PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBA

PEMBELAJARAN PROJECT-BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PERF ORMANCE DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII

Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh Winda Yulia Sari 4201412094

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

MOTTO

“You will never fall if you are afraid to climb. But there is no enjoy in living your entire life on the ground” “You need to step outside, get some fresh air, and remind yourself of who you are and who you want to be” “Do the best and pray. God will take care of the rest” “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakanku.

2. Adikku Lisa Dwi Rahmawati dan Sinta Oktavia Rani yang selalu memberi dukungan.

3. Sahabatku Srikandi MIPA (Laras, Cintia, dan Nurul) yang selalu memberi keceriaan.

4. Sahabat-sahabatku kos Mukminatul (Atika, Isma, Nurul, dan kawan-kawan) yang selalu memberi semangat dan senyuman.

5. Sahabat-sahabat Unnes dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. selaku rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si,Akt selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si. selaku ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. selaku dosen wali yang telah memberikan arahan akademik selama perkuliahan.

5. Prof. Dr. Sarwi, M, Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Ngurah Made D. P., M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Kepala SMP Negeri 1 Karangawen yang telah memberikan izin penelitian.

9. Ibu Wahyuning Tyas Dwi Margiyani, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan informasi dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Siswa SMP Negeri 1 Karangawen yang berperan aktif dalam proses penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT. Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 18 Agustus 2016

Penulis

ABSTRAK

Sari, W. Y. 2016. Pembelajaran Project-Based Learning sebagai Upaya Pengembangan Performance dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Sarwi, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Drs. Ngurah Made Darma Putra., M.Si., Ph.D.

Kata Kunci : Pembelajaran; Project-Based Learning ; Performance ; Pemahaman Konsep.

Rendahnya performance dan pemahaman konsep siswa Indonesia di bidang sains menuntut perlunya perbaikan pembelajaran di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan nonequivalent control group . Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangawen. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling . Sampel yang terpilih adalah kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Kedua kelas diberi treatment yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diajar dengan model PjBL dan kelas kontrol diajar dengan model Discovery . Berdasarkan uji gain , peningkatan performance of group work pada kelas eksperimen menunjukkan nilai

= 0,385 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan

nilai = 0,297 dengan kategori rendah. Sementara untuk peningkatan performance of oral presentation kelas eksperimen lebih baik daripada kelas

kontrol walaupun sama-sama pada kategori rendah . Hal ini diperkuat dengan nilai rata- rata performance of collecting data siswa kelas eksperimen yang

lebih tinggi dari kelas kontrol, ditunjukkan oleh � . Hasil uji gain pretest-posttest menunjukkan adanya peningkatan rata-rata pemahaman konsep pada kelas eksperimen sebesar

= 0,688 dengan kategori sedang dan pada kelas kontrol sebesar

= 0,601 dengan kategori sedang. Ketuntasan kelas eksperimen sebesar 50 % dan kelas

kontrol sebesar 21 %. Hasil uji t pihak kanan menunjukkan bahwa �

pada taraf signifikasi 5%, artinya pemahaman konsep kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan uji

regresi linier sederhana menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara performance siswa dengan hasil pemahaman konsep siswa. Performance siswa berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.

ABSTRACT

Sari, W. Y. 2016. Learning by Using Project-Based Learning a s Performance Development Effort and Improvement Consept Understanding of Eighth Grade Junior High School Students . Skripsi, Physics Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Sema rang State University. First Advisor : Prof. Dr. Sarwi, M.Si . and Second Advisor: Drs. Ngurah Made Darma Putra., M.Si., Ph.D.

Keywords : Lea rning; Project-Based Lea rning; performance; Understanding concept.

