Kontrak bisnis baik yang berskala nasional maupun internasional pada umunya sama, apabila salah satu pihak lalai memenuhi kewajibannya akan dikenakan sanksi baik
berupa denda dan atau bahkan pembatalan kontrak dengan segala konsekuensinya. Bagi pihak yang mematuhi kontrak akan merasa ketidakadilan. Oleh karena itu, perlu adanya
penyelesaian sengketa.
B. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal
Hadirnya penanaman modal khususnya penanaman modal asing ke Indonesia tentunya akan memberikan atau membawa akibat terhadap negara Indonesia, sehingga
dibutuhkan adanya suatu pengaturan yang seimbang agar penanaman modal khususnya penanaman modal asing disatu pihak dan pemerintah di lain pihak dapat memetik
manfaatnya. Adanya keinginan untuk menyelesaikan setiap sengketa penanaman modal
khususnya penanaman modal asing lewat jasa perwasitan atau arbitrase merupakan konsekuensi logis dari setiap pelaksanaan perjanjian kontrak yang dilakukan oleh pihak
penanam modal asing dengan pihak pemerintah Indonesia lewat perjanjian jaminan investasi investment guaranty yang ditanda tangani oleh pemerintah Indonesia dengan
beberapa negara penanam modal asing.
128
Masalah penyelesaian sengketa penanaman modal asing di Indonesia perlu mendapat perhatian yang serius bukan hanya di kalangan pemerintah saja, akan tetapi
dari semua kalangan yang turut merasa berkepentingan dengan hadirnya penanaman modal asing itu ke Indonesia guna mencari cara penyelesaian sengketa yang terbaik
dengan penanganan yang cermat, teliti, dan akurat.
128
Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 150.
Universitas Sumatera Utara
Penanganan penyelesaian sengketa penanaman modal dengan baik akan memberikan citra yang baik bagi Indonesia di mata dunia internasional. Namun
sebaliknya, bila penanganannya tidak memenuhi syarat akan membawa dampak bagi Indonesia menjadi negara yang diragukan oleh setiap penanaman modal khususnya
penanaman modal asing. Sudargo Gautama menyatakan bahwa “penyelesaian sengketa terhadap penanaman modal asing tidak semudah yang kita duga, oleh karena menyangkut
perselisihan penanaman modal yang melibatkan dua sistem hukum atau lebih, sehingga penyelesaiannya bukan ditentukan oleh hukum yang berlaku di wilayah Indonesia saja,
akan tetapi dengan melalui suatu prosedur konsiliasi atau arbitrase.”
129
Penyelesaian sengketa didasarkan dengan membuat suatu perjanjian diantara para pihak. Langkah yang biasa ditempuh adalah dengan membuat suatu perjanjian atau
memasukkan suatu klausul penyelesaian sengketa ke dalam kontrak atau perjanjian yang mereka buat. Pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa adalah dua klausula
penting yang harus ada dalam perjanjian Joint Venture. Pilihan hukum adalah untuk menjawab pertanyaan hukum manakah yang berlaku bagi perjanjian suatu Joint Venture
karena para pihak berasal dari sistem hukum yang berlainan, hukum Indonesia atau hukum asing.
130
Dalam hukum perdagangan internasional, dapat dikemukakan prinsip -prinsip mengenai penyelesaian sengketa perdagangan internasional antara lain :
131
1. Prinsip kesepakatan para pihak konsensus merupakan prinsip fundamental
dalam penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Prinsip inilah yang
129
Ibid, Hal 156.
130
Budiman Ginting, Op.Cit, Hal 229.
131
Huala Adolf, Op.Cit, Hal 196.
Universitas Sumatera Utara
menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses penyelesaian sengketa;
2. Prinsip kebebasan memilih cara - cara penyelesaian sengketa, prinsip dimana para
pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan principle of free choice of
means; 3.
Prinsip kebebasan memilih hukum adalah prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan bila sengketanya
diselesaikan oleh badan peradilan arbitrase terhadap pokok sengketa. 4.
Prinsip itikad baik, prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketanya.
5. Prinsip exhaustion of local remedies, menurut prinsip ini hukum kebiasaan
internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke pengadilan internasional, langkah - langkah penyelesaian sengketa yang tersedia
atau diberikan oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih dahulu ditempuh exhausted.
Dalam Pasal 32 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal mengatur mengenai penyelesaian sengketa. Cara penyelesaian sengketa tersebut
dilakukan sebagai berikut : 1.
Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikannya secara
musyawarah dan mufakat;
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam hal penyelesaian sengketa secara musyawarah dan mufakat tidak tercapai,
penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan; 3.
Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut
melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak. Jika penyelesaian secara arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di
Pengadilan; 4.
Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui
arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. Dari kesimpulan Pasal 32 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dilakukan melalui cara :
132
1. Musyawarah dan mufakat;
2. Arbitrase;
3. Pengadilan;
4. ADR;
5. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri,
sengketa diselesaikan melalui arbitrase atau melalui pengadilan; 6.
Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing sengketa diselesaikan melalui arbitrase internasional yang telah disepakati.
Penyelesaian melalui arbitrase di bidang penanaman modal merupakan pilihan yang semakin popular. Hal ini disebabkan oleh cara penyelesaian sengketa melalui
arbitrase dipandang relatif lebih praktis, cepat dan murah, serta tertutup. Arbitrase adalah
132
Dhaniswara K Harjono, Op. Cit, Hal 264.
Universitas Sumatera Utara
penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral.
133
Cara penyelesaian melalui lembaga arbitrase ini dapat dilakukan baik melalui arbitrase asing,
seperti melalui ICSID International Center for Settlement of Investment Disputes maupun ICC International Chamber of Commerce. Indonesia sendiri sudah
meratifikasi New York Convention on Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award of 1958.
134
Penyelesaian melalui Arbitrase Nasional seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI juga dapat dilakukan. Untuk dapat menyelesaikan sengketa diantara
para pihak dalam kegiatan penanaman modal melalui lembaga arbitrase, biasanya para pihak merumuskannya dalam klausul arbitrase pada perjanjian yang mereka buat, baik
dalam bentuk pactum de compromittendo maupun dalam bentuk akta kompromis.
135
Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan definisi tersendiri mengenai arbitrase yang
merupakan karakteristik yuridis dari arbitrase. Ketentuan Pasal 1 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan
bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa. Dalam praktiknya permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan penyelesaian
sengketa melalui arbitrase adalah menyangkut pelaksanaan putusan arbitrase sendiri. Suatu putusan arbiter asing hanya dapat dilaksanakan di Indonesia apabila telah
133
Huala Adolf, Op.Cit, Hal 206.
134
Ida Bagus Rahmadi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006, Hal 87.
135
Dhaniswara K Harjono, Op.Cit, Hal 270.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pengakuan di Indonesia. Secara internasional, pengaturan pelaksanaan dan pengakuan New York 1958 tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Asing. Konvensi ini telah dirativikasi oleh pemerintah RI dengan Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1991 jo Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Dari ketentuan tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kemungkinan pelaksanaan keputusan arbitrase dalam wilayah Republik Indonesia dibatasi hanya untuk perselisihan antar warga negara asing dengan pemerintah Republik
Indonesia mengenai penanaman modal asing di Indonesia, dan tidak dimungkinkan keluar dari ketentuan yang dimaksud.
136
Penyelesaian melalui lembaga peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang - Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yakni Pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membeda - bedakan orang. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Bahkan Mahkamah Agung Republik Indonesia
dapat menolak atau berwenang untuk menyatakan putusan dari dewan arbitrase tidak dapat dilaksanakan karena putusan tersebut dirasakan bertentangan dengan ketertiban
umum public policy dari negara Indonesia.
Biasanya dalam beberapa kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam kerjasama patungan di bidang penanaman modal asing, terdapat klausula penyelesaian sengketa
melalui pengadilan setempat jika cara - cara musyawarah yang ditempuh tidak berhasil menyelesaikan sengketa. Secara konvensional di negara manapun telah tersedia lembaga
penyelesaian sengketa yakni lembaga peradilan, yang dalam teori hukum ketatanegaraan
136
Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 168.
Universitas Sumatera Utara
dikenal sebagai lembaga yudikatif. Akan tetapi jika penyelesaian sengketa antara investor asing dengan negara tuan rumah diselesaikan lewat lembaga peradilan ada keraguan di
kalangan calon investor asing. Penyelesaian sengketa penanaman modal yang diselesaikan melalui pengadilan dipandang kurang dapat dipercaya dan bahkan kurang
fair. Oleh karena itu para investor memilih penyelesaian sengketa penanaman modal di luar pengadilan.
