Analisis Data Akhir (Uji Hipotesis)

3.5.6 Analisis Data Akhir (Uji Hipotesis)

Analisis uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS 16.

3.5.6.1 Analisis Korelasi

Analisis korelasi Product Moment adalah analisis untuk mengukur ke- eratan secara linier antara dua variabel yang mempunyai distribusi data normal. Rumus korelasi Product Moment yang digunakan yaitu sebagai berikut.

𝑵𝜮 𝑿𝒀− 𝜮𝑿 (𝜮𝒀)

r xy =

𝑵𝑿 𝟐 − 𝜮𝑿 𝟐 𝑵𝜮𝒀 𝟐 − 𝜮𝒀 𝟐

Keterangan: r xy = Koefisien korelasi product moment

X = Angka mentah untuk variabel x Y = Angka mentah untuk variabel y XY = Product dari X dan Y N = Jumlah individu dalam sampel

Langkah perhitungan dengan menggunakan SPSS 16 yaitu: klik Analyze > Correlate > Bivariate > Masukkan variabel X dan Y > Klik OK (Priyatno, 2017:140). Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Hasil korelasi yang sempurna sebesar -1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam perhitungan. Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut mempunyai arah korelasi negatif. Bila angka indeks korelasi diberi tanda (+) atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.13 Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399

Sangat kuat (Sugiyono, 2014: 231)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut.

KP = r 2 x 100 %

Keterangan: KP = nilai koefisien determinan R = nilai koefisien korelasi

3.5.6.2 Korelasi Ganda

Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2014: 231).

Gambar 3.2 Korelasi Ganda

Keterangan:

X 1 = Pola Komunikasi Orangtua

X 2 = Latar Belakang Pendidikan Orangtua Y = Hasil Belajar Siswa R = Korelasi Ganda

(Sugiyono, 2014:232). Korelasi ganda merupakan hubungan secara bersama-sama antara X 1 ,X 2 , dan Y. Pada penelitian ini, yang merupakan X 1 adalah pola komunikasi orangtua,

X 2 merupakan latar belakang pendidikan orangtua, dan Y adalah hasil belajar siswa.

Analisis korelasi berganda untuk menentukan suatu besaran yang menyata- kan seberapa kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada antara -1 dan 1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-), atau (- 1 ≤ r ≤ +1), artinya jika: (1) r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif); (2) r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negatif (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif); dan (3) r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.

Penentuan koefisien korelasi ganda dua prediktor (r) dalam penelitian ini menggunakan rumus berikut:

(Sugiyono, 2013:286) Jadi untuk dapat menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya dulu melalui korelasi Product Moment dari pearson. Langkah dengan menggunakan SPSS 16 yaitu: Analyze > Correlate > Bivariate >

Masukkan variabel X 1 ,X 2 dan Y > Klik OK (Priyatno, 2017:140).

3.5.6.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana menurut Sugiyono (2014:261) didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah.

Keterangan: Ŷ

= subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = harga Y ketika harga X=0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Langkah untuk menghitung regresi linier sederhana menggunakan SPSS 16

yaitu: Analyze > Regression > Linear > Masukkan variabel pola komunikasi (X 1 ) dan latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) pada kotak Independent List secara bergantian dan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List > klik tombol Statistics. Centang pada Collinearity diagnostics dan Durbin-Watson > klik Continue. Klik Plots > Klik *SRESID pada kotak Y, dan klik *ZPRED masukkan ke kotak X > klik Continue > OK (Priyatno, 2017:153).

3.5.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi ganda menurut Sugiyono (2014: 275) digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Data analisis regresi berganda, ada beberapa langkah uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas, uji lineritas, dan uji multikolinieritas. Selanjutnya, model persamaan regresi untuk dua prediktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2

Keterangan: Y

= Hasil Belajar IPS

X 1 = Pola Komunikasi Orangtua

X 2 = Latar Belakang Pendidikan Orangtua

a = Harga Y apabila X = 0 (harga konstan)

b 1 b 2 = koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan.

Langkah untuk menghitung regresi linier sederhana menggunakan SPSS 16 yaitu: Analyze > Regression > Linear > Masukkan variabel pola komunikasi (X 1 ) dan latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) pada kotak Independent List secara bersamaan dan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List > klik tombol Statistics. Centang pada Collinearity diagnostics dan Durbin-Watson > klik Continue. Klik Plots > Klik *SRESID pada kotak Y, dan klik *ZPRED masukkan ke kotak X > klik Continue > OK (Priyatno, 2017:171).

3.5.6.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi yang dikali- kan dengan 100%. Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y serta untuk mengetahui se- berapa besar variabel X mempunyai kontribusi dan ikut menentukan variabel Y. Untuk menghitung koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus.

KD = r 2 x 100%

Keterangan: KD

= nilai koefisien determinasi r

= nilai koefisien korelasi (Riduwan, 2005:224)

3.5.6.6 Uji Signifikansi

Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang hubungan antara variabel X dengan variabel Y, pengujian signifikansi menggunakan korelasi product moment secara praktis, dapat langsung mengkonsultasikan r hitung pada r tabel product moment (Sugiyono, 2016:258).