The lack of performance and the concept understa nding of Indonesian students in science require improvement in learning. This study is an experimental research aims to determine whether Project-Based Lea rning (PjBL) can develop the performances and improve the concept understanding of eighth grade junior high school students. This research used quasi- experimental design with nonequivalent control group design. The population wa s all of class VIII students of SMP Negeri 1 Karanga wen. The sample wa s determined by purposive sampling technique. The experimental cla ss was cla ss

VIII G and the control class wa s class VIII H. The classes were given different treatments, the experimental class was taught using PjBL model while the control class was taught using Discovery model. Based on the gain test, an increase in performance of group work on the experimental class showed the

value of = 0,385 in moderate category, while the control class showed the value of g = 0,297 in low category. The improvement of performance of oral presentation wa s better than the control cla ss although both classes were at low category. The performance of collecting data in the experimental class showed higher average value than the control class, it has showed with

� . The result of pretest-posttest gain test showed an increase of average of concept understanding in the experimental class of

= 0,688 in moderate category and the control class of = 0,601 in moderate category. The experimental class completeness wa s 50 % and the

control class completeness wa s 21 %. The result of right side t-test showed that �

at 5 % significance level, it proved that the concept understanding of experimental class is better than the control cla ss. Based on the simple linear regression test showed that there is a strong relationship between the performance of students with the concept understanding of students' results. Performance of students a positive influence on students' concept understanding. The conclusion of this research is lea rning by using Project-Based Learning (PjBL) can develop performances and improve the concept understanding of eighth grade junior high school students.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional tersebut maka pendidikan sangat penting untuk dikembangkan, terutama dalam bidang sains. Melalui pendidikan diharapkan bangsa ini dapat mengikuti perkembangan dalam bidang sains dan teknologi yang semakin pesat. Bangsa Indonesia diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman dan berkompetisi dengan bangsa lain.

Ditengah pentingnya kemampuan sains saat ini, ditemukan fakta bahwa performance siswa Indonesia dalam bidang sains tergolong masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survei PISA ( Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa rata-rata skor sains siswa Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan dengan skor 382. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata skor sains siswa Indonesia masih di bawah rata-rata Ditengah pentingnya kemampuan sains saat ini, ditemukan fakta bahwa performance siswa Indonesia dalam bidang sains tergolong masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survei PISA ( Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa rata-rata skor sains siswa Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan dengan skor 382. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata skor sains siswa Indonesia masih di bawah rata-rata

Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Karangawen menunjukkan bahwa performance siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah. Hal ini karena proses pembelajaran IPA masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan buku LKS sebagai bahan ajar. Guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered ) dan siswa hanya menghafal materi. Siswa juga jarang melakukan praktikum dan presentasi sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

Selain itu, dalam proses transformasi pengetahuan antara guru dan siswa terkadang hanya dilakukan secara searah. Hal ini membuat siswa cepat lupa dengan materi yang sudah diberikan dan rendah dalam pemahaman konsep. Rendahnya pemahaman konsep siswa bisa terlihat dari hasil ulangan harian yang masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran IPA dikelas VIII yaitu 75. Hasil Ulangan Akhir Semester I kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 hanya 50 % siswa yang tuntas memenuhi KKM.

Salah satu cara untuk meningkatkan performance dan pemahaman konsep siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran dan metode yang tepat serta media yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan menghasilkan proses pembelajaran yang optimal.

Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini

model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Kemendikbud, 2014a: 85). Model pembelajaran PjBL adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berkualitas. Implementasi PjBL dapat meningkatan aktivitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan kreativitas (Purworini, 2006).

Sebagaimana hasil penelitian Munawaroh (2012), bahwa PjBL dapat diterapkan untuk membangun empat pilar pembelajaran, yaitu: (1) learning to know , (2) Learning to do , (3) Learning to live togather, dan (4) Learning to be.

Hal ini karena pembelajaran PjBL lebih bermakna dengan alat peraga yang dihasilkan sehingga ingatan siswa terhadap pembelajaran lebih tahan lama ( learning to know). PjBL mampu meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran (Learning to do). Hampir semua siswa bekerja secara kelompok dengan tidak membedakan kemampuan kognitif dan

jenis kelamin (Learning to live togather), sehingga pembahasan laporan kegiatan

menggunakan model PjBL lebih lengkap (Learning to be) dibandingkan pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran PjBL juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terutama kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khasanah ( 2015) yang menunjukkan bahwa model PjBL dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan performance siswa SMA dibandingkan dengan model Discovery . Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Boondee et al (2011) yang menyatakan bahwa model PjBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara individu.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ Pembelajaran Project-Based Learning sebagai Upaya Pengembangan Performance dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMP Kelas VIII”.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan pembelajaran project-based learning dapat mengembangkan performance siswa SMP kelas VIII?

