HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI

DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANGTUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD GUGUS MOH SYAFEI PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nurul Hikmah Nurkhasanah 1401414148 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei

Pringapus Kabupaten Semarang.” karya, Nama

: Nurul Hikmah Nurkhasanah NIM

: 1401414148 Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah dipertahankan dalam Panitia Ujian Skripsi Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang hari Jum‟at, tanggal 13 Juli 2018.

Semarang,

2018

Panitia Ujian Skripsi

Mengetahui, Ketua,

Sekretaris

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Drs. Isa Ansori, M.Pd. NIP 195604271986031001

NIP 196008201987031003 Penguji I ,

Penguji II,

Drs. Purnomo, M.Pd. Umar Samadhy, M.Pd. NIP 196703141992031005

NIP 195604031982031003

Penguji III,

Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd. NIP 195905111987031001

MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO

1. Komunikasi yang bagus datang dari manusia ke manusia, namun komunikasi yang luar biasa datang dari manusia ke Allah (Reza M. Syarif).

2. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia (Nelson Mandela).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua tercinta (Bapak Mat Sajeri dan Ibu Samsiyah) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa terindahnya.

2. Almamater UNNES.

ABSTRAK

Nurkhasanah, Nurul Hikmah. 2018. Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd. 156 halaman.

Pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan orangtua. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas, sehingga dibutuhkan komunikasi efektif ketika bertemu anak di sela kesibukan orangtua. Hasil Belajar IPS dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya yaitu pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua. Berdasarkan teori tersebut, peneliti ingin meneliti hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi. Sampel penelitian yaitu sebagian siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yang berjumlah 105 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, tes, wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji product moment dengan bantuan program SPSS versi

16. Hasil penelitian menunjukkan besarnya korelasi pola komunikasi dan hasil belajar IPS yaitu 0,734 dengan nilai konstribusi sebesar 53,8% dan korelasi antara latar belakang pendidikan orangtua dan hasil belajar IPS yaitu 0,670 dengan nilai konstribusi 44,9%. Sedangkan korelasi ganda antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS adalah 0,600. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pola komunikasi, latar belakang pendidikan orangtua dan hasil belajar IPS. Nilai kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat yaitu 62,1%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) adanya hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa, (2) adanya hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa, (3) adanya hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa. Variabel pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dapat menjadi sebab bagi hasil belajar IPS siswa, sehingga orangtua harus memiliki komunikasi yang baik dengan siswa, untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Kata Kunci : hasil belajar IPS, latar belakang pendidikan orangtua, pola komunikasi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang ” dengan lancar. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

3. Dra. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

4. Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing;

5. Drs. Purnomo, M.Pd., Dosen Penguji 1;

6. Mahmudi, S.Pd.SD, Samain, S.Pd., Endah Wuryanto, Sri Widadi, S. Pd., Susmiarto, S.Pd., Kepala SDN Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang;

7. E. Wiwik Nurhayati, S.Pd.SD, Mujiyono, S.Pd.SD, Jumain, S.Pd.SD, Slamet Budi, S.Pd.SD, dan Astri Iravitri, S.Pd., guru kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah Swt. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis.

Semarang, 2018

Peneliti,

Nurul Hikmah Nurkhasanah NIM 1401414148

Tabel 4.11 Uji Linieritas Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa ............................................................... 137

Tabel 4.12 Uji Korelasi Pola Komunikasi dan Hasil Belajar IPS Siswa ............. 139 Tabel 4.13 Uji Korelasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua

dan Hasil Belajar IPS Siswa ............................................................... 139 Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Ganda ................................................................... 140

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi dan Hasil Belajar IPS Siswa ................................................................................................... 142

Tabel 4.16 Koefisien Determinasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa ...................................................................... 143

Tabel 4.17 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua dengan Hasil Belajar IPS Siswa ...................... 144

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Komunikasi Orangtua, Siswa, dan Guru .................................... 46 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 78 Gambar 3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 80 Gambar 3.2 Korelasi Ganda ................................................................................ .119 Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Variabel Pola Komunikasi ............................... 126 Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Variabel Latar Belakang Pendidikan

Orangtua ........................................................................................... 132 Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Variabel Hasil Belajar IPS Siswa ..................... 134