Ketentuannya apabila r hitung lebih kecil dari r tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.Tetapi sebaliknya apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung >r tabel ) maka Ha diterima, artinya signifikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Gugus Moh Syafei merupakan salah satu gugus yang terletak di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Gugus Moh Syafei terdapat 6 SD, kelima SD tersebut menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan satu SD menggunakan kurikulum 2013. Guru yang mengajar dikelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang telah menempuh pendidikan S1 meskipun dilihat dari pengalaman mengajarnya setiap guru berbeda-beda. Jika dilihat dari sarana dan prasarananya secara keseluruhan setiap SD hampir sama, akan tetapi ada beberapa SD yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup me- madahi misalnya ada beberapa sekolah sudah tersedia LCD sebagai penunjang pembelajaran dikelas, meskipun belum ada di setiap kelasnya. Populasi dalam pe- nelitian ini berjumlah 153 dari 6 SD yang berada di Gugus Moh Syafei, sedang- kan subjek dalam penelitian ini berjumlah 105 responden yang merupakan siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Uji instrumen diambil dari SD yang berada dalam populasi Gugus penelitian yang tidak dijadikan sampel yaitu SD Klepu 03.

4.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data-data dari masing-masing variabel penelitian yaitu variabel bebas (X) dan varibel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pola komunikasi orangtua (X 1 ) dan latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ), sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Hasil analisis deskriptif dari masing-masing variabel sebagai berikut.

4.1.2.1 Analisis Deskriptif Pola Komunikasi Orangtua

Data penelitian tentang pola komunikasi orangtua berasal dari skor jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam angket pola komunikasi orangtua. Variabel pola komunikasi orangtua ter- diri dari 5 indikator antara lain (1) keterbukaan berkomunikasi; (2) sikap empati; (3) perilaku suportif; (4) sikap postitif; dan (5) kesetaraan pengalaman.

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang memiliki kecenderungan kategori baik dengan persentase 66,7%, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pola Komunikasi Orangtua Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Sangat baik

100% Sumber : Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pola komunikasi orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang me- miliki kecenderungan skor angket dalam kategori baik yaitu dengan persentase 66,7%, dapat diartikan bahwa pola komunikasi orangtua siswa baik, ada manfaat seiring baiknya komunikasi antara siswa dengan orangtua. Data hasil penelitian pola komunikasi orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang disajikan dalam bentuk diagram frekuensi pada gambar 4.1 berikut.

Kategori Hasil Angket Pola Komunikasi Orangtua dan Siswa Kelas V

Sangat Baik 261-320

80 Baik 60

201-260 40

Cukup 20 141-200

Kurang Sangat Baik

81-140 261-320

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Variabel Pola Komunikasi Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Secara lebih rinci gambaran tentang pola komunikasi orangtua siswa kelas

V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang hasil analisis deskriptif dari masing-masing indikator sebagai berikut.

1. Keterbukaan Berkomunikasi Keterbukaan berkomunikasi merupakan bagian dari pola komunikasi orangtua, semakin banyak waktu yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi maka semakin baik pula pesan dapat tersampaikan dengan baik antara penyampai pesan dan penerima pesan. Agar memiliki pola komunikasi yang baik maka 1. Keterbukaan Berkomunikasi Keterbukaan berkomunikasi merupakan bagian dari pola komunikasi orangtua, semakin banyak waktu yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi maka semakin baik pula pesan dapat tersampaikan dengan baik antara penyampai pesan dan penerima pesan. Agar memiliki pola komunikasi yang baik maka

Tabel 4.2 Interpretasi Skor Keterbukaan Berkomunikasi

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.2 terdapat 17 siswa (16,2%) berada pada kategori baik, 65 siswa (61,9%) berada pada kategori cukup, dan 23 siswa (21,9%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data pada indikator keterbuka- an berkomunikasi berada pada kategori cukup.

2. Sikap Empati Sikap empati dari pola komunikasi orangtua yang berfungsi untuk me- numbuhkan motivasi anak. Berikut merupakan interpretasi skor dari indikator kedua dari pola komunikasi orangtua.

Tabel 4.3 Interpretasi Skor Sikap Empati

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.3 terdapat 11 siswa (10,4%) berada pada kategori baik, 72 siswa (68,6%) berada pada kategori cukup, dan 22 siswa (21%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data indikator sikap empati berada pada kategori cukup, artinya kepedulian siswa terhadap orangtua begitu pula sebaliknya sudah cukup baik sehingga mampu meningkatkan pola komunikasi orangtua pada siswa.

3. Perilaku Suportif Perilaku suportif merupakan bagian dari pola komunikasi orangtua, dengan saling mendukung kegiatan positif, diharapkan mampu meningkatkan kualitas diri dari semua yang terlibat dalam komunikasi dan timbul saling percaya. Berikut merupakan interpretasi skor dari indikator ketiga dari pola komunikasi orangtua.