2. Apakah penerapan pembelajaran project-based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMP kelas VIII?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

learning dapat mengembangkan performance siswa SMP kelas VIII pada materi cermin.

1. Menentukan apakah

pembelajaran

project-based

2. Menentukan apakah pembelajaran project-based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMP kelas VIII pada materi cermin.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

kepada pembaca apakah pembelajaran project-based learning dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pelaksanaan KBM pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran PjBL.

2) Meningkatkan motivasi belajar serta kerjasama diantara siswa.

3) Mengembangkan performance siswa dan meningkatkan pemahaman konsep fisika.

b. Bagi Guru

1) Mendapatkan pengalaman pengelolaan pembelajaran baru yang dapat 1) Mendapatkan pengalaman pengelolaan pembelajaran baru yang dapat

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas guru.

c. Bagi Peneliti

1) Sebagai referensi tentang model project-based learning yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya.

2) Hasil penelitian ini akan digunakan oleh peneliti sebagai referensi untuk mengajar.

1.5 Penegasan Istilah

1.5.1 Pembelajaran

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang (Huda, 2013: 2). Sedangkan, menurut Darsono sebagaimana dikutip oleh Hamdani (2011: 23), aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami dan menguasai materi yang dipelajari oleh siswa. Pada Penelitian ini pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan model project-based learning.

1.5.2 Project-Based Learning Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Proyek tersebut berfokus pada pemecahan masalah yang yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik (Kemendikbud, 2014a: 85). Tugas proyek dalam penelitian ini adalah pembuatan alat peraga sederhana yang menerapkan konsep cermin. Peserta didik diberikan jangka waktu tertentu untuk melaksanakan proyek, kemudian hasil produk yang dihasilkan akan digunakan sebagai alat praktikum.

1.5.3 Performance Performance jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kinerja.

Menurut Glencoe, sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 9), penilaian performance merupakan penilaian yang mengukur kinerja siswa dalam menciptakan sebuah produk tertentu atau menjelaskan suatu informasi tertentu.

Performance yang di ukur dalam penelitian ini adalah performance siswa selama proses pembelajaran. Terdapat tiga jenis performance dalam penelitian ini, diantaranya: performance of group work yang dinilai dalam kegiatan diskusi, performance of collecting data yang dinilai dalam kegiatan praktikum, dan performance of oral presentation yang dinilai dalam kegiatan presentasi.

1.5.4 Pemahaman konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian- Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

1.6.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

Bagian isi skripsi ini memuat lima bab sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori yang membahas tentang pembelajaran, model Project-Based Learning (PjBL), performance , pemahaman konsep siswa, tinjauan materi cermin, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian.

BAB 3 : Metode Penelitian Bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, desain penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, dan metode analisis data.

BAB 4 : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang perbandingan peningkatan performanc e dan pemahaman konsep antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Project-Based Learning (PjBL) dengan siswa yang diajar dengan model Discovery Learning .

BAB 5 : Penutup Bab ini berisi simpulan dan saran dari peneliti.

1.6.3 Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Hamdani, 2011: 23). Sedangkan, menurut Darsono sebagaimana dikutip oleh Hamdani (2011: 23), aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan segala usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami sesuatu yang sedang dipelajari.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Sanjaya (2006: 52) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Guru Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini

karena siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Selain itu guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran

(manager of learning) .

2. Faktor Siswa Faktor siswa terdiri dari aspek latar belakang siswa meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dan lain-lain. Sedangkan faktor sifat yang dimiliki siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.

