya yang melengkung.

Bidang-bidang tersebut diberi sentuhan warna-warni yang memecah gugusan kesembilan unit town house menjadi bagian-bagian yang lebih dinamis dan berskala manusia. Ciri-ciri dari rumah jengki dimunculkan kembali sebagai bagian dari semangat konservasi dan unsur nostalgia. Di seberang sungai terletak rumah utama, sehingga ada dialog menarik antara arsitektur town house yang warna-warni dengan rumah utama yang lebih monochromatic. Demikian pula terdapat perbedaan yang drastis antara


(79)

hiruk pikuk kendaraan di sepanjang jalan Prapanca Raya dengan ruang-ruang tenang di tepi kali Krukut yang merupakan bagian belakang town house Prapanca.

Gambar 2.30 Denah Lantai 1,2,3 Prapanca Town house Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005

5. De Oaze Tomang Residence

Data Proyek

Nama Proyek : De Oaze Tomang Residence

Lokasi : Jl. Gelong Baru Utara 2, Tomang, Jakarta Barat

Developer : PT. Dwimitra Mugi Sentosa

Konsultan Arisitektur : PT. Archindo Cipta Kreatif Arsitek : Cozmas D. Gozali

Luas Area fase I : + 4000 m2.

Sebuah hunian dengan acuan town house yang ramah lingkungan, de Oaze


(80)

yang diharapkan mampu memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup penghuni dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan ruang luar diolah maksimal

untuk mengakomodasi kegiatan outdoor penghuninya. Ibarat kota kecil dalam sebuah

oase menyediakan taman, kolam renang, kolam refleksi, jogging track sebagai tempat berinteraksi antar sesama penghuni. Sebagai pengendali banjir, dibuat sumur resapan yang mampu mengurangi luapan air tanpa mengganggu aliran air di permukaan tanah. Komposisi ruang terbuka dan area terbangun yang sama besar berkonsekuensi pada pengembangan bangunan ke arah vertikal untuk mengoptimalkan lahan terbuka. Kelompok ruang diletakkan di bagian dasar unit, sedangkan kegiatan utama hunian diletakkan di atasnya. Lantai dasar dibuat sebagai semi basement dengan menurunkan lantai di bawah permukaan jalan, sedengakan taman-taman di sekitar unit diangkat lebih tinggi dari permukaan jalan. Suasana ini dapat kita lihat pada Gambar 2.33 dan 2.34.


(81)

Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005

Gambar 2.34 Inner Court

Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005

Rancangan unit hunian mengambil tema modem minimalis sebagai abstraksi dari arsitektur global. Ini tampak pada fasade bangunan yang didominasi permainan garis-garis vertikal dan horizontal yang biasanya menjadi dari gaya moderminimalis. Tidak lupa pula penggunaan atap beton datar yang diperlakukan secara khusus agar mampu menahan panas matahari.

Agar selaras dengan tema ramah lingkungan yang menjadi moto town house

de Oaze, rancangan per unit difokuskan pada pengudaraan dan pencahayaan alami. Penggunaan bukaan-bukaan lebar pada kulit luar bangunan diharapkan mampu mengalirkan udara segar ke dalam ruangan, sekaligus mendapat cahaya yang maksimal. Kaca khusus digunakan sebagai penutup pada setiap bukaan sehingga


(82)

mampu mereduksi panas matahari. Di setiap unit diletakkan dua area terbuka di bagian tengah dan belakang hunian, sebagai pendukung sirkulasi udara.

2.7.2 Perbandingan studi banding

Pada Tabel 2.5 dapat dilihat bagaimana perbandingan dari studi banding.

Tabel 2.5 Tabel Perbandingan Studi Banding

Townhouse Setraduta, Bandung

Prapanca

Town houses

Baverly Hills Town house

Puri Setiabudhi,

Bandung

Unit hunian Jumlah unit 18 9 29 53

Jumlah lantai 2,5 3 3 2,5

Tipe hunian Town house • • • •

Rowhouse Maisonette Besaran unit 1 Kmr tdr

2 Kmr tdr • •

3 Kmr tdr • • •

Parkir Pribadi • • •

Komunal •

Sumber: Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000

Townhouse Setraduta, Bandung

Prapanca

Town houses

Baverly Hills Town house Puri Setiabudhi, Bandung Konfigurasi massa

Cluster • •

Linier • •

Fasilitas Taman

bersama • • • •

Taman pribadi • • •

Rekreasi •

Olahraga • • •

Gol ekonomi Rendah Menengah bawah Menengah

atas • • • •

Perubahan pada unit

Struktur •

Fasade • • •

Fungsi ruang • • •


(1)

i) Memanfaatkan sumber daya alam terbaharui yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akbari, Hashem; Levinson, Ronnen.2008, Evolution of Cool Roof Standardsin US. Earthscan.Washington

Akbari, Hashem; Christian, Jeff; Schreiber, Fred; Addison, Marlin; Petrie, T. ASHRAE Transaction; 1998; 104, Proquest Science Journals. Exterior Exposed Ductwork. Page 783. Cool Roofs Save Energy.