Tabel 4.4 Interpretasi Skor Perilaku Suportif

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.4 terdapat 10 siswa (9,5%) berada pada kategori baik, 76 siswa (72,4%) berada pada kategori cukup, dan 19 siswa (18,1%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data indikator perilaku suportif berada pada kategori cukup artinya ada dukungan yang cukup baik yang didapat anak ketika berkomunikasi dengan orangtua begitu pula sebaliknya.

4. Sikap Positif Sikap positif merupakan bagian dari pola komunikasi orangtua, pihak yang berkomunikasi harus memiliki perasaan dan pikiran positif agar terjalin suatu kerjasama maka seseorang yang berkomunikasi akan memahami pesan yang di- sampaikan dengan memberikan penjelasan secukupnya sesuai dengan karakter pihak yang berkomunikasi. Berikut merupakan interpretasi skor dari indikator ke- empat dari pola komunikasi orangtua.

Tabel 4.5 Interpretasi Skor Sikap Positif

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.5 terdapat 11 siswa (10,5%) berada pada kategori baik, 71 siswa (67,6%) berada pada kategori cukup, dan 23 siswa (21,9%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data indikator sikap positif berada pada kategori cukup artinya sikap positif siswa sudah cukup baik ketika berkomunikasi dengan orangtua, begitu juga sebaliknya.

5. Kesetaraan Pengalaman Kesetaraan pengalaman merupakan bagian dari pola komunikasi orangtua, dengan kesetaraan pengalaman maka yang terlibat dalam komunikasi akan merasa saling memerlukan untuk menciptakan suasana komunikasi yang akrab dan nyaman. Berikut merupakan interpretasi skor dari indikator kelima dari pola komunikasi orangtua.

Tabel 4.6 Interpretasi Skor Kesetaraan Pengalaman

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.6 terdapat 10 siswa (9,5%) berada pada kategori baik, 74 siswa (70,5%) berada pada kategori cukup, dan 21 siswa (20%) berada pada kategori kurang. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan data indikator kesetaraan pengalaman berada pada kategori cukup artinya kesetaraan pengalaman siswa sudah cukup baik ketika berkomunikasi dengan orangtua, begitu juga sebaliknya. Jenis pola komunikasi yang banyak digunakan yaitu pola komunikasi model interaksional yang menganggap bahwa interaksi yang terjadi, berlangsung timbal balik secara aktif dan efektif melalui penyampaian pesan antar anggota komunikasi. Pola komunikasi yang berbeda berdampak pada kualitas hasil belajar yang berbeda. Pola komunikasi stimulus respon dan pola ABX berdampak pada komunikasi siswa yang pasif, sehingga komunikasi hanya berasal dari orangtua.

4.1.2.2 Analisis Deskriptif Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi jenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orangtua dewasa yang mendampingi selama belajar yang berstatus sebagai wali siswa di kelas V SD Gugus Moh Syafei Kabupaten Semarang yang terdiri dari tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah

Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT). Berikut merupakan data perolehan hasil dokumentasi latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dikategorikan menjadi 4 kategori, sebagai berikut.

Tabel 4.7 Interpretasi Skor Latar Belakang Pendidikan Orangtua Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang

4 Sangat Baik

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

Jumlah

Tabel 4.7 terdapat 4 kategori yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas V, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan rendah, yang mana keempat kriteria tersebut memiliki kelas interval masing-masing. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dokumentasi latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yaitu, 5 orangtua siswa (4,8%) dengan kategori sangat baik, 42 orangtua siswa (40%) dengan kategori baik, 35 orangtua siswa (33,3%) dengan kategori cukup, dan 23 orangtua siswa (21,9%) dengan kategori rendah. Berdasarkan data tersebut, kecenderungan rekapitulasi hasil latar belakang pendidikan orangtua siswa berada pada kategori baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut.

Kategori Hasil Dokumentasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua Siswa Kelas V

Sangat Baik 4

Rendah Sangat Baik

Gambar 4.2 Frekuensi Variabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

4.1.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Hasil Belajar IPS

Data penelitian tes hasil belajar muatan IPS, KD 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan KD

2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan kognitif C1, C2, dan C3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Kategori Hasil Tes Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus Moh Syafei

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

Sangat Baik

Sangat Kurang

100% Sumber: Data penelitian yang diolah, 2018.

105

Tabel 4.8 menunjukkan tes hasil belajar IPS dalam kategori sangat baik terdapat 11 siswa (>89), kategori baik terdapat 35 siswa (75-88), kategori cukup terdapat 23 siswa (65-76), kategori kurang terdapat 21 siswa (53-64), dan kategori sangat kurang terdapat 15 siswa (<52). Kecenderungan data hasil belajar IPS berada pada kategori baik artinya hasil belajar IPS siswa sudah cukup baik pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, pada ranah kognitif C1, C2, dan C3. Data tes hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei dapat dilihat dalam bentuk diagram frekuensi pada gambar 4.3 berikut ini.

