Pelindung Matahari. Beny O. Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D

1 Suhu Terpanas Dari simulasi pada desain bangunan town house yang dapat dilihat pada Gambar 5.27 dengan menggunakan software ecotect diperoleh hasil analisis bahwa Suhu rata-rata pada luar bangunan adalah 30°C, sementara suhu pada bangunan eksisting adalah 29°C dan suhu rata-rata pada bangunan desain adalah 26°C. Hal ini menunjukkan suhu pada desain bangunan yang baru lebih nyaman bagi penghuni. Gambar 5.27 Hasil Simulasi Suhu Terpanas pada Bangunan Design Sumber: Ecotect

a. Pelindung Matahari.

Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari, maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena radiasi panas yang langsung masuk ke dalam bangunan melalui bukaankaca akan memanaskan ruang dan menaikkan suhutemperatur udara dalam ruang. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Di samping itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu. Gambar 5.28 adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari. Gambar 5.28 Varian Pelindung Matahari Sumber: M. David Egan, 1975 Dari Gambar 5.28 dapat dilihat beberapa varian pelindung matahari, namun untuk desain diterapkan konsep Solar Shedding Device Egg Crate yakni kombinasi elemen horizontal dan vertikal yang pada implementasinya akan didesain sebagai tempat elemen vegetasi tanaman hidroponik, dimana pola egg crate dinilai cocok dan sesuai dengan sistem pemipaan pada sistem UNIVERSITAS SUMATRA UTARA hidroponik. Hal ini seperti yang terlihat pada Gambar 5.29 dan 5.30, dimana tanaman hidroponik berperan sebagai buffer terhadap panas. Gambar 5.29 Aplikasi Sistem Solar Shadding Device Egg Crate Sumber: Desain Gambar 5.30 Proses Konduksi Panas Sumber: M. David Egan, 1975 Efektifitas pelindung matahari dinilai dengan angka shading coefficient S.C UNIVERSITAS SUMATRA UTARA yang menunjukkan besar energi matahari yang ditransmisikan ke dalam bangunan. Secara teori angka yang ditunjukkan berada pada angka 1,0 seluruh energi matahari ditransmisikan, misalnya: penggunaan kaca jendela tanpa pelindung sampai 0 tidak ada energi matahari yang ditranmisikan,proses ini dapat dilihat pada gambar 5.30. Di samping jenis pelindung yang digunakan, material serta warna yang digunakan, juga berperan dalam menentukan angka shading coefficient S.C. Egan menunjukkan angka shading coefficient berdasarkan jenis pelindung sebagai berikut: 1. Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet 6, cahaya tampak 48 dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar 46. Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan, serta jenis dan tebal kaca yang digunakan. 2. Radiasi matahari yang jamb pada selubung bangunan dipantulkan kembali dan sebagian diserap. Panas yang terserap akan dikumpulkan dan diteruskan ke bagian sisi yang dingin sisi dalam bangunan. Masing- masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien serapan kalor seperti terlihat pada Tabel 5.1 dan 5.2. Semakin besar serapan kalor, semakin besar panas yang diteruskan ke ruangan. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Tabel 5.1 Shading Coefficient untuk Elemen Arsitektur No. Penggunaan Kaca Shading Coefficient Jenis Kaca Warna Tabel 1. Kaca Bening - - 14 inci 38 inci 0,95 0,90 2. Head Absorbing glass Abu-abu, atau 315 inci 12 inci 0,75 0,50 3. Revlesive glass Dark gray metalized Ligh gray metalized - - 0,35 sd 0,20 0,60 sd 0,35 Sumber: David Egan, 1975 Tabel 5.2 Shading Coefficient untuk Elemen Arsitektur No. Elemen Pelindung Shading Coefficient 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Elemen Arsitektur eksternal: Egg-Crate Panel atau awning warna muda Horizontal Louver Overhang Horizontal Louver Screen Contilever Vertical Louver permanen Vertical Louver 0,10 0,15 0,20 0,60-0,10 0,25 0,30 0,15-0,10 Sumber: David Egan, 1975 a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. b. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan, serta jenis dan tebal kaca yang digunakan. 