Akbari, Hashem; Konopacky, Steven J; Eley, Charles N; Wilcox, Bruce A. ASHRAE Transaction; 1998; 104, Proquest Science Journals. Exterior Exposed Ductwork. Page 976. Calculation for Reflective Roofs in Support of Standard 90.1.

Akbari, Hasheem, 1999, Cool coloured roofs to save energy and improve air quality

Bacharoudis, 2007, Study of natural convection phenomenon inside a wall solar chimney with one wall under a heat flux

Bouchair, 1994, Optimizationof a solar chimney design to enhance natural ventilation in amulti storey office building

Chantawong, 2006, External insulation system for walls of dweelings

Chen, 2003, Energy consumption and comfort analysis for different low energy cooling systems in a mild climate - School of Mechanical Engineering, Purdue University


(3)

De Chiara, Joseph; Panero, Julius; Zelnik, Martin.1995.Time Saver Standards for Housing and Residential Development. McGraw-Hill.Inc. New York.

De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types. Mcgraw Hill Book Company.New York.

Dimoudi, 1997, Solar Chimney in Building

Egan, M. David, 2002, Architectural Lighting – McGraw Hill Higher Education

Frick, Heinz., dan Tri Hesti M., 2006, Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Frick, Heinz., dan Pujo. L. S., 2007, Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Frick, Heinz., dan Pujo. L. S., 2007, Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Gan, 1998, Energy Research - Copyright © 1996 John Wiley & Sons, Ltd.

Gray, Abigail, Building Operating Management; Mar 2005;52, 3; ABI/INFORM Complete. Page 31. Be Cool, Pay Less

Haeckl, 1869, Paleoecology

Henley R W, A R Chase, L S Osborne. 2006. Sansevieria Production Guide. Central Florida Researche and Education Centre University of Florida. Florida.


(4)

Hilderbrandt, 1998, Observed daily energy savings

Hocevar and Casperson, 1979, Experimental investigation of the Trombe wall - U.S. Dept. of Energy, Solar Energy ; Springfield, Va

Journal of Architectural Coatings; Aug/Sept 2007;3,5; Proquest Science Journals. Page 44. Cool Roofs: Assuming a Higher Profile in Key Building Codes and Standards

Khedari, Joseph, 1997, Field study of performance of solar chimney with air conditioned building

Konopacky, Ernest, 1998, Calculating energy saving potentials of heat island reduction strategies

Lippsmeier, Georg, 1980, Tropenbau Building in the Tropics, Penerbit Verlag Georg D.W Callwey, Munchen

Lippsmeier, Georg, 1994, Bangunan Tropis, Penerbit Erlangga, Jakarta

Mangunwijaya, Y.B., 1980, Pasal-Pasal Pengantar Fisika Bangunan - Gramedia, Jakarta

Miyazaki, 2006, Solar Energy Materials and Solar Cells - Elsevier B.V

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.


(5)

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Parker, Danny S; Huang, Yu Joe; Konopacky, Steven J; Gartland, Lisa M. ASHRAE Transaction; 1998; 104, Proquest Science Journals. Exterior Exposed Ductwork. Page 963. Measured and Simulated Performance of Reflective Roofing Systems in Residential Buildings.

Rosefeld, Arthur H; Romm, Joseph J; Akbari, Hashem; Lloyd, Alan C. Technology Review; Feb/Mar 1997; 100,2; Proquest. Page 52. Painting The Town

Roux, A. J. A., 1948, Heat interchange between a roof and its surroundings - C.S.I.R., Research Report No. 7, pp. 13- 17, N.B.R.I. Pretoria

Soetiadji, Setyo, 1986, Anatomi Tampak” Setyo Soetiadji S. 1986 – Djambatan

WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

W.Woody Delp; Matson, Nance E; Modera, Mark P. ASHRAE Transaction; 1998; 104, Proquest Science Journals. Exterior Exposed Ductwork. Page 709. Delivery Effectiveness and Efficiency

Yeang, Kenneth, 2006, A Manual for Ecological Design, Penerbit Willey - Academy, UK

Yeang, Kenneth, 2007, Eco Skyscrapers, Penerbit Willey - Academy, UK

Turner, William. C. dan Malloy, John. F. Thermal insulation handbook. Robert Publishing Company. Malabar. Florida dan McGraw Hill Book Company.


(6)