Hasil Belajar IPS

Sangat Baik 35

Cukup 65-76

15 Kurang

10 53-64 5

Sangat Kurang <52

Gambar 4.3 Frekuensi Variabel Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Gambar 4.3 menunjukkan tes hasil belajar siswa pada muatan IPS kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus yang tergolong variatif. Tes hasil belajar IPS yang termasuk kategori sangat baik terdapat 11 siswa dengan Gambar 4.3 menunjukkan tes hasil belajar siswa pada muatan IPS kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus yang tergolong variatif. Tes hasil belajar IPS yang termasuk kategori sangat baik terdapat 11 siswa dengan

4.1.3 Uji Prasyarat Analisis

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk memastikan data setiap variabel yang di- analisis berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan program SPSS versi 16. Mengacu pada pendapat Priyatno (2017:92) langkah uji tersebut yaitu Analyze > Nonparametric Test > 1 Sampel K- S. Setelah terbuka kota dialog One Sample Kolmogorov-Smirnov Test . Masukkan variabel pola komunikasi, latar belakang pendidikan orangtua dan hasil belajar IPS siswa ke kotak Test Variable Test, lalu klik OK. Harga signifikansi dapat dilihat pada Asymp Sig 2-tailed. Hasil per- hitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Latar Belakang

Pola

Pendidikan

Orangtua Hasil Belajar N

Normal Parameters a Mean

.86040 16.53257 Most Extreme Differences

Std. Deviation

-.248 -.125 Kolmogorov-Smirnov Z

Negative

2.536 1.285 Asymp. Sig. (2-tailed)

.062 .074 a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa hasil perhitungan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai 2-tailed significance untuk variabel pola komunikasi sebesar 0,456; variabel latar belakang pendidikan sebesar 0,062 dan variabel hasil belajar IPS sebesar 0,069. Ketiga variabel memiliki nilai 2-tailed significance yang lebih besar dari 0,05. Sesuai dengan kriteria yang telah di- tentukan, apabila nilai signifikansi p> 0,05, maka dapat diketahui bahwa data tentang pola komunikasi orangtua, latar belakang pendidikan orangtua, dan hasil belajar IPS berdistribusi normal.

4.1.3.2 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui dua variabel yang dikaji mem- punyai hubungan yang linier atau tidak. Pada penelitian ini perhitungan uji linieritas menggunakan Test For Linierity dengan bantuan program SPSS versi

16. Langkahnya yaitu Klik Analyze > Compare means > Means. Masukkan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List, sementara variabel pola komunikasi (X 1 ) dimasukkan pada kotak Independent List secara bergantian. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian Test for Linearity. Pilih continue lalu OK. Begitu pula untuk X 2 , masukkan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List, sementara variabel latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) dimasukkan pada kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan meng- aktifkan bagian Test for Linearity. Pilih continue lalu OK (Priyatno, 2017:97). Kriteria pengujian linieritas adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier. Hasil per- hitungan uji linieritas dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 berikut.

Tabel 4.10 Uji Linieritas Pola Komunikasi Orangtua dan Hasil Belajar IPS

ANOVA Table

Sum of

Mean

df Square F Sig. Hasil Belajar

from Linearity Within Groups

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa signifikasi (Linierity) yang diperoleh sebesar 0,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh kurang dari 0,05 yang berarti data linier, maka dapat diartikan bahwa hubungan antara pola komunikasi orangtua dengan hasil belajar IPS adalah linier.

Tabel 4.11 Uji Linieritas Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa

ANOVA Table

Sum of

Mean

Df Square F Sig. Hasil Belajar *

Squares

3 4371.246 28.833 .000 Latar Belakang

Deviation from

Linearity Within Groups

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa signifikasi (Linierity) yang diperoleh se- besar 0,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikasi yang diperoleh kurang dari 0,05 yang berarti data linier, maka dapat diartikan bahwa hubungan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS adalah linier.

4.1.4 Analisis Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji korelasi Product Moment , uji signifikasi, dan koefisien determinasi. Perhitungan tersebut bertujuan untuk menyimpulkan dan memberikan kebenaran dari hipotesis yang dirumuskan.

Adapun rumusan hipotesis yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Ha 1 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola komunikasi orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

Ha 2 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

Ha 3 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. Membuktikan kebenaran hipotesis, dilakukan uji analisis akhir sebagai

berikut.

4.1.4.1 Uji Korelasi

Uji korelasi dalam penelitian ini mengunakan analisis korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Langkah perhitungannya yaitu: klik Analyze > Correlate > Bivariate > Masukkan variabel X dan Y > Klik OK (Priyatno, 2017:140). Hasil perhitungan analisis korelasi Product Moment berupa nilai r hitung untuk mengetahui hubungan antar variabel. Besarnya angka indeks Uji korelasi dalam penelitian ini mengunakan analisis korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Langkah perhitungannya yaitu: klik Analyze > Correlate > Bivariate > Masukkan variabel X dan Y > Klik OK (Priyatno, 2017:140). Hasil perhitungan analisis korelasi Product Moment berupa nilai r hitung untuk mengetahui hubungan antar variabel. Besarnya angka indeks

Tabel 4.12 Uji Korelasi Pola Komunikasi Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa

Correlations

Pola Komunikasi

Hasil Belajar Pola Komunikasi

Pearson Correlation

1 .734 **

Sig. (2-tailed)

.000

105

105 Hasil Belajar ** Pearson Correlation .734 1

Sig. (2-tailed)

.000

105 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

105

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12, diperoleh angka indeks korelasi (r hitung ) sebesar 0,734 yang artinya ada korelasi atau hubungan dengan tingkat kuat antara pola komunikasi orangtua dengan hasil belajar IPS.