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung pembangunan bangsa Indonesia yaitu dengan me- ngembangkan potensi dan pegetahuan peserta didik sehingga dapat menyelesaikan problema di masa mendatang. Pemerintah telah mengatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk me- wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pen- didikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain bertujuan untuk membentuk watak, mengembangkan kemampuan, dan mencerdaskan kehidupan masing- masing individu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini direalisasikan dengan me- wajibkan kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang memuat berbagai muatan, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab X pasal 37. Muatan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini direalisasikan dengan me- wajibkan kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang memuat berbagai muatan, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab X pasal 37. Muatan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki ke- mampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Berdasarkan peraturan di atas dapat diketahui bahwa salah satu tujuan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi. Komunikasi memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang ke- berhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Semua bidang studi tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat berjalan tanpa adanya komunikasi. Kemampuan berkomunikasi adalah alat penting yang harus dimiliki pemimpin (Mahmudah:286), karena guru adalah pemimpin dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Komunikasi yang baik mampu menunjang pe- ningkatan hasil belajar IPS, melalui proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang disampaikan guru dapat dipahami siswa dalam suatu komunikasi. Komunikasi selain dibutuhkan saat pendampingan belajar siswa di sekolah, juga diperlukan saat di rumah. Sehingga peningkatan hasil belajar IPS tidak lepas dari komunikasi antara siswa dengan orangtua di rumah.

Penentuan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan nomor 104 tahun 2014, pasal 5 ayat 1 tentang Standar Penilaian sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan dalam skripsi ini yang terfokus pada ranah kognitif. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada kompetensi pengetahuan, meliputi tingkat kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan untuk mengontrol aspek kognitif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan peraturan tersebut, penilaian hasil belajar tidak lepas dari skor sebagai acuan yang telah ditetapkan oleh sekolah, berupa batas ketuntasan minimum. Kriteria ketuntasan minimum ini diatur dalam Peraturan Menteri Pen- didikan nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan bahwa kriteria ketuntasan minimal yang disebut KKM adalah ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Widjaja (2000:20) menjelaskan bahwa masyarakat yang berbudaya me- merlukan komunikasi. Tanpa adanya kerja sama atau hubungan melalui komunikasi maka seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Pendidikan juga termasuk kebutuhan dasar manusia, dan mustahil dapat berjalan tanpa adanya sebuah komunikasi. Objek komunikasi adalah manusia dan masyarakat maka komunikasi termasuk ilmu sosial dalam teknik pernyataan manusia.

Menurut Cangara (2015:1) rasa ingin tahulah yang memaksa manusia perlu

berkomunikasi, karena komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar. Seringkali keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karier, banyak ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi- nya. Sedangkan pengertian komunikasi menurut Cangara (2015:22) adalah bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain dari sumber kepada penerima, sengaja atau tidak sengaja untuk mengubah tingkah laku mereka. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan dan teknologi. Sedangkan komunikasi menurut Astuti (2013:51) adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Jadi, komunikasi adalah suatu peristiwa interaksi manusia yang terdiri dari sumber dan penerima yang menghendaki suatu perubahan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Nurudin (2008:16) salah satu fungsi komunikasi yaitu menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya yang dilakukan oleh para pen- didik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat dalam mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Suatu masyarakat yang ingin mem- pertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melaku- kan pertukaran nilai, perilaku dan peran. Orangtua perlu mengajarkan tata krama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya dan sekolah yang difungsikan untuk mendidik warga negara yang tidak lepas dari komunikasi. Selain itu komunikasi dapat pula diwujudkan dalam bentuk dukungan belajar, sehingga me- minimalkan kesulitan belajar yang dihadapi anak (Rusmawan, 2011:286). Jadi, dapat dikatakan bahwa komunikasi dapat menentukan kualitas hasil belajar anak Menurut Nurudin (2008:16) salah satu fungsi komunikasi yaitu menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya yang dilakukan oleh para pen- didik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat dalam mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Suatu masyarakat yang ingin mem- pertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melaku- kan pertukaran nilai, perilaku dan peran. Orangtua perlu mengajarkan tata krama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya dan sekolah yang difungsikan untuk mendidik warga negara yang tidak lepas dari komunikasi. Selain itu komunikasi dapat pula diwujudkan dalam bentuk dukungan belajar, sehingga me- minimalkan kesulitan belajar yang dihadapi anak (Rusmawan, 2011:286). Jadi, dapat dikatakan bahwa komunikasi dapat menentukan kualitas hasil belajar anak

Menurut Djamarah (2017:1) pola komunikasi adalah pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi orangtua dalam keluarga dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam keluarga melalui proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang disampaikan orangtua dapat dipahami anak, atau sesama orangtua sebagai lawan bicara dalam suatu komunikasi keluarga. Sedang- kan pola komunikasi menurut Azeharie (2015:214) adalah bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi ini berupa timbal balik antara orangtua dengan anak, anak dengan orangtua, maupun orangtua dengan orangtua.