3. Faktor Sarana dan Prasarana Kelengkapan sarana dan prasarana dapat membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Kelengkapan tersebut juga dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar, karena pada dasarnya siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.

4. Faktor Lingkungan Lingkungan belajar yang baik akan memungkinkan iklim belajar menjadi kondusif dan tenang sehingga berdampak pada motivasi belajar siswa. Apabila iklim belajar tidak tenang dan nyaman maka akan menghambat terjadinya proses pembelajaran di sekolah.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Menurut Piaget seperti dikutip oleh Rifa’i & Anni (2012: 170), terdapat tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Belajar Aktif Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari

dalam subyek belajar. Pengembangan kognitif anak dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, dalam subyek belajar. Pengembangan kognitif anak dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,

2. Belajar Lewat Interaksi Sosial Pada pelaksanaan pembelajaran perlu diciptakan suasana yang memungkinkan

terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik di antara sesama anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.

3. Belajar Lewat Pengalaman Sendiri Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada

pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri, maka perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme.

2.2 Project-Based Learning

2.2.1 Hakikat Project-Based Learning Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh

peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Kemendikbud, 2014a: 85). Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2014: 172), bahwa PjBL merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.

Pembelajaran PjBL berfokus pada penerapan fisika dalam pemecahan masalah sehingga melalui kegiatan-kegiatan proyek yang menantang dan menarik, siswa dapat mengembangkan ketrampilan mereka dalam memahami konsep (Yalҫin, et al., 2009). Hal serupa juga dikatakan oleh Thomas, sebagaimana dikutib oleh Wena (2009), bahwa kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

2.2.2 Karakteristik Project-Based Learning Sani (2014: 173) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa karakteristik

penting PjBL yang mempengaruhi proses pembelajaran, yakni sebagai berikut:

1. Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam pembelajaran.

2. Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif.

3. Proyek harus realistis.

4. Proyek direncanakan oleh siswa. Sementara itu, menurut Stripling, sebagaimana dikutip oleh Sani (2014: 173), karakteristik PjBL yang efektif adalah:

1. mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting;

2. merupakan proses inkuiri;

3. terkait dengan kebutuhan dan minat siswa;

4. berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri;

5. menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk;

6. terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik. Berdasarkan kedua pendapat tersebut , berikut ini digambarkan karakteristik penting PjBL.

Fokus pada

Proses Inkuiri

Berpusat pada Siswa

Bersifat Nyata/Autentik

Gambar 2.1 Karakteristik PjBL

2.2.3 Prinsip-Prinsip Project-Based Learning Menurut Thomas, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 145),

pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yakni sebagai berikut:

1. Prinsip sentralistis ( centrality ) Kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun ( driving question ) Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat

mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Menurut Clegg, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 146), kerja proyek sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa ( internal motivation ) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.

3. Prinsip investigasi konstruktif ( constructive investigation ) Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Prinsip otonomy ( autonomy ) Project-based learning dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam 4. Prinsip otonomy ( autonomy ) Project-based learning dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam

5. Prinsip realistis (realisme) Project-based learning harus dapat memberikan perasaan realistis kepada

siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa.

2.2.4 Tahapan Pelaksanaan Project-Based Learning Penelitian ini mengadopsi enam tahapan utama dalam project-based

learning yang dikemukakan oleh Sani (2014: 180). Tahapan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Penyajian permasalahan Pada tahap ini, guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan.

Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalah kehidupan sehari-hari yang membutuhkan investigasi.