Tabel 4.13 Uji Korelasi Variabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa

Correlations

Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Hasil Belajar Latar Belakang Pendidikan

1 .670 ** Orangtua

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

.000

105 105 Hasil Belajar ** Pearson Correlation .670 1

Sig. (2-tailed)

.000

105 105 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13, diperoleh angka indeks korelasi (r hitung ) sebesar 0,670 yang artinya ada korelasi atau hubungan dengan tingkat kuat antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS.

Langkah perhitungan dengan menggunakan SPSS 16 yaitu: Analyze > Correlate > Bivariate > Masukkan variabel X 1 , X 2 dan Y > Klik OK (Priyatno, 2017:140). Adapun hasil perhitungan analisis korelasi ganda antara variabel X 1 (pola komunikasi orangtua) dan X 2 (latar belakang pendidikan orangtua) terhadap Y (hasil belajar IPS) dapat dilihat pada tabel 4.14. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.14, diperoleh angka indeks korelasi (r hitung ) sebesar 0,600 yang artinya ada korelasi atau hubungan yang kuat antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS.

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Ganda

Correlations

Latar Belakang

Pola

Pendidikan

Orangtua Hasil Belajar Pola Komunikasi

Komunikasi

Pearson Correlation 1 .600 ** .734 ** Sig. (2-tailed)

.000 .000 N

105 105 Latar Belakang

Pearson Correlation .600 ** 1 .670 ** Pendidikan

.000 Orangtua N

Sig. (2-tailed)

Hasil Belajar ** Pearson Correlation .734 .670 1 Sig. (2-tailed)

105 105 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh pendapat Slameto (2010:60) bahwa hasil belajar dari luar dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), Hasil penelitian tersebut didukung oleh pendapat Slameto (2010:60) bahwa hasil belajar dari luar dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan),

4.1.4.2 Uji Signifikasi

Uji signifikasi digunakan untuk menguji hubungan antara variabel X dan variabel Y signifikan atau tidak. Hasil uji signifikasi menunjukkan bahwa Ha 1 di- terima karena r hitung sebesar 0,734 lebih besar dari r tabel product moment sebesar 0,195 pada taraf signifikansi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pola komunikasi orangtua dengan hasil belajar IPS adalah signifikan.

Hasil uji signifikasi pada Ha 2 menunjukkan bahwa Ha 2 diterima karena r hitung sebesar 0,670 lebih besar dari r tabel product moment sebesar 0,195 pada taraf signifikansi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS adalah signifikan. Uji signifikan

pada korelasi berganda yaitu X 1 dan X 2 dengan Y menunjukkan bahwa Ha 3 di- terima karena r hitung sebesar 0,600 lebih besar dari r tabel product moment sebesar 0,195 pada taraf signifikansi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS adalah signifikan.

4.1.4.3 Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen (X) serentak terhadap variabel dependen (Y). Untuk memudahkan dalam penghitungan koefisien determinasi maka menggunakan bantuan program SPSS versi 16 pada rumus regresi linear pada nilai R square dari tabel model summary. Langkah untuk Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen (X) serentak terhadap variabel dependen (Y). Untuk memudahkan dalam penghitungan koefisien determinasi maka menggunakan bantuan program SPSS versi 16 pada rumus regresi linear pada nilai R square dari tabel model summary. Langkah untuk

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

11.28768 1.841 a. Predictors: (Constant), Pola Komunikasi

1 .734 a .538

b. Dependent Variable: Hasil Belajar

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determine, dinyatakan bahwa nilai koefisien diperoleh sebesar 53,8%. Hal ini mengandung pengertian bahwa pola komunikasi orangtua berkontribusi dan ikut menentukan hasil belajar IPS siswa sebesar 53,8% dan 46,2% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Faktor lain tersebut antara lain pola komunikasi yang cenderung tinggi intensitasnya namun tidak berkualitas, sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Abid Delizea Harizta, dan Jati Ariati pada tahun 2017 yang berjudul “Hubungan antara

Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua

Tabel 4.16 Koefisien Determinasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

12.33653 1.468 a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pendidikan Orangtua b. Dependent Variable: Hasil Belajar

