Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

Kontrak bisnis baik yang berskala nasional maupun internasional pada umunya sama, apabila salah satu pihak lalai memenuhi kewajibannya akan dikenakan sanksi baik berupa denda dan atau bahkan pembatalan kontrak dengan segala konsekuensinya. Bagi pihak yang mematuhi kontrak akan merasa ketidakadilan. Oleh karena itu, perlu adanya penyelesaian sengketa.

B. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

Hadirnya penanaman modal khususnya penanaman modal asing ke Indonesia tentunya akan memberikan atau membawa akibat terhadap negara Indonesia, sehingga dibutuhkan adanya suatu pengaturan yang seimbang agar penanaman modal khususnya penanaman modal asing disatu pihak dan pemerintah di lain pihak dapat memetik manfaatnya. Adanya keinginan untuk menyelesaikan setiap sengketa penanaman modal khususnya penanaman modal asing lewat jasa perwasitan atau arbitrase merupakan konsekuensi logis dari setiap pelaksanaan perjanjian kontrak yang dilakukan oleh pihak penanam modal asing dengan pihak pemerintah Indonesia lewat perjanjian jaminan investasi investment guaranty yang ditanda tangani oleh pemerintah Indonesia dengan beberapa negara penanam modal asing. 128 Masalah penyelesaian sengketa penanaman modal asing di Indonesia perlu mendapat perhatian yang serius bukan hanya di kalangan pemerintah saja, akan tetapi dari semua kalangan yang turut merasa berkepentingan dengan hadirnya penanaman modal asing itu ke Indonesia guna mencari cara penyelesaian sengketa yang terbaik dengan penanganan yang cermat, teliti, dan akurat. 128 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 150. Universitas Sumatera Utara Penanganan penyelesaian sengketa penanaman modal dengan baik akan memberikan citra yang baik bagi Indonesia di mata dunia internasional. Namun sebaliknya, bila penanganannya tidak memenuhi syarat akan membawa dampak bagi Indonesia menjadi negara yang diragukan oleh setiap penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Sudargo Gautama menyatakan bahwa “penyelesaian sengketa terhadap penanaman modal asing tidak semudah yang kita duga, oleh karena menyangkut perselisihan penanaman modal yang melibatkan dua sistem hukum atau lebih, sehingga penyelesaiannya bukan ditentukan oleh hukum yang berlaku di wilayah Indonesia saja, akan tetapi dengan melalui suatu prosedur konsiliasi atau arbitrase.” 129 Penyelesaian sengketa didasarkan dengan membuat suatu perjanjian diantara para pihak. Langkah yang biasa ditempuh adalah dengan membuat suatu perjanjian atau memasukkan suatu klausul penyelesaian sengketa ke dalam kontrak atau perjanjian yang mereka buat. Pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa adalah dua klausula penting yang harus ada dalam perjanjian Joint Venture. Pilihan hukum adalah untuk menjawab pertanyaan hukum manakah yang berlaku bagi perjanjian suatu Joint Venture karena para pihak berasal dari sistem hukum yang berlainan, hukum Indonesia atau hukum asing. 130 Dalam hukum perdagangan internasional, dapat dikemukakan prinsip -prinsip mengenai penyelesaian sengketa perdagangan internasional antara lain : 131 1. Prinsip kesepakatan para pihak konsensus merupakan prinsip fundamental dalam penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Prinsip inilah yang 129 Ibid, Hal 156. 130 Budiman Ginting, Op.Cit, Hal 229. 131 Huala Adolf, Op.Cit, Hal 196. Universitas Sumatera Utara menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses penyelesaian sengketa; 2. Prinsip kebebasan memilih cara - cara penyelesaian sengketa, prinsip dimana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan principle of free choice of means; 3. Prinsip kebebasan memilih hukum adalah prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan bila sengketanya diselesaikan oleh badan peradilan arbitrase terhadap pokok sengketa. 4. Prinsip itikad baik, prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketanya. 5. Prinsip exhaustion of local remedies, menurut prinsip ini hukum kebiasaan internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke pengadilan internasional, langkah - langkah penyelesaian sengketa yang tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih dahulu ditempuh exhausted. Dalam Pasal 32 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal mengatur mengenai penyelesaian sengketa. Cara penyelesaian sengketa tersebut dilakukan sebagai berikut : 1. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat; Universitas Sumatera Utara 2. Dalam hal penyelesaian sengketa secara musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan; 3. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak. Jika penyelesaian secara arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di Pengadilan; 4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. Dari kesimpulan Pasal 32 Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dilakukan melalui cara : 132 1. Musyawarah dan mufakat; 2. Arbitrase; 3. Pengadilan; 4. ADR; 5. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, sengketa diselesaikan melalui arbitrase atau melalui pengadilan; 6. Khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing sengketa diselesaikan melalui arbitrase internasional yang telah disepakati. Penyelesaian melalui arbitrase di bidang penanaman modal merupakan pilihan yang semakin popular. Hal ini disebabkan oleh cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase dipandang relatif lebih praktis, cepat dan murah, serta tertutup. Arbitrase adalah 132 Dhaniswara K Harjono, Op. Cit, Hal 264. Universitas Sumatera Utara penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral. 133 Cara penyelesaian melalui lembaga arbitrase ini dapat dilakukan baik melalui arbitrase asing, seperti melalui ICSID International Center for Settlement of Investment Disputes maupun ICC International Chamber of Commerce. Indonesia sendiri sudah meratifikasi New York Convention on Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award of 1958. 