Hubungan Mikrostruktur dengan Wacana Iklan Mikrostruktur

4 Pengingkaran Menurut Eriyanto 2001: 249 elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana penutur menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah penutur menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuaannya tersebut. Pengingkaran adalah sebuah elemen dimana kita bisa membongkar sikap atau ekspresi penutur yang disampaikan secara tersembunyi. Umumnya pengingkaran dilakukan di akhir, dimana penutur sebelumnya menampilkan pendapat umum terlebih dahulu, pendapat pribadi disajikan sesudahnya. 5 Praanggapan Menurut Eriyanto 2001: 256 elemen wacana praanggapan presupposition merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Mulyana 2005: 15 dalam konteks dialogis menyatakan bahwa praanggapan adalah „pengetahuan bersama‟ common ground antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah pembicara.

b. Eleman Mikrostruktur Sintaksis

1 Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks Eriyanto, 2001: 242. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Koherensi secara mudah dapat diamati diantaranya dari kata hubung konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal sebab-akibat, hubungan kontras, hubungan aditif, hubungan rincian, hubungan keadaan, hubungan pentahapan, dan sebagainya. Kata hubung yang dipakai dan, akibat, tetapi, lalu, meskipun menyebabkan makna yang berlainan ketika akan menghubungkan kalimat atau proposisi Sobur, 2012: 81. Koherensi terdiri atas: a Koherensi Kondisional Kondisi kondisional diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Ada dua kalimat, dimana kalimat kedua merupakan kalimat penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungakan dengan kata hubung konjungsi seperti “yang”, atau “di mana”. b Koherensi Pembeda Koherensi pembeda berhubungan dengan dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan atau berseberangan contrast dengan menggunakan koherensi. 2 Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas Eriyanto, 2001: 225. Bentuk kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Kalimat aktif umumnya digunakan agar seorang menjadi subjek dari tanggapannya, sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang sebagai objek. Struktur kalimat dapat dibuat aktif, dapat pasif tapi umumnya pokok yang dipandang penting selalu ditempatkan diawal kalimat Eriyanto, 2001: 251. Berdasarkan bentuk dan kategorisasi sintaksisnya kalimat terbagi menjadi empat jenis, yaitu kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat eksklamatif atau kalimat seru Alwi, dkk, 2003: 352. a Kalimat deklaratif atau kalimat berita Kalimat deklaratif atau kalimat berita adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif atau perintah pada umumnya menyandang makna „menyatakan atau memberi tahukan sesuatu‟, dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik . atau tidak diberi tanda apa-apa pada tanda akhirnya Kridalaksana, 2001: 92-93. Kalimat ini umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya Alwi, dkk, 2003: 353. b Kalimat imperatif atau kalimat perintah Menurut Kridalaksana 2001: 93 kalimat imperatif atau kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif atau perintah dan pada