1 .670 a .449

Langkah untuk menghitung regresi linier sederhana menggunakan SPSS 16 yaitu: Analyze > Regression > Linear > Masukkan variabel latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) pada kotak Independent List dan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List > klik tombol Statistics. Centang pada Collinearity diagnostics dan Durbin-Watson > klik Continue. Klik Plots > Klik *SRESID pada kotak Y, dan klik *ZPRED masukkan ke kotak X > klik Continue > OK (Priyatno, 2017:153). Berdasarkan data hasil perhitungan koefisien determine, dinyatakan bahwa nilai koefisien diperoleh sebesar 44,9%. Hal ini mengandung pengertian bahwa latar belakang pendidikan orangtua berkontribusi dan ikut menentukan hasil belajar IPS siswa sebesar 44,9% dan 55,1% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya, seperti anak dengan pendidikan orangtua rendah mampu memperoleh nilai yang baik, karena ikut serta dalam program bimbingan belajar. Adapula dalam penelitian ditemukan, tiga anak dengan pendidikan Langkah untuk menghitung regresi linier sederhana menggunakan SPSS 16 yaitu: Analyze > Regression > Linear > Masukkan variabel latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) pada kotak Independent List dan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List > klik tombol Statistics. Centang pada Collinearity diagnostics dan Durbin-Watson > klik Continue. Klik Plots > Klik *SRESID pada kotak Y, dan klik *ZPRED masukkan ke kotak X > klik Continue > OK (Priyatno, 2017:153). Berdasarkan data hasil perhitungan koefisien determine, dinyatakan bahwa nilai koefisien diperoleh sebesar 44,9%. Hal ini mengandung pengertian bahwa latar belakang pendidikan orangtua berkontribusi dan ikut menentukan hasil belajar IPS siswa sebesar 44,9% dan 55,1% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya, seperti anak dengan pendidikan orangtua rendah mampu memperoleh nilai yang baik, karena ikut serta dalam program bimbingan belajar. Adapula dalam penelitian ditemukan, tiga anak dengan pendidikan

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tety Nur Cholifah, I Nyoman Sudana Degeng, Sugeng Utaya pada tahun 2016 yang berjudul “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Kelas IV SD Kecamatan Sananwetan Kota Blitar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara latar belakang tingkat pendidikan orangtua terhadap hasil belajar siswa dengan nilai R 67,6%, ada pengaruh positif dan signifikan antara gaya belajar terhadap hasil belajar siswa dengan nilai R 66,0%, (3) ada pengaruh dan signifikan antara latar belakang tingkat pendidikan orangtua dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa 56,3%, sedangkan sisanya yaitu 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Sedangkan untuk koefisien determinasi pada korelasi berganda X 1 (pola komunikasi orangtua) dan X 2 (latar belakang pendidikan orangtua) terhadap Y (hasil belajar IPS) pada tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi Orangtua dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

10.28345 1.804 a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pendidikan Orangtua, Pola Komunikasi b. Dependent Variable: Hasil Belajar

1 .788 a .621

Langkah untuk menghitung regresi linier sederhana menggunakan SPSS

16 yaitu: Analyze > Regression > Linear > Masukkan variabel pola komunikasi (X 1 ) dan latar belakang pendidikan orangtua (X 2 ) pada kotak Independent List secara bersamaan dan variabel hasil belajar IPS (Y) pada kotak Dependent List > klik tombol Statistics. Centang pada Collinearity diagnostics dan Durbin-Watson > klik Continue. Klik Plots > Klik *SRESID pada kotak Y, dan klik *ZPRED masukkan ke kotak X > klik Continue > OK (Priyatno, 2017:171). Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determine, dinyatakan bahwa nilai koefisien diperoleh sebesar 62,1%. Hal ini mengandung pengertian bahwa pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua berkontribusi dan ikut menentukan hasil belajar IPS siswa sebesar 62,1% dan 37,9% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemaknaan Temuan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan populasi berjumlah 153 siswa dan sampel berjumlah 105. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment. Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum uji korelasi yaitu distribusi data harus normal (uji normalitas) dan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau terdapat Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan populasi berjumlah 153 siswa dan sampel berjumlah 105. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment. Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum uji korelasi yaitu distribusi data harus normal (uji normalitas) dan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau terdapat

Berdasarkan hasil analisis deskriptif skor angket pola komunikasi orangtua siswa dari 105 siswa diketahui bahwa 32 siswa (30,5%) mendapatkan kategori sangat baik, 70 siswa (66,7%) mendapatkan kategori baik, 3 siswa (2,8%) men- dapatkan kategori cukup, dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori kurang. Berdasarkan analisis deskriptif tersebut, pola komunikasi orangtua siswa dengan tingkat kategori baik mempunyai frekuensi yang paling banyak. Hal ini berarti sebagian besar siswa mempunyai pola komunikasi yang baik dengan orangtua. Artinya keterbukaan orangtua terhadap masalah umum yang dihadapi anak, sikap memahami perasaan untuk menumbuhkan motivasi belajar anak, perilaku men- dukung kegiatan positif anak, dan kesetaraan pengalaman komunikasi karena orangtua merasa pernah mengalami di posisi anak sudah baik. Demikan halnya dengan hasil penelitian sebesar 53,8% dapat diartikan bahwa pola komunikasi yang ada sudah mendukung kegiatan belajar siswa. Pola komunikasi orangtua yang mendukung tentunya akan membangkitkan semangat belajar siswa. Menurut Djamarah (2017:1) pola komunikasi adalah pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Semakin tinggi pola komunikasi orangtua yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi juga hasil belajar yang dapat diraih.