2. Membuat perencanaan Pada tahap ini, guru melibatkan siswa dalam bertanya, membuat perencanaan, dan melengkapi rencana kegiatan pembuatan proyek. Rencana tersebut berupa rencana pelaksanaan proyek (meliputi: jadwal pelaksanaan, deskripsi kegiatan, dan petugas yang bertanggung jawab) dan rancangan proyek (meliputi: judul, tujuan, teori, alat dan bahan pembuatan alat peraga, langkah-langkah pembuatan 2. Membuat perencanaan Pada tahap ini, guru melibatkan siswa dalam bertanya, membuat perencanaan, dan melengkapi rencana kegiatan pembuatan proyek. Rencana tersebut berupa rencana pelaksanaan proyek (meliputi: jadwal pelaksanaan, deskripsi kegiatan, dan petugas yang bertanggung jawab) dan rancangan proyek (meliputi: judul, tujuan, teori, alat dan bahan pembuatan alat peraga, langkah-langkah pembuatan

3. Menyusun penjadwalan Siswa harus menyusun jadwal terkait alokasi waktu pelaksanaan proyek yang

disepakati bersama guru. Siswa mengajukan tahapan pengerjaan proyek dengan menetapkan acuan yang akan dilaporkan pada setiap pertemuan dikelas.

4. Memonitor pembuatan proyek Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa

selama menyelesaikan. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

5. Melakukan penilaian Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis

penilaian yang digunakan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan laporan proyek. Pada tahap ini, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas.

6. Evaluasi Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Secara umum, tahapan pembelajaran PjBL yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Guru Menyampaikan Topik yang Akan Dikaji, Tujuan Pembelajaran, Motivasi dan Kompetensi yang akan Dicapai

Guru Mengajukan Permasalahan dalam Bentuk Pertanyaan

Siswa Secara Berkelompok Menyusun Rencana Penyelesaian Guru Melakukan Penilaian

Proyek

Kelompok Membuat Proyek dengan Memahami Konsep Guru Melakukan Monitoring dan yang Terkait dengan Materi Pembelajaran

Penilaian

Setiap Kelompok Mempresentasikan Hasil Proyeknya di Guru Melakukan Penilaian Depan Kelas dan Ditanggapi oleh Kelompok Lain

Evaluasi (Refleksi Kegiatan Belajar)

Gambar 2.2 Tahapan Pembelajaran PjBL

2.2.5 Keuntungan dalam Project-Based Learning

Menurut Moursound, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 147), beberapa keuntungan dalam project-based learning antara lain sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi ( increa sed motivation ); (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah ( increa sed problem-solving ability ); (3) meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi ( improved library resea rch skills ; (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama

( increased collaboration ); dan (5) meningkatkan keterampilan untuk

mengorganisasikan proyek ( increa sed resource-management skills ).

2.3. Perbandingan Project-Based Learning dengan Discovery

Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda, yaitu project-based lea rning dan discovery learning . Berikut ini akan dipaparkan

perbedaan antara model project-based learning dan discovery learning . Tabel 2.1 Perbedaan antara model PjBL dengan discovery learning

No Segi Perbedaan

Project-Based Learning

Discovery Learning

1 Pengertian Model pembelajaran yang Proses pembelajaran yang

melibatkan suatu proyek dalam

penyampaian materinya

proses pembelajaran

disajikan secara tidak

(Kemendikbud, 2014a: 85).

lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep yang belum diketahuinya (Kurniasih & Sani, 2014: 64).

2 Tujuan Siswa mampu menyelesaikan Siswa mampu menemukan masalah

kontekstual/masalah konsep, hukum, atau nyata dengan pengetahuan yang prinsip dari materi ajar telah dimiliki.

melalui penyelidikan individu atau kelompok.

3 Masalah yang Masalah kontekstual yang dekat Hasil manipulasi guru digunakan

dengan kehidupan siswa

1. Stimulation (pemberian langkah

4 Langkah-

1. Start with the essential

rangsangan) pembelajaran

question (penyajian masalah)

2. Design a plan for the project 2. Problem statemen (Sintak)

(membuat perencanaan)

(pertanyaan/identifikasi

3. Create a schedule (menyusun

masalah)

penjadwalan)

3. Data collection

4. Monitor the students and

(pengumpulan data) progress of the project 4. Data processing

(memonitor pembuatan

(pengolahan data)

proyek)

5. Verification

5. Asses the outcome (pembuktian)

(melakukan penilaian)

6. Generalization (menarik

6. Evaluate the experience kesimpulan atau

(evaluasi)

generalisasi

2.4. Performance Siswa Performance jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kinerja.

Menurut Glencoe, sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 9), penilaian performance merupakan penilaian yang mengukur kinerja siswa dalam menciptakan sebuah produk tertentu atau menjelaskan suatu informasi tertentu. Penilaian kinerja dapat membantu dalam mengukur pengetahuan tetapi penilaian kinerja juga mencakup proses dan pemikiran tingkat tinggi.