Telah banyak kritik yang dilontarkan kepada lembaga pengadilan mengakibatkan ketidakpercayaan investor dalam penyelesaian sengketa penanaman modal. Atas dasar
hal tersebut, para pelaku bisnis khususnya investor menganggap penyelesaian sengketa melalui lembaga pengadilan di Indonesia :
137
1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan cara litigasi sangat lambat,
yaitu bahwa penyelesaian sengketa tidak cepat atau lambat dan formalistic. Jangankan untuk memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap
inkracht van gewidjze, untuk memulai pemeriksaan pun harus menunggu waktu yang lama. Namun sesungguhnya lambatnya penyelesaian perkara tidak hanya
terjadi di Indonesia. Bahkan di Korea dan Jepang pun kondisi ini terjadi dimana perkara selesai dalam jangka waktu 7 - 12 tahun;
2. Biaya perkara mahal, yaitu mahalnya biaya perkara dalam penyelesaian perkara
melalui pengadilan yang sudah menjadi masalah yang klasik yang terjadi dimana - mana;
3. Peradilan umum yang tidak responsif, yaitu :
137
Dhaniswara K Harjono, Op.Cit, Hal 265.
Universitas Sumatera Utara
a. Bahwa peradilan kurang atau tidak tanggap kepentingan umum dan sering
kali mengabaikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat banyak sehingga pengadilan dianggap tidak adil dan tidak fair.
b. Peradilan kurang tanggap melayani kepentingan rakyat miskin.
4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah karena tidak ada putusan
pengadilan yang mengantar pihak yang bersengketa kea rah penyelesaian masalah. Putusan pengadilan :
a. Tidak bersifat problem solving diantara pihak yang bersengketa;
b. Menempatkan kedua belah pihak yang bersengketa pada dua sisi ujung
yang saling berhadapan : menempatkan salah satu pihak pada posisi pemenang the winner dan menyudutkan pihak yang lain sebagai pihak
yang kalah the losser; c.
Bersifat membingungkan atau erratic : terkadang tanpa dasar dan alasan yang masuk akal pengadilan menjatuhkan putusan ganti rugi yang luar
biasa besarnya, sebaliknya meskipun alasan dan dasar hukumnya kuat pengadilan menjatuhkan putusan ganti rugi yang sangat kecil sekali,
perilaku pengadilan yang demikian memperlihatkan corak penegakan hukum yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi.
5. Kemampuan para hakim yang bersifat generalis. Dalam masa era globalisasi saat
ini dibutuhkan hakim yang mempunyai keahlian yang kompleks dan mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai kualitas yang menyeluruh atas masalah
yang kompleks tersebut. Namun, hakim hanya mempunyai pengetahuan yang jeneralis saja.
Universitas Sumatera Utara
Atas kondisi yang demikian para pelaku bisnis atau investor cenderung memilih cara penyelesaian sengketa yang lain yang dirasakan lebih efektif, cepat dan dapat
memberi kepastian hukum bagi mereka. Namun menurut ketentuan Pasal 25 ayat 3 Konvensi ICSID ditentukan bahwa
dalam suatu persoalan diajukan kepada arbitrase masih diperlukan adanya persetujuan daripada pemerintah negara yang digugat, yakni pemerintah negara penerima modal.
Walaupun para pihak telah memberikan persetujuan untuk arbitrase itu dilaksanakan sebelum adanya penyelesaian secara hukum dan adminstratif oleh para pihak lewat badan
peradilan Indonesia. Dengan adanya persyaratan tersebut, maka sengketa atau perselisihan antara penanaman modal asing baik dengan pemerintah Indonesia maupun
dengan pihak partner lokal diharuskan melalui upaya hukum dan administratif sebelum mengajukan kepada lembaga ICSID.
138
Penyelesaian perselisihan secara administratif merupakan wewenang dan tugas dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM sebagai instansi yang bertugas dan
berwenang untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam bidang penanaman modal lewat penanganan secara administratif. Bilamana penanganan secara administratif
tersebut belum memberikan kepuasan kepada salah satu pihak barulah diajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat guna menyelesaikan setiap kasus sengketa
penanaman modal asing yang diajukan kepadanya tetap menggunakan prosedur dan tata cara seperti lazimnya dalam perkara gugatan biasa dengan menggunakan dasar KUH
Perdata maupun KUH Dagang beserta hukum acaranya.
139
138
Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 158.
139
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
140
ADR atau Alternative Dispute Resolution diartikan seagai alternative to litigation dan alternative to adjucation. Dari pengertian pertama,
seluruh penyelesaian sengketa di luar pengadilan termasuk arbitrase merupakan bagian dari ADR. Namun, apabila menggunakan pengertian kedua, pengertian ADR dapat
meliputi mekanisme penyelesaian sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif, seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsiliasi.
141
Cara penyelesaian melalui ADR mempunyai daya tarik khusus, yaitu : 1.