Hasil analisis deskriptif hasil dokumentasi latar belakang pendidikan orangtua siswa dari 105 siswa diketahui bahwa 5 orangtua siswa (4,8%) dengan kategori sangat baik, 42 orangtua siswa (40%) dengan kategori baik, 35 orangtua Hasil analisis deskriptif hasil dokumentasi latar belakang pendidikan orangtua siswa dari 105 siswa diketahui bahwa 5 orangtua siswa (4,8%) dengan kategori sangat baik, 42 orangtua siswa (40%) dengan kategori baik, 35 orangtua

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, latar belakang pendidikan yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun non formal. Jenjang pendidikan formal tersebut terdiri atas, lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

Berdasarkan hasil analisis data deskriptif hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diperoleh nilai rata-rata 71,15; median 75, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 25. Sedangkan nilai tes hasil belajar IPS dalam kategori sangat baik terdapat 11 siswa (10,5%), kategori baik terdapat 35 siswa (33,3%), kategori cukup terdapat 23 siswa (21,9%), kategori kurang terdapat 21 siswa (20%), dan kategori sangat kurang terdapat 15 siswa (14,3%). Berdasarkan data tersebut, maka kecenderungan data nilai tes hasil belajar IPS siswa berada pada kategori baik.

Hasil belajar IPS merupakan proses pemberian nilai berdasarkan hasil skoring yang dibandingkan dengan angka hasil pengukuran dengan kriteria Hasil belajar IPS merupakan proses pemberian nilai berdasarkan hasil skoring yang dibandingkan dengan angka hasil pengukuran dengan kriteria

4.2.1.1 Hubungan Pola Komunikasi Orangtua dengan Hasil Belajar IPS

Suranto (2011:82) mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi pola komunikasi orangtua yang baik meliputi, keterbukaan dalam berkomunikasi, sikap empati yang menumbuhkan motivasi belajar anak, perilaku suportif, upaya sikap positif, dan kesetaraan pengalaman. Komunikasi yang baik antara siswa dengan orangtua diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan indikator keberhasilan komunikasi orangtua menurut Sendjaja (2009:6.29) antara lain: (1) keterbukaan orangtua dalam masalah-masalah umum yang dihadapi anak; (2) sikap empati yang tinggi terhadap anak sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi bagi anak; (3) perilaku suportif dan mendukung dapat mengefektifkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak; (4) sikap positif orangtua dapat berupa pujian dan penghargaan membuat anak lebih percaya diri dalam belajar; dan (5) kesamaan pengalaman antara orangtua dan anak membuat mereka saling menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sejalan dengan pendapat Setyowati (2005:70) bahwa komunikasi efektif sangat diperlukan adanya ke- terbukaan, empati, saling percaya, kejujuran, dan sikap suportif.

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Korelasi Product Moment didapatkan hasil r hitung 0,734 dan r tabel 0,195 dimana r hitung >r tabel, sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola komunikasi orangtua dengan hasil belajar IPS dan juga dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel X1 dan Y tergolong kuat dalam tabel interpretasi analisis korelasi. Analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa pola komunikasi orangtua terdapat hubungan dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kabupaten Semarang dengan kontribusi sebesar 53,8% sedangkan sisanya 46,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Semakin baik pola komunikasi orangtua siswa maka semakin baik pula hasil belajar IPS yang didapatkan, sebaliknya semakin buruk pola komunikasi orangtua siswa maka semakin buruk pula hasil belajar yang didapatkan oleh siswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enni Uli Sinaga, Metty M uhariati, dan Kenty pada tahun 2016 yang berjudul “Hubungan Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa” Hasil penelitian

ini adalah Hubungan Intensitas Komunikasi Orang Tua (X 1 ), Siswa (X 2 ) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada siswa kelas VIII di SMP Bhakti Mulia Jakarta Timur menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas komunikasi orangtua dan siswa dengan hasil belajar siswa. Hal ini di- tunjukkan dengan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan r hitung sebesar 0,497 dan uji signifikasi korelasi dengan t hitung sebesar 5,13 > dari t tabel sebesar 1,99 (α=0,05; dk=222).

4.2.1.2 Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan Hasil Belajar IPS

Latar belakang pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun nonformal. Jenjang pendidikan formal tersebut terdiri atas, lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Korelasi Product Moment didapatkan hasil r hitung 0,449 dan r tabel 0,195 dimana r hitung >r tabel, sehingga hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS dan juga dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel X2 dan Y tergolong kuat dalam tabel interpretasi analisis korelasi. Analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua terdapat hubungan dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus dengan kontribusi sebesar 44,9% sedangkan sisanya 55,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Semakin tinggi latar belakang pendidikan orangtua maka semakin baik pula hasil belajar IPS yang dapat diperoleh siswa, sebaliknya semakin rendah latar belakang pendidikan orangtua siswa maka semakin rendah pula hasil belajar IPS yang didapatkan oleh siswa.