2 Terdingin UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Dari simulasi pada desain bangunan town house yang dapat dilihat pada Gambar 5.31 dengan menggunakan software ecotect diperoleh hasil analisis bahwas rata- rata pada luar bangunan adalah 26°C, sementara suhu padabangunan eksisting adalah 25°C dan suhu rata-rata pada bangunan desain adalah 23°C. Hal ini menunjukkan suhu pada desain bangunan lebih nyaman bagi penghuni dibandingkan dengan suhu bangunan eksisting. Gambar 5.31 Hasil Simulasi Suhu Terdingin Sumber: Ecotect 3 Tercerah. Dari simulasi pada desain bangunan town house yang dapat dilihat pada Gambar 5.32 dengan menggunakan software ecotect diperoleh hasil analisis bahwa suhu rata-rata pada luar bangunan adalah 30°C, sementara pada bangunan eksisting adalah 29°C dan suhu rata-rata pada bangunan desain adalah 25°C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pada desain bangunanyang baru UNIVERSITAS SUMATRA UTARA memiliki suhu yang lebih nyaman bagi penghuni jika dibandingkan dengan suhu bangunan eksisting. Gambar 5.32 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Tercerah Sumber: Ecotech 4 Angin Terkencang. Dari simulasi pada desain bangunan Town house dengan menggunakan software ecotect diperoleh hasil analisis bahwa suhu rata-rata pada luar bangunan adalah 28°C,sementara pada bangunan eksisting adalah 27°C dan suhu rata-rata pada bangunan desain adalah 25°C. Hal ini menunjukkan bahwa desain pada bangunan baru memiliki suhu yang lebih nyaman bagi penghuni jika dibandingkan dengan suhu pada bangunan eksisting. Untuk antisipasi angin terkencang ini, Penulis sudah mendesain pola egg crate pada fasad bangunan yang fungsinya adalah selain sebagai tempat dari tanaman, kemudian juga dapat bermanfaat sebagai pembayang terhadap sinar matahari yang langsung, namun juga dapat bermanfaat sebagai pemecah angina, sehingga pada saat angina UNIVERSITAS SUMATRA UTARA terkencang ini, penghuni bangunan town house akan tetap dapat merasa nyaman dan terhindar bahay debu dan polutan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.33. Gambar 5.33 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Dingin Terkencang Sumber: Ecotect Gambar 5.34 Penerapan konsep Buffer Menggunakan Vegetasi Sumber: Google Sketchup UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 5 Mendung Dari simulasi pada desain bangunan town house yang dapat dilihat pada Gambar 5.35 dengan menggunakan software ecotect diperoleh hasil analisis bahwa suhu rata-rata pada luar bangunan adalah 27°C, sementara pada bangunan eksisting adalah 26°C dan suhu rata-rata pada bangunan desain adalah 24°C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu padadesain bangunan baru lebih nyaman bagi penghuni jika dibandingkan dengan suhu padabangunan eksisting. Gambar 5.35 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Mendung Sumber: Ecotect 6 Pengukuran Pencahayaan Alami. Peningkatan intensitas cahaya pada ruang rumah dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar 220 lux hingga 12.00 wib sebesar 1720 lux. Peningkatan intensitas cahaya pada ruang dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar 220 lux hingga 12.00 wib sebesar 1720 lux. Penurunan intensitas cahaya dimulai pada pukul UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 13.00 sebesar 1175 lux. Kemudian akibat pergerakan awan terjadi peningkatan intensitas pada pukul 14.00 wib menjadi sebesar 1450 lux. Selanjutnya penurunan intensitas terjadi dari pukul 15.00 wib menjadi sebesar 1400 lux hingga pukul 18.00 wib nilai intensitas cahaya sebesar 140 lux, dan grafik diatas terlihat pergerakan awan mempengaruhi intensitas cahaya didalam ruang L.4.7. Jadi selain rancangan bangunan dan bukaan terhadap lintasan matahari intensitas cahaya didalam ruang dipengaruhi oleh pergerakan awan. Skema ini dapatkita lihat pada tabel 5.36. Gambar 5.36 Hasil Simulasi Suhu pada Hari Mendung Sumber: Ecotect UNIVERSITAS SUMATRA UTARA BAB VI EVALUASI DAN REKOMENDASI Beberapa hal yang dapat menjadi evaluasi dan rekomendasi yang dapat diberikan pada analisis town house yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

6.1 Tipologi Town House