134 Penyelesaian melalui Arbitrase Nasional seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI juga dapat dilakukan. Untuk dapat menyelesaikan sengketa diantara para pihak dalam kegiatan penanaman modal melalui lembaga arbitrase, biasanya para pihak merumuskannya dalam klausul arbitrase pada perjanjian yang mereka buat, baik dalam bentuk pactum de compromittendo maupun dalam bentuk akta kompromis. 135 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan definisi tersendiri mengenai arbitrase yang merupakan karakteristik yuridis dari arbitrase. Ketentuan Pasal 1 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Dalam praktiknya permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah menyangkut pelaksanaan putusan arbitrase sendiri. Suatu putusan arbiter asing hanya dapat dilaksanakan di Indonesia apabila telah 133 Huala Adolf, Op.Cit, Hal 206. 134 Ida Bagus Rahmadi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006, Hal 87. 135 Dhaniswara K Harjono, Op.Cit, Hal 270. Universitas Sumatera Utara memperoleh pengakuan di Indonesia. Secara internasional, pengaturan pelaksanaan dan pengakuan New York 1958 tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Konvensi ini telah dirativikasi oleh pemerintah RI dengan Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1991 jo Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Dari ketentuan tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kemungkinan pelaksanaan keputusan arbitrase dalam wilayah Republik Indonesia dibatasi hanya untuk perselisihan antar warga negara asing dengan pemerintah Republik Indonesia mengenai penanaman modal asing di Indonesia, dan tidak dimungkinkan keluar dari ketentuan yang dimaksud. 136 Penyelesaian melalui lembaga peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang - Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yakni Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda - bedakan orang. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Bahkan Mahkamah Agung Republik Indonesia dapat menolak atau berwenang untuk menyatakan putusan dari dewan arbitrase tidak dapat dilaksanakan karena putusan tersebut dirasakan bertentangan dengan ketertiban umum public policy dari negara Indonesia. Biasanya dalam beberapa kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam kerjasama patungan di bidang penanaman modal asing, terdapat klausula penyelesaian sengketa melalui pengadilan setempat jika cara - cara musyawarah yang ditempuh tidak berhasil menyelesaikan sengketa. Secara konvensional di negara manapun telah tersedia lembaga penyelesaian sengketa yakni lembaga peradilan, yang dalam teori hukum ketatanegaraan 136 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 168. Universitas Sumatera Utara dikenal sebagai lembaga yudikatif. Akan tetapi jika penyelesaian sengketa antara investor asing dengan negara tuan rumah diselesaikan lewat lembaga peradilan ada keraguan di kalangan calon investor asing. Penyelesaian sengketa penanaman modal yang diselesaikan melalui pengadilan dipandang kurang dapat dipercaya dan bahkan kurang fair. Oleh karena itu para investor memilih penyelesaian sengketa penanaman modal di luar pengadilan. Telah banyak kritik yang dilontarkan kepada lembaga pengadilan mengakibatkan ketidakpercayaan investor dalam penyelesaian sengketa penanaman modal. Atas dasar hal tersebut, para pelaku bisnis khususnya investor menganggap penyelesaian sengketa melalui lembaga pengadilan di Indonesia : 137 1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan cara litigasi sangat lambat, yaitu bahwa penyelesaian sengketa tidak cepat atau lambat dan formalistic. Jangankan untuk memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap inkracht van gewidjze, untuk memulai pemeriksaan pun harus menunggu waktu yang lama. Namun sesungguhnya lambatnya penyelesaian perkara tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di Korea dan Jepang pun kondisi ini terjadi dimana perkara selesai dalam jangka waktu 7 - 12 tahun; 2. Biaya perkara mahal, yaitu mahalnya biaya perkara dalam penyelesaian perkara melalui pengadilan yang sudah menjadi masalah yang klasik yang terjadi dimana - mana; 3. Peradilan umum yang tidak responsif, yaitu : 137 Dhaniswara K Harjono, Op.Cit, Hal 265. Universitas Sumatera Utara a. Bahwa peradilan kurang atau tidak tanggap kepentingan umum dan sering kali mengabaikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat banyak sehingga pengadilan dianggap tidak adil dan tidak fair. b. Peradilan kurang tanggap melayani kepentingan rakyat miskin. 4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah karena tidak ada putusan pengadilan yang mengantar pihak yang bersengketa kea rah penyelesaian masalah. Putusan pengadilan : a. Tidak bersifat problem solving diantara pihak yang bersengketa; b. Menempatkan kedua belah pihak yang bersengketa pada dua sisi ujung yang saling berhadapan : menempatkan salah satu pihak pada posisi pemenang the winner dan menyudutkan pihak yang lain sebagai pihak yang kalah the losser; c. Bersifat membingungkan atau erratic : terkadang tanpa dasar dan alasan yang masuk akal pengadilan menjatuhkan putusan ganti rugi yang luar biasa besarnya, sebaliknya meskipun alasan dan dasar hukumnya kuat pengadilan menjatuhkan putusan ganti rugi yang sangat kecil sekali, perilaku pengadilan yang demikian memperlihatkan corak penegakan hukum yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi. 5. Kemampuan para hakim yang bersifat generalis. Dalam masa era globalisasi saat ini dibutuhkan hakim yang mempunyai keahlian yang kompleks dan mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai kualitas yang menyeluruh atas masalah yang kompleks tersebut. Namun, hakim hanya mempunyai pengetahuan yang jeneralis saja. Universitas Sumatera Utara Atas kondisi yang demikian para pelaku bisnis atau investor cenderung memilih cara penyelesaian sengketa yang lain yang dirasakan lebih efektif, cepat dan dapat memberi kepastian hukum bagi mereka. Namun menurut ketentuan Pasal 25 ayat 3 Konvensi ICSID ditentukan bahwa dalam suatu persoalan diajukan kepada arbitrase masih diperlukan adanya persetujuan daripada pemerintah negara yang digugat, yakni pemerintah negara penerima modal. Walaupun para pihak telah memberikan persetujuan untuk arbitrase itu dilaksanakan sebelum adanya penyelesaian secara hukum dan adminstratif oleh para pihak lewat badan peradilan Indonesia. Dengan adanya persyaratan tersebut, maka sengketa atau perselisihan antara penanaman modal asing baik dengan pemerintah Indonesia maupun dengan pihak partner lokal diharuskan melalui upaya hukum dan administratif sebelum mengajukan kepada lembaga ICSID. 