Cermin Cembung

3. Cermin Cembung

Pada cermin cembung, bagian mukanya berbentuk seperti kulit bola, tetapi bagian muka cermin cembung melengkung ke luar. Titik fokus cermin cembung berada di belakang cermin sehingga bersifat maya dan bernilai negatif.

Sifat-sifat cahaya pantul pada cermin cembung dapat di jelaskan sebagai berikut. Jika sinar datang sejajar sumbu utama mengenai cermin cembung, sinar pantul akan menyebar. Cermin cembung memiliki sifat menyebarkan sinar (divergen). Jika sinar-sinar pantul pada cermin cembung diperpanjang pangkalnya, sinar akan berpotongan di titik fokus (titik api) di belakang cermin. Pada perhitungan, titik api cermin cembung bernilai negatif karena bersifat semu.

Gambar 2.10 Cermin cembung akan menyebarkan sinar pantul (divergen) Pada cermin cembung terdapat beberapa sinar-sinar istimewa, diantaranya

sebagai berikut:

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.

Gambar 2.11 Pemantulan sinar datang sejajar dengan sumbu utama

2) Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Gambar 2.12 Pemantulan sinar datang menuju titik fokus

3) sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin cembung.

Gambar 2.13 Pemantulan sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin cembung.

Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya dan berada dibelakang cermin.

Gambar 2.14 Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya, tergak, dan diperkecil.

Benda yang diletakkan di depan cermin cembung akan selalu menghasilkan bayangan di belakang cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil. Rumus-rumus yang berlaku untuk cermin cekung juga berlaku untuk cermin cembung. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu titik fokus F dan titik pusat kelengkungan cermin M untuk cermin cembung terletak dibelakang cermin. Oleh karena itu, dalam menggunakan persamaan cermin cembung jarak fokus (f) dan jari-jari cermin (R) selalu dimasukkan bertanda negatif.

Pada persamaan ini ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu pada cermin cembung harga f dan R bertanda negatif (-) (Karim et al ., 2008: 287-288; Kemendikbud, 2014b: 98).

2.7 Kerangka Berpikir Performance siswa Indonesia dalam bidang sains masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survei PISA ( Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa Rata-rata skor sains siswa Indonesia

menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan (OECD, 2013). Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1Karangawen menunjukkan hal yang serupa, bahwa performance dan pemahaman konsep siswa masih rendah. Hal ini karena proses pembelajaran IPA masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan buku LKS sebagai bahan ajar. Guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered ) dan siswa hanya menghafal materi. Siswa juga jarang melakukan praktikum dan presentasi sehingga pembelajaran terkesan membosankan. Hal ini membuat siswa cepat lupa dengan materi yang sudah diberikan dan rendah dalam pemahaman konsep.

Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini akan berakibat pada meningkatnya kinerja (performance) siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir pembelajaran yang bersifat teacher centered dan pembelajaran akan beralih menjadi student centered. Salah satu

model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Penelitian ini menggunakan model PjBL dalam pembelajaran materi cahaya.

Model PjBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proyek tertentu dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pemberian pengalaman langsung dapat melatih siswa dalam mengkontruksi, memahami, dan menerapkan konsep untuk menghasilkan suatu produk. Tugas proyek dalam penelitian ini adalah pembuatan alat praktikum dan investigasi dalam kehidupan Model PjBL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proyek tertentu dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pemberian pengalaman langsung dapat melatih siswa dalam mengkontruksi, memahami, dan menerapkan konsep untuk menghasilkan suatu produk. Tugas proyek dalam penelitian ini adalah pembuatan alat praktikum dan investigasi dalam kehidupan

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Performance siswa Indonesia dalam bidang sains masih rendah. Rata-rata skor sains siswa Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan

(OECD, 2013)

Hasil Observasi di SMP Negeri 1 Karangawen:

1. Pembelajaran IPA masih menggunakan model konvensional, dimana guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered).

2. Kasus:

a. Performance siswa dalam bidang sains kurang optimal

b. Pemahaman konsep siswa masih rendah

PjBL merupakan PjBL melatih siswa active learning yang

mengkonstruksi,

Alternatif solusi: menerapkan

dapat memberikan memahami, dan

model project-based learning

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62