Sifat sukarela dalam proses; 2.
Prosedur cepat; 3.
Keputusan nonyudisial; 4.
Kontrol tentang kebutuhan organisasi; 5.
Prosedur rahasia confidential; 6.
Fleksibelitas dalam merancang syarat - syarat penyelesaian masalah; 7.
Hemat waktu; 8.
Hemat biaya; 9.
Pemeliharaan hubungan; 10.
Tinggi kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan; 11.
Kontrol dan lebih mudah memperkirakan hasilnya;
140
Pasal 1 ayat 10 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa.
141
Suyud Margono, ADR Alternative Dispute Resolution Arbitrase : Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000, Hal 36.
Universitas Sumatera Utara
12. Keputusan bertahan sepanjang waktu.
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan paling tua digunakan. Suatu proses tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu
kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi diantara para pihak. Negosiasi dilakukan baik karena telah ada sengketa diantara para pihak, maupun hanya karena
belum ada kata sepakat disebabkan belum pernah dibicarakannya masalah tersebut.
142
Kelemahan utama dalam penggunaan cara ini dalam menyelesaikan sengketa adalah :
143
1. Ketika para pihak berkedudukan tidak seimbang. Salah satu pihak kuat, yang lain
lemah. Dalam keadaan ini, salah satu pihak kuat berada dalam posisi untuk menekan pihak lainnya.
2. Proses berlangsungnya negosiasi sering kali lambat dan bisa memakan waktu
lama. Ini terutama karena sulitnya permasalahan - permasalahan yang timbul diantara para pihak. Selain itu, jarang sekali ada persyaratan penetapan batas
waktu bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi ini. 3.
Ketika suatu pihak terlalu keras dengan pendiriannya. Keadaan ini dapat mengakibatkan proses negosiasi ini menjadi tidak produktif.
Suatu negosiasi dapat berjalan dengan sukses dan mendapat hasil yang optimum, terdapat beberapa kekuatan negosiasi yang mesti diperhatikan dan dipergunakan secara
maksimal antara lain :
144
1. Kekuatan dari pengetahuan dan keterampilan;
142
Munir Fuady, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, Hal 42.
143
Huala Adolf, Op.Cit, Hal 201.
144
Munir Fuady, Op.Cit, Hal 43.
Universitas Sumatera Utara
2. Kekuatan dari hubungan baik;
3. Kekauatan dari alternatif yang baik untuk bernegosiasi;
4. Kekuatan untuk mencapai penyelesaian yang elegan, kekuatan legitimasi;
5. Kekuatan komitmen.
Mediasi adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan sengketa yang merupakan suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang
tidak memihak dan netral, yang akan bekerja untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak.
145
Mediator ikut serta secara aktif dalam proses negosiasi. Kapasitasnya sebagai pihak yang netral berupaya mendamaikan para pihak dengan memberikan saran
penyelesaian sengketa. Salah satu fungsi utama mediator adalahn mencari berbagai solusi penyelesaian, mengidentifikasi hal - hal yang dapat disepakati para pihak serta
membuat usulan - usulan yang dapat mengakhiri sengketa. Jadi, mediator tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap sengketa tersebut, melainkan
hanya berfungsi untuk membantu menemukan solusi terhadp pihak yang sedang bersengketa tersebut.
Tidak ada prosedur - prosedur khusus yang harus ditempuh dalam proses mediasi. Hal yang penting
adalah kesepakatan para pihak mulai dari proses pemilihan cara mediasi, menerima atau tidaknya usulan - usulan yang diberikan oleh mediator, sampai kepada pengakhiran tugas
mediator.
146
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Perbedaan istilah ini adalah konsiliasi lebih formal daripada mediasi. Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang
145
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.Cit, Hal 82.
146
Dhaniswara K Harjono,Op.Cit, Hal 280.
Universitas Sumatera Utara
individu atau suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri dari 2 dua tahap yaitu tahap tertulis dan tahap
lisan.
147
Berdasarkan fakta - fakta yang diperolehnya, konsiliator atau badan konsiliasi akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan
- usulan penyelesaian sengketanya. Usulan tersebut tidak bersifat mengikat. Oleh karena itu, diterima atau tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada para pihak.
Sengketa yang diuraikan secara tertulis diserahkan kepada badan konsiliasi. Kemudian badan ini mendengarkan keterangan lisan dari pihak lain. Para pihak dapat
hadir pada tahap pendengaran tersebut, tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya.
C. Harmonisasi Hukum Dalam Kegiatan Penanaman Modal