Penilaian performance dalam penelitian ini adalah penilaian proses dengan metode observasi. Proses tersebut terdiri dari tiga jenis kegiatan utama, yaitu diskusi, praktikum, dan presentasi. Menurut Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 22), terdapat beberapa macam performance yang dapat dinilai dalam pembelajaran. Performance dalam diskusi dapat dinilai sebagai performance of group work (kerja kelompok), performance dalam praktikum dapat dinilai sebagai performance of collecting data (mengumpulkan data), dan performance dalam presentasi dapat dinilai sebagai performance of oral presentation (presentasi lisan). Secara rinci, performance tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Performance of group work Performance of group work diamati dalam kegiatan diskusi. Menurut Tarmudji (1996: 22), diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat,

pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang bergabung dalam kelompok untuk mencari atau memperoleh kebenaran. Menurut Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 22), terdapat beberapa kriteria performance task assesment sub group work seperti yang pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang bergabung dalam kelompok untuk mencari atau memperoleh kebenaran. Menurut Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 22), terdapat beberapa kriteria performance task assesment sub group work seperti yang

Standar

Sub Standar

Kriteria Performance Group Work 1. Siswa datang ke kelompok untuk kerja task assessment kelompok.

2. Tugas semua individu untuk kelompok selesai tepat waktu dan berkualitas.

3. Siswa berpartisipasi secara konstruktif.

4. Siswa mendorong siswa lain untuk berpartisipasi secara konstruktif.

5. Siswa menjadi pendengar aktif yang baik.

6. Posisinya didukung secara kuat dan bijaksana.

7. Siswa menyampaikan “tidak setuju” dengan cara yang menyenangkan.

8. Siswa dapat mencapai kompromi (dalam mengambil keputusan) bersama.

9. Siswa bertanggung jawab dalam membantu

kelompoknya untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan sesuai tujuan.

10. Hubungan positif sesama anggota ditingkatkan dalam kelompok.

Sumber : Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002: 169) Kriteria performance of group work dalam penelitian ini di adopsi dari pendapat Glencoe yang dikutip oleh Khasanah (2015:23). Beberapa kriteria tersebut diantaranya: (1) tugas semua individu untuk kelompok selesai tepat waktu dan berkualitas; (2) siswa berpartisipasi secara konstruktif; dan (3) siswa dapat mencapai kompromi (dalam mengambil keputusan) bersama.

2. Performance of collecting data Performance of collecting data dapat dapat diamati ketika siswa melakukan

eksperimen atau praktikum. Eksperimen merupakan suatu percobaan yang sistematis dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan eksperimen atau praktikum. Eksperimen merupakan suatu percobaan yang sistematis dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan

process : carrying out a strategy and collecting data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Kriteria Performance Task Assessment Sub Scientific Process :

Carrying Out A Strategy and Collecting Data.

Standar Sub Standar

Kriteria

Performance Scientifict 1. Memilih alat dan bahan yang tepat untuk Task process: mengumpulkan data. assessment carrying out 2. Menunjukkan ketrampilan menggunakan alat strategy and dan bahan dalam mengumpulkan data.

Collecting

3. Melakukan pengukuran berulang dan data mencatat data pengamatan.

4. Menggunakan alat yang aman dan benar.

5. Mengembalikan alat dan bahan dengan benar dan membersihkan area kerja.

6. Menggunakan strategi untuk meminimalkan kesalahan.

Sumber: Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002: 97) Kriteria performance of collecting data dalam penelitian ini diadopsi dari

pendapat Glencoe yang dikutip oleh Khasanah (2015: 4). Beberapa kriteria tersebut diantaranya: (1) Memilih alat dan bahan yang tepat untuk mengumpulkan data; (2) Menunjukkan ketrampilan menggunakan alat dan bahan dalam mengumpulkan data; (3) Melakukan pengukuran berulang dan mencatat; dan (4) Mengembalikan alat dan bahan dengan benar dan membersihkan area kerja.

