55
berbasis kearifan lokal itu yaitu sekolah mengangkat kearifan lokal di suatu daerah.
2. Kearifan Lokal yang Dikembangkan di SD Sendangsari Pajangan
a. Hasil Wawancara
Kearifan lokal yang dikembangkan di SD Sendangsari diperolah dari hasil wawancara dan observasi pada bulan April 2014. Dari hasil
wawancara dengan yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah, kearifan lokal yang dikembangkan oleh di SD N Sendangsari adalah
seni batik, seni karawitan, seni tari, dan olah pangan lokal. Jawaban yang diberikan oleh tim pengembang memperkuat dari pernyataan
kepala sekolah yang mengatakan bahwa batik, tari, karawitan, dan olah pangan lokal merupakan kearifan lokal yang dikembangkan di SD
Sendangsari. Berikut ini merupakan pernyataan yang diberikan oleh tim pengembang. Le mengatakan,
“Kearifan lokal yang dikembangkan di SD Sendangsari yaitu olah pangan lokal, ada juga karawitan, tari, dan batik dan memungkinkan
juga ada kearifan lokal lain yang diletakkan atau diintegrasikan dalam
pembelajaran.”. Diperkuat dengan pernyataan Sa bahwa Di sekolah ini mempunyai
keunggulan yaitu olah pangan lokal. Kearifan lokal lain yaitu karawitan, tari,
sesorah
atau pidato bahasa jawa, batik, dan kearifan lokal jawa lainnya.
1 Olah Pangan
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala sekolah menunjukkan bahwa salah satu wujud kearifan lokal yang diterapkan
56
di SD Sendangsari adalah olah pangan. Olah pangan merupakan kearifan lokal yang menjadi unggulan SD Sendangsari. Hal tersebut sesuai dengan
pengungkapan para guru. Po berkata bahwa SD Sendangsari mengangkat kearifan lokal unggulan berupa olah pangan lokal. As berkata bahwa SD
Sendangsari lebih menfokuskan keunggulan lokalnya yaitu olah pangan lokal. Suw mendukung kedua pernyataan kedua orang guru tersebut bahwa kearifan
lokal yang diunggulkan di SD Sendangsari adalah olah pangan. Kemudian Ri mempertegas pernyataan di atas dengan berkata bahwa SD Sendangsari
mempunyai keunggulan berupa olah pangan lokal. Olah pangan lokal yang merupakan unggulan kearifan lokal yang diterapkan
di SD Sendangsari dikembangkan lebih dalam pada kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah
dan tim pengembang. Namun terkadang olah pangan lokal juga terintegrasi dalam pembelajaran, seperti yang diungkapkan As selaku guru pada tanggal 22
April 2014. As mengatakan, ”Pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi mendeskripsikan tumbuhan,
anak diminta keluar kelas untuk mengamati tumbuhan disekitar kita seperti tumbuhan
gadung
. Disekitar sekolah ini an banyak sekali dijumpai tumbuhan
gadung
. Setelah itu siswa diminta untuk menggambarkan bentuk
gadungdan bentuk
uwi
. Pada mata pelajaran IPA materi mengenal bagian tumbuhan, nanti yang dikenalkan bagian-bagian
gadung
dan bagian
uwi
”.
Pernyataan di atas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat mengamati pembelajaran kelas 1A pada tanggal 16 April 2014.
Kepala Sekolah memaparkan bahwa tujuan penerapan kearifan lokal di dalam sekolah adalah untuk memperkanalkan kepada anak tentang adanya potensi lokal
57
setempat. Tujuan khusus dari penerapan sekolah berbasis kearifan lokal di SD S yaitu memperkenalkan anak dengan umbi-umbian lokal. Selain memperkenalkan
anak juga diajarkan cara untuk mengolah umbi-umbian tersebut menjadi sebuah sajian yang menarik.
Kepala sekolah berkata bahwa dengan adanya kearifan lokal berupa olah pangan lokal siswa dapat mencintai dan dapat memanfaatkan kearifan lokal yang
ada di sekitarnya sehingga mewujudkan sikap peduli. Pernyataan kepala sekolah diperkuat dengan perkataan Le,
” Tujuan utama dari penerapan sekolah berbasis kearifan lokal dalam jangkauan luas adalah menekankan pada cinta tanah air, cinta tempat tinggalnya, cinta
produk dalam negeri. Misalkan daerah Pajangan mempunyai hasil bumi berupa umbi-umbian. Sekolah berupanya mengemas dan mengolah umbi-umbian itu
dalam bentuk yang menarik untuk membuat siswa tertarik”. 2
Pendidikan Batik Kepala sekolah mengatakan bahwa salah satu bentuk kearifan lokal yang
dikembangkan di SD Sendangsari adalah pendidikan batik. Ri berkata dalam sesi wawancara pada tanggal 15 April 2014 bahwa batik merupakan kearifan
lokal yang masuk dalam pembelajaran. Diperkuat dengan pernyataan Po selaku guru bahwa batik merupakan kearifan lokal yang sudah masuk dalam materi
kurikulum. Dari pernyataan kedua guru tersebut dapat diketahui juga bahwa dalam mengembangkan salah satu wujud kearifan lokal batik, pihak sekolah
meletakkannya dalam salah satu mata pelajaran sebagai mata pelajaran pengembangan diri. Adanya Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
pendidikan batik menjadi bukti bahwa batik sudah menjadi mata pelajaran. Kepala sekolah mengatakan bahwa batik merupakan warisan budaya sarat
58
dengan nilai-nilai estetika tinggi yang harus dilestraikan. Tujuan batik dimasukkan kedalam kurikulum sekolah yaitu untuk mengenalkan batik pada
generasi muda dan agar generasi muda lebih mencintai warisan budayanya sehingga pada akhirnya generasi muda diharapkan mampu menjaga dan
melestarikan batik. Hal ini diperkuat dengan adanya tujuan penerapan pendidikan batik yang tertera pada tujuan kurikulum muatan lokal pendidikan
batik yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul tahun 2010. 3
Karawitan Kepala sekolah mengatakan bahwa Seni Karawitan merupakan salah satu
bentuk kearifan lokal yang dikembangkan di SD Sendangsari. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti kepada tim pengembang dan guru. Le berkata
bahwa salah satu kearifan lokal yang dikembangkan di Sd Sendangsari adalah karawitan. Pernyataan Le diperkuat dengan adanya dokumentasi berupa alat-
alat karawitan dan ruang karawitan yang digunakan untuk mengembangkan seni karawitan. Dalam pengembangannya, seni karawitan dikembangkan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pernyataan tersebut sesuai dengan perkataan Po selaku guru. Po berkata,
”Dalam pengembangannya, kearifan lokal dibagi menjadi beberapa bagian. Tari, karawitan, dan olah pangan dikembangkan melalui ekstrakurikuler,
sedangkan batik dikembangkan di dalam mata pelajaran ”.
Peneliti juga menanyakan siswa sebagai pendukung dari pernyataan diatas dan
hasilnya semua siswa menjawab bahwa karawitan di kembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan dari penerapan kearifan lokal karawitan
dilingkungan sekolah selain untuk mengenalakan seni karawitan pada anak,
59
juga untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam seni karawitan pada anak. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada Le selaku pengajar karawitan pada saat kegiatan ekstrakurikuler karawitan berakhir. Le mengatakan,
” Di SD S siswa-siswi juga dikenalkan dengan seni karawitan. Selain dikenalkan, anak juga ditanamkan nilai-nilai yang terkandung didalam
lancarannya. Misalkan pada
lancaran sri slamet
anak diajarkan bagaimana caranya menyambut tamu yang baik”.
4 Tari
Tari merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dikembangkan di SD Sendangsari sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh kepala sekolah pada
sesi wawancara pada tanggal 7 April 2014. Sa selaku tim pengembang mempertegas pernyataan kepala sekolah dengan berkata bahwa kearifan lokal
seperti seni tari juga terdapat di SD Sendangsari. Seni tari dikembangkan dalam kegiatan ekdtrakurikuler. Pernyataan Sa tersebut juga memberikan data bahwa
tari dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa memperkuat pernyataan sebelumnya.
5 Bentuk Kearifan Lokal lainnya
Selain bentuk kearifan lokal di atas, Sekolah juga mengembangkan bentuk kearifan lokal lainnya. Sum berkata,
” Selain karawitan, tari, olah pangan, dan batik kita juga mengenalkan permainan tradisional kepada anak yang mungkin saat ini sudah mulai
terlupakan seperti
sepak sekong, yeye, blarak sempal, egrang
dan lain- lain”.
Tujuan penerapan kearifan lokal setempat pada anak seperti
dolanan anak
adalah untuk mengenalkan berbagai jenis kearifan lokal yang ada di daerahnya, setelah anak mengenalnya anak diharapkan untuk mencintai dan
60
melestarikannya. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Suw selaku tim pengembang kearifan lokal. Suw mengatakan bahwa tujuan penerapan kearifan
lokal di sekolah agar anak-anak mengetahui bahwa di lingkungan sekitarnya ada potensi yang harus diangkat dan harus dilestarikan.
b. Hasil Observasi