138 Penyelesaian perselisihan secara administratif merupakan wewenang dan tugas dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM sebagai instansi yang bertugas dan berwenang untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam bidang penanaman modal lewat penanganan secara administratif. Bilamana penanganan secara administratif tersebut belum memberikan kepuasan kepada salah satu pihak barulah diajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat guna menyelesaikan setiap kasus sengketa penanaman modal asing yang diajukan kepadanya tetap menggunakan prosedur dan tata cara seperti lazimnya dalam perkara gugatan biasa dengan menggunakan dasar KUH Perdata maupun KUH Dagang beserta hukum acaranya. 139 138 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hal 158. 139 Ibid. Universitas Sumatera Utara Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. 140 ADR atau Alternative Dispute Resolution diartikan seagai alternative to litigation dan alternative to adjucation. Dari pengertian pertama, seluruh penyelesaian sengketa di luar pengadilan termasuk arbitrase merupakan bagian dari ADR. Namun, apabila menggunakan pengertian kedua, pengertian ADR dapat meliputi mekanisme penyelesaian sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif, seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. 141 Cara penyelesaian melalui ADR mempunyai daya tarik khusus, yaitu : 1. Sifat sukarela dalam proses; 2. Prosedur cepat; 3. Keputusan nonyudisial; 4. Kontrol tentang kebutuhan organisasi; 5. Prosedur rahasia confidential; 6. Fleksibelitas dalam merancang syarat - syarat penyelesaian masalah; 7. Hemat waktu; 8. Hemat biaya; 9. Pemeliharaan hubungan; 10. Tinggi kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan; 11. Kontrol dan lebih mudah memperkirakan hasilnya; 140 Pasal 1 ayat 10 Undang - Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa. 141 Suyud Margono, ADR Alternative Dispute Resolution Arbitrase : Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000, Hal 36. Universitas Sumatera Utara 12. Keputusan bertahan sepanjang waktu. Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan paling tua digunakan. Suatu proses tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi diantara para pihak. Negosiasi dilakukan baik karena telah ada sengketa diantara para pihak, maupun hanya karena belum ada kata sepakat disebabkan belum pernah dibicarakannya masalah tersebut. 142 Kelemahan utama dalam penggunaan cara ini dalam menyelesaikan sengketa adalah : 143 1. Ketika para pihak berkedudukan tidak seimbang. Salah satu pihak kuat, yang lain lemah. Dalam keadaan ini, salah satu pihak kuat berada dalam posisi untuk menekan pihak lainnya. 2. Proses berlangsungnya negosiasi sering kali lambat dan bisa memakan waktu lama. Ini terutama karena sulitnya permasalahan - permasalahan yang timbul diantara para pihak. Selain itu, jarang sekali ada persyaratan penetapan batas waktu bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi ini. 3. Ketika suatu pihak terlalu keras dengan pendiriannya. Keadaan ini dapat mengakibatkan proses negosiasi ini menjadi tidak produktif. Suatu negosiasi dapat berjalan dengan sukses dan mendapat hasil yang optimum, terdapat beberapa kekuatan negosiasi yang mesti diperhatikan dan dipergunakan secara maksimal antara lain : 144 1. Kekuatan dari pengetahuan dan keterampilan; 142 Munir Fuady, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, Hal 42. 143 Huala Adolf, Op.Cit, Hal 201. 144 Munir Fuady, Op.Cit, Hal 43. Universitas Sumatera Utara 2. Kekuatan dari hubungan baik; 3. Kekauatan dari alternatif yang baik untuk bernegosiasi; 4. Kekuatan untuk mencapai penyelesaian yang elegan, kekuatan legitimasi; 5. Kekuatan komitmen. Mediasi adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan sengketa yang merupakan suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral, yang akan bekerja untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak. 145 Mediator ikut serta secara aktif dalam proses negosiasi. Kapasitasnya sebagai pihak yang netral berupaya mendamaikan para pihak dengan memberikan saran penyelesaian sengketa. Salah satu fungsi utama mediator adalahn mencari berbagai solusi penyelesaian, mengidentifikasi hal - hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan - usulan yang dapat mengakhiri sengketa. Jadi, mediator tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap sengketa tersebut, melainkan hanya berfungsi untuk membantu menemukan solusi terhadp pihak yang sedang bersengketa tersebut. Tidak ada prosedur - prosedur khusus yang harus ditempuh dalam proses mediasi. Hal yang penting adalah kesepakatan para pihak mulai dari proses pemilihan cara mediasi, menerima atau tidaknya usulan - usulan yang diberikan oleh mediator, sampai kepada pengakhiran tugas mediator. 146 Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Perbedaan istilah ini adalah konsiliasi lebih formal daripada mediasi. Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang 145 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.Cit, Hal 82. 146 Dhaniswara K Harjono,Op.Cit, Hal 280. Universitas Sumatera Utara individu atau suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri dari 2 dua tahap yaitu tahap tertulis dan tahap lisan. 147 Berdasarkan fakta - fakta yang diperolehnya, konsiliator atau badan konsiliasi akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan - usulan penyelesaian sengketanya. Usulan tersebut tidak bersifat mengikat. Oleh karena itu, diterima atau tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada para pihak. Sengketa yang diuraikan secara tertulis diserahkan kepada badan konsiliasi. Kemudian badan ini mendengarkan keterangan lisan dari pihak lain. Para pihak dapat hadir pada tahap pendengaran tersebut, tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya.