3. Performance of oral presentation Performance of oral presentation dapat dinilai ketika siswa mempresentasikan 3. Performance of oral presentation Performance of oral presentation dapat dinilai ketika siswa mempresentasikan

25) menyebutkan beberapa kriteri performance task assessment sub communication products using scientific content : oral presentation seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Kriteria Performance Task Assessment Sub Communication Products

Using Scientific Content : Oral Presentation Standar

Sub Standar Kriteria Performance Communication Isi Task products using 1. Muatan konsep yang digunakan akurat. Assesment Scientific 2. Rincian pendukung untuk menjelaskan

content : oral konsep akurat Presentation 3. Kosa kata yang digunakan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan penonton

4. Visual Untuk mendukung presentasi seperti gambar, diagram, foto, video, diagram

dan alat peraga lainnya.yang digunakan tepat.

alir,

5. Terdapat awal yang jelas, sebuah badan terorganisasi, dan kesimpulan yang jelas.

Presentasi

6. Kualitas vokal seperti tingkat, volume, Artikulasi dan

antusiasme yang digunakan baik.

7. Humor yang digunakan positif dan tepat.

8. Bahasa tubuh seperti kontak mata, postur, dan gerakan tubuh yang digunakan efektif.

9. Pakaian rapi.

10. Pembicaraan memberikan waktu kepada penonton untuk berpikir.

11. Pembicara merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan. Sumber : Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002 : 143)

Kriteria penilaian performance of oral presentation dalam penelitian ini diadopsi dari pendapat Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 26). Kriteria tersebut meliputi kualitas isi dan kualitas presentasi, yaitu: (1) muatan konsep yang digunakan akurat; (2) visual untuk mendukung presentasi seperti Kriteria penilaian performance of oral presentation dalam penelitian ini diadopsi dari pendapat Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 26). Kriteria tersebut meliputi kualitas isi dan kualitas presentasi, yaitu: (1) muatan konsep yang digunakan akurat; (2) visual untuk mendukung presentasi seperti

2.5. Pemahaman Konsep

2.5.1 Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut Arikunto, sebagaimana dikutip oleh Karlina (2015: 25), pemahaman adalah salah satu aspek pada ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan dalam memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta dan konsep. Pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap atau mengerti maksud dari suatu konsep. Pemahaman adalah mengerti akan sesuatu hal dan mampu mengaplikasikannya karena pengetahuan yang telah dimiliki tidak hanya berada dalam pemikiran tetapi juga diterapkan. Sedangkan pengertian konsep menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008: 748) adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

Berdasarkan pengertian tersebut maka konsep dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih bersifat abstrak atau pemikiran untuk mengelompokkan ide- ide yang masih dalam angan-angan seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami pengetahuan- pengetahuan yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu Berdasarkan pengertian tersebut maka konsep dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih bersifat abstrak atau pemikiran untuk mengelompokkan ide- ide yang masih dalam angan-angan seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami pengetahuan- pengetahuan yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu

2.5.2 Indikator Pemahaman Konsep

Indikator pemahaman konsep menurut kurikulum 2006, sebagaimana dikutib oleh Kesumawati (2008), yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma (prosedur) pemecahan masalah.