Penelitian relevan yang dilakukan oleh Dewi Zulaekha Prastiwi Puspitaningtyas pada tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Latar Belakang

Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Tahun A jaran 2014/ 2015.” Hasil penelitian

ini adalah pengaruh Latar Belakang Pendidikan Orangtua (X 1 ), berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar IPS Mata Pelajaran IPS Siswa (Y) pada siswa kelas IV di SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

F hitung = 4,320672 dengan nilai F tabel = 1,67. Sehingga F tabel < F hitung, dan nilai signifikansi (p) < 0,05.

4.2.1.3 Hubungan Pola Komunikasi Orangtua dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan Hasil Belajar IPS

Suranto (2011:82) mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi pola komunikasi orangtua yang baik meliputi, keterbukaan dalam berkomunikasi, sikap empati yang menumbuhkan motivasi belajar anak, perilaku suportif, sikap positif, dan kesetaraan pengalaman. Komunikasi yang baik ini diharapkan mampu me- ningkatkan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan komunikasi orangtua menurut Sendjaja (2009:6.29) antara lain: (1) keterbukaan orangtua dalam masalah-masalah umum yang dihadapi anak; (2) sikap empati yang tinggi terhadap anak sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi bagi anak; (3) perilaku suportif dan mendukung dapat mengefektifkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak; (4) sikap positif orangtua dapat berupa pujian dan peng- hargaan membuat anak lebih percaya diri dalam belajar; dan (5) kesamaan pengalaman antara orangtua dan anak membuat mereka saling menghargai ke- kurangan dan kelebihan masing-masing. Sejalan dengan pendapat Setyowati

(2005:70) bahwa komunikasi efektif sangat diperlukan adanya keterbukaan, empati, saling percaya, kejujuran, dan sikap suportif.

Menurut Sinaga (2016:81) dengan adanya komunikasi yang baik dengan siswa, maka orangtua mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam belajar. Sedangkan orangtua dengan latar belakang pendidikan tinggi di- harapkan mampu mengerti pentingnya pendidikan siswa sesuai dengan perkembangan jiwanya, yang mampu memengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Latar belakang pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun non formal. Jenjang pendidikan formal tersebut terdiri atas, lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Korelasi Product Moment di- dapatkan hasil r hitung 0,621 dan r tabel 0,195 dimana r hitung >r tabel, sehingga hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS dan juga dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel X1, X2 dan Y tergolong kuat dalam tabel interpretasi analisis korelasi. Analisis koefisien determinasi me- nunjukkan bahwa pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua terdapat hubungan dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan kontribusi se- besar 62,1% sedangkan sisanya 37,9% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Semakin Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Korelasi Product Moment di- dapatkan hasil r hitung 0,621 dan r tabel 0,195 dimana r hitung >r tabel, sehingga hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS dan juga dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel X1, X2 dan Y tergolong kuat dalam tabel interpretasi analisis korelasi. Analisis koefisien determinasi me- nunjukkan bahwa pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua terdapat hubungan dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan kontribusi se- besar 62,1% sedangkan sisanya 37,9% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Semakin

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi hasil penelitian ini yaitu adanya hubungan antara pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Implikasi yang didapat dari penelitian ini ada tiga hal, yaitu implikasi teoritis, implikasi praktis, dan implikasi pedagogis.

4.2.2.1 Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai keterlibatan hasil penelitian dengan teori yang dikaji dalam kajian teori serta keterlibatan hasil penelitian dengan dampak teoritis yang diharapkan. Pola komunikasi orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan hasil belajar IPS. Salah satu cara meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan meningkatkan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua. Hal ini sejalan dengan pendapat Sinaga (2016:81) bahwa dengan adanya komunikasi yang baik dengan siswa, maka orangtua mengetahui kesulitan-ke- sulitan apa yang dihadapi siswa dalam belajar, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa disekolah. Latar belakang pendidikan menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun nonformal. Jenjang pendidikan formal tersebut terdiri atas, lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

4.2.2.2 Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara implikasi praktis, dalam rangka peningkatan hasil belajar IPS siswa di V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, diperlukan kerja sama antara guru dan orangtua dengan me- ningkatkan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan indikatornya, yakni (1) keterbukaan dalam berkomunikasi; (2) sikap empati yang menumbuhkan motivasi belajar anak; (3) perilaku suportif; (4) upaya sikap positif; dan (5) kesetaraan pengalaman. Sedangkan indikator latar belakang pen- didikan orangtua meliputi pendidikan terakhir orangtua yang mendampingi siswa dalam belajar, yakni (1) lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, (2) lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, (3) lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan (4) lulusan Perguruan Tinggi (PT).

4.2.2.3 Implikasi Pedagogis

Hasil penelitian ini memberikan implikasi pedagogis untuk meningkatkan hasil belajar IPS untuk guru, siswa, dan orangtua perlu adanya sosialisasi, workshop, maupun seminar untuk mengerti lebih lanjut tentang pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN