Regression Statistics

Regression Statistics

Multiple R

R Square

Adjusted R Square

Standard Error

Berdasarkan Tabel 4.17 diperoleh harga R sebesar 0,613 dengan demikian menunjukkan bahwa performance siswa yang diajar dengan model PjBL mempunyai hubungan yang kuat dengan pemahaman konsep siswa.

Koefisien determinasinya dirumuskan sebagai (R square ) yang memiliki nilai sebesar 0,38. Hal ini berarti pemahaman konsep siswa 38 %

ditentukan oleh performance siswa melalui persamaan regresi =0

3 . Sisanya sebesar 62 % ditentukan oleh faktor lain misalnya motivasi siswa, lingkungan sosial siswa, serta tingkat intelegensi masing-masing siswa. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Suroto (2012: 56) yang menyatakan bahwa keaktifan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

4.3.1.3 Uji Hipotesis dengan Uji F

Berdasarkan Tabel 4.15 diperoleh nilai � = 21,70 dan berdasarkan tabel distribusi F untuk taraf signifikasi 5 % dengan df =

36 dengan = 3 . Oleh karena �

maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh antara performance siswa yang diajar dengan PjBL dengan hasil pemahaman konsep siswa. Simpulannya, persamaan regresi tersebut digunakan untuk meramalkan besarnya variabel terikat (Y) berdasarkan variabel bebas (X).

F sebesar 4,24

Pada Tabel 4.15 juga diperlihatkan bahwa nilai significance

0 . Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 % atau 0,05. Besar significance

F kurang dari 0,005, maka dapat dinyatakan bahwa variabel berpengaruh signifikan, performance siswa yang diajar dengan menggunakan model PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pemahaman konsep siswa pada materi cermin.

4.3.4 Penilaian Proyek

Penilaian proyek dalam penelitian ini dilakukan 2 kali, yaitu pada materi cermin datar dan cermin lengkung. Pada proyek 1, siswa diberi tugas untuk membuat alat peraga cermin lipat yang digunakan sebagai alat praktikum pada pertemuan selanjutnya. Sedangkan pada proyek ke-2 siswa minta untuk melakukan investigasi pemanfaatan cermin lengkung dalam kehidupan cermin Penilaian proyek dalam penelitian ini dilakukan 2 kali, yaitu pada materi cermin datar dan cermin lengkung. Pada proyek 1, siswa diberi tugas untuk membuat alat peraga cermin lipat yang digunakan sebagai alat praktikum pada pertemuan selanjutnya. Sedangkan pada proyek ke-2 siswa minta untuk melakukan investigasi pemanfaatan cermin lengkung dalam kehidupan cermin

Hasil analisis deskriptif pada Gambar 4.8 menunjukkan peningkatan rata- rata nilai proyek pada topik 2 dari topik1. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai kemampuan perencanaan sebesar 7,41 %, kemampuan pelaksanaan sebesar 2,78 %, dan kemampuan pelaporan sebesar 5,56 %. Rata-rata nilai proyek pada topik 2 juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai proyek 1 sebesar 80,56 dengan kategori baik, sedangkan rata-rata nilai proyek 2 sebesar 86,11 dengan kategori sangat baik. Kinerja siswa dalam mengerjakan proyek mengalami peningkatan dari proyek 1 ke proyek 2. Semua kelompok telah mampu membuat alat praktikum cermin lipat secara mandiri. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan proyek meningkat pada proyek ke-2. Pada proyek ke-2 terlihat kekompakan antar angkota kelompok semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Tiantong & Siksen (2013), bahwa PjBL dapat melatih kemampuan siswa dalam kerja kelompok, kolaborasi, komunikasi, dan mengatur proyek. Hasil penilaian laporan proyek 2 juga menunjukkan peningkatan dari nilai laporan proyek 1, hal ini karena siswa belajar dari kekurangan laporannya pada proyek 1 berdasarkan penjelasan dari guru.

4.3.4 Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran

Selama proses pembelajaran dilakukan observasi terhadap sikap siswa. Hasil analisis sikap siswa pada Gambar 4.9 menunjukkan persentase sikap rasa ingin tahu kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh Selama proses pembelajaran dilakukan observasi terhadap sikap siswa. Hasil analisis sikap siswa pada Gambar 4.9 menunjukkan persentase sikap rasa ingin tahu kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh

sebesar 81,58 % dan kelas kontrol sebesar 78,29 %. Sikap Kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh presentase rata- rata nilai kelas eksperimen sebesar 85,53 % dan kelas kontrol sebesar 70,39 %.

Namun, untuk sikap jujur siswa kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh presentase rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 74,34 % dan kelas kontrol sebesar 75 %.

Rasa ingin tahu siswa ditunjukkan dari antusiasme siswa dalam mengajukan pertanyaan di dalam kelas. Siswa pada kelas eksperimen memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam bertanya mengenai konsep yang belum mereka pahami. Hal ini berbeda dengan kelas kontrol, siswa pada kelas kontrol terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mereka lebih memilih diam. rasa ingin tahu siswa kelas eksperimen yang tinggi juga ditunjukkan dari keaktifan siswa dalam mencari sumber informasi ketika melaksanakan proyek.

Kejujuran dapat dilihat saat siswa melaksanakan praktikum dan mengerjakan soal posttest. Kejujuran siswa pada kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen. Pada saat praktikum, terlihat beberapa siswa kelas eksperimen berdiskusi mengenai data pengamatan pada kelompok lain, berbeda dengan siswa kelas kontrol yang cenderung bersifat egosentris. Hal ini dikarenakan siswa pada Kejujuran dapat dilihat saat siswa melaksanakan praktikum dan mengerjakan soal posttest. Kejujuran siswa pada kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen. Pada saat praktikum, terlihat beberapa siswa kelas eksperimen berdiskusi mengenai data pengamatan pada kelompok lain, berbeda dengan siswa kelas kontrol yang cenderung bersifat egosentris. Hal ini dikarenakan siswa pada

kurangnya interaksi sosial akan membuat perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris.

Tanggung jawab siswa pada kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini dikarenakan kelas eksperimen yang menggunakan model PjBL menuntut siswa untuk membuat tugas proyek yang nantinya proyek akan dipresentasikan, hal ini membuat siswa semakin terpacu untuk membuat proyek sampai selesai sesuai dengan tahap yang disepakati, karena mereka akan mempertanggung jawabkan produk mereka pada khalayak ramai jadi mereka tidak bisa asal dalam mengerjakan proyek tersebut.

Kreativitas siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini karena pada kelas eksperimen siswa diberikan tugas proyek. Melalui tugas ini siswa dilatih untuk mengekspresikan ide kreatif yang di wujudkan dalam suatu karya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tamim & Grant (2013), bahwa pada PjBL siswa lebih banyak menggunakan keterampilan sehingga membuat siswa menjadi kreatif.

4.3.5 Respon Siswa terhadap Model Project-Based Learning

Respon siswa terhadap model Project-Based Learning (PjBL) sangat baik. Berdasarkan hasil respon siswa pada Gambar 4.10, menunjukkan bahwa 76,31 % jumlah siswa memberikan respon sangat baik dan 23, 68 % jumlah Respon siswa terhadap model Project-Based Learning (PjBL) sangat baik. Berdasarkan hasil respon siswa pada Gambar 4.10, menunjukkan bahwa 76,31 % jumlah siswa memberikan respon sangat baik dan 23, 68 % jumlah

4.3.6 Kendala-kendala dalam Penelitian

Peneliti menghadapi beberapa kendala dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya : (1) penerapan project-based learning membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan masalah, kendala ini muncul manakala pembelajaran berlangsung satu jam pelajaran saja (40 menit) sedangkan proses pembelajaran harus melalui enam fase, sehingga setiap fase dalam pembelajaran pun berlangsung serba cepat dan singkat. Hal ini membuat siswa belum sempat mengelaborasi pembelajaran dengan sempurna., (2) Sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadahi untuk melaksanakan praktikum cermin lipat, sehingga peneliti harus menyediakan alat praktikum untuk kelas kontrol, (3) Siswa belum terbiasa melakukan presentasi kelompok, sehingga peningkatan performance of oral presentation siswa belum optimal.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62