2.6 Tinjauan Materi Cermin Penelitian ini terbatas pada penerapan model pembelajaran project-based learning untuk siswa kelas VIII pada materi cermin yang sesuai dengan standar kompetensi ke-6 mata pelajaran IPA SMP kelas VIII. Tepatnya pada kompetensi

dasar ke-3 yaitu menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Materi cermin dipilih karena memiliki karakteristik yang dasar ke-3 yaitu menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Materi cermin dipilih karena memiliki karakteristik yang

Cahaya dapat dipantulkan bila mengenai benda yang permukaannya bening, misalnya cermin. Cermin terbuat dari kaca yang salah satu permukaannya dilapisi dengan lembaran tipis aluminium atau perak. Ada tiga jenis cermin yang akan dibahas dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya merupakan bidang datar yang terbuat dari kaca. Di belakang kaca dilapisi logam tipis mengkilap sehingga tidak tembus cahaya. Berikut ini pembentukan bayangan pada cermin datar.

Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar melalui diagram sinar, titik-titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen (mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik potongnya merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen (menyebar).

S = Jarak benda terhadap cermin

S’ = Jarak bayangan terhadap cermin

Gambar 2.3 pembentukan bayangan pada cermin datar.

Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut:

a. Bayangan maya.

b. Bayangan sama tegak dengan bendanya.

c. Bayangan sama besar dengan bendanya.

d. Bayangan sama tinggi dengan bendanya. Banyaknya bayangan yang dihasilkan oleh dua buah cermin datar yang membentuk sudut dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

− n = jumlah bayangan = sudut antara dua cermin

(Karim et al ., 2008: 280-281; Kemendikbud, 2014b: 93; Pratiwi et al ., 2008: 369; Wasis & Irianto, 2008: 241).

2. Cermin Cekung

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya melengkung yang disebut juga lengkung sferis. Ada dua jenis cermin lengkung yaitu cermin silinder dan cermin bola. Cermin cekung dan cermin cembung merupakan contoh dari cermin bola.

Cermin cekung dan cembung dianggap sebagai irisan permukaan yang berbentuk bola. Cermin cekung merupakan irisan permukaan bola yang bagian mengkilapnya terdapat di dalam sedangkan irisan permukaan bola yang bagian mengkilapnya terdapat di luar adalah cermin cembung. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur pada cermin cekung dan cembung.

Gambar 2.4 Penampang melintang cermin cekung dan cembung Berdasarkan Gambar 2.4, maka kita dapat menentukan unsur-unsur cermin lengkung, yaitu sebagai berikut :

a. Pusat kelengkungan cermin

Pusat kelengkungan cermin merupakan titik di pusat bola yang diiris menjadi cermin. Pusat kelengkungan cermin biasanya disimbolkan dengan M.

b. Vertex Vertex merupakan titik di permukaan cermin dimana sumbu utama (OM)

bertemu dengan cermin dan di simbolkan O.

c. Titik api (titik fokus) Titik api adalah titik pertengahan antara vertex dan pusat kelengkungan cermin

dan disimbolkan dengan F.

d. Jari-jari kelengkungan cermin Jari-jari kelengkungan cermin adalah jarak dari vertex ke pusat kelengkungan cermin. Jari-jari kelengkungan cermin biasanya disimbolkan dengan R.

e. Jarak fokus Jarak fokus adalah jarak dari vertex ke titik api dan disimbolkan dengan f.

Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen. Ketika sinar- sinar sejajar dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen. Ketika sinar- sinar sejajar dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan

Gambar 2.5 Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantul (konvergen). Ketika sinar –sinar datang yang melalui titik fokus mengenai permukaan

cermin cekung, ternyata semua sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Akan tetapi, jika sinar datang dilewatkan melalui titik M (2R), sinar pantulnya akan dipantulkan ke titik itu juga. Pada cermin cekung terdapat beberapa sinar-sinar istimewa, diantaranya sebagai berikut:

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

Gambar 2.6 Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama pada cermin cekung

2) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Gambar 2.7 Pemantulan sinar datang melalui titik fokus cermin cekung

3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik itu juga.

Gambar 2.8 Pemantulan sinar datang melalui titik pusat kelengkungan

Melukis bayangan pada cermin cekung diperlukan minimal dua buah sinar istimewa. Akan tetapi, hasil akan lebih baik dan meyakinkan jika dilukis dengan tiga sinar istimewa sekaligus dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62