C. Harmonisasi Hukum Dalam Kegiatan Penanaman Modal

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung (PMAL) Dan Pengeluaran Pemerintah (PP) Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1998

4 51 159

Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue)

2 103 140

Pengaruh Pengeluaran Pemerintahan dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara

0 30 95

Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Perusahaan Joint Venture Studi Penanaman Modal Asing Di Sumatera Utara

0 21 337

Analisis Perlindungan Hukum Investor Penanaman Modal Asing Melalui Putusan Pailit

1 49 158

UPAYA PEMERINTAH SUMATERA SELATAN MENARIK INVESTOR ASING DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL

0 0 10

Analisis Terhadap Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Sumatera Utara (Studi Putusan MA - RI No. 382 K/TUN/2010)

0 0 6

BAB II KEBIJAKAN DASAR PEMERINTAH TERHADAP INVESTOR ASING DAN DOMESTIK BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL A. Kebutuhan Indonesia Terhadap Penanaman Modal Asing - Analisis Terhadap Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiat

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Sumatera Utara (Studi Putusan MA - RI No. 382 K/TUN/2010)

0 0 30

ANALISIS TERHADAP PERLINDUNGAN INVESTOR ASING DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL DI SUMATERA UTARA (STUDI PUTUSAN MA-RI NO. 382 KTUN2010)

0 0 11