Abustam (dalam Ilyas, 2004:4) menyatakan, secara umum telah diakui bahwa pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pe- merintah, masyarakat, dan orangtua. Namun dalam kenyataannya belum banyak disepakati oleh banyak pihak yang berkepentingan. Orangtua menyerahkan dan mempercayakan anaknya ke sekolah dengan harapan sekolah akan memberikan pendidikan yang terbaik. Sebaliknya sekolah berharap agar orangtua memberikan Abustam (dalam Ilyas, 2004:4) menyatakan, secara umum telah diakui bahwa pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pe- merintah, masyarakat, dan orangtua. Namun dalam kenyataannya belum banyak disepakati oleh banyak pihak yang berkepentingan. Orangtua menyerahkan dan mempercayakan anaknya ke sekolah dengan harapan sekolah akan memberikan pendidikan yang terbaik. Sebaliknya sekolah berharap agar orangtua memberikan

Secara garis besar Helmawati (2014:199) membedakan faktor yang me- mengaruhi belajar anak menjadi tiga yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor pendekatan belajar yang efektif. Faktor dari luar yaitu faktor sosial dan nonsosial. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga termasuk cara mendidik, suasana rumah, masyarakat, teman bermain, guru dan staf di sekolah. Sedangkan yang termasuk aspek nonsosial adalah letak rumah, letak sekolah, alat-alat belajar, keadaan alam sekitarnya, dan waktu.

Aspek lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan anggota keluarga lainnya. Dalyono (2015:129) menyatakan bahwa lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, dan masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Keluarga dimana anak diasuh dan dibesarkan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Terutama keadaan ekonomi rumah tangga, serta tingkat kemampuan orangtua merawat juga sangat besar pengaruhnya terhadap per- tumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orangtua, besar pengaruh- nya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada umum- nya akan menghasilkan anak yang sehat dan cepat pertumbuhan badannya di- bandingkan dengan anak dari keluarga yang kurang beruntung. Anak yang berasal Aspek lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan anggota keluarga lainnya. Dalyono (2015:129) menyatakan bahwa lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, dan masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Keluarga dimana anak diasuh dan dibesarkan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Terutama keadaan ekonomi rumah tangga, serta tingkat kemampuan orangtua merawat juga sangat besar pengaruhnya terhadap per- tumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orangtua, besar pengaruh- nya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada umum- nya akan menghasilkan anak yang sehat dan cepat pertumbuhan badannya di- bandingkan dengan anak dari keluarga yang kurang beruntung. Anak yang berasal

Begitu luasnya materi IPS, menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami setiap materi yang dipelajari. Cara untuk meminimalkan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi, dibutuhkan pendampingan belajar yang berasal dari orangtua siswa. Menurut Widodo (2015:9) bahwa latar belakang pendidikan orangtua memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Namun seringkali faktor kemiskinan menjadi pemicu seseorang untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan pendapatan (Rizal, 2016:20). Sehingga berakibat pada keterbatasan pengetahuan dalam mendidik anak.

Berdasarkan pendapat tersebut, orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung lebih mampu mendampingi dan membimbing anak dalam belajar karena bekal yang telah dimiliki ketika di bangku pendidikan. Latar belakang pendidikan orangtua yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orangtua, baik formal maupun nonformal yang dalam kehidupan saat ini digunakan sebagai wadah untuk membentuk pola pikir dan turut ber- pengaruh dalam pendidikan yang berdampak pada hasil belajar anak. Hal tersebut sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat per- kembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang di- kembangkan. Tingkat pendidikan yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal Berdasarkan pendapat tersebut, orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung lebih mampu mendampingi dan membimbing anak dalam belajar karena bekal yang telah dimiliki ketika di bangku pendidikan. Latar belakang pendidikan orangtua yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orangtua, baik formal maupun nonformal yang dalam kehidupan saat ini digunakan sebagai wadah untuk membentuk pola pikir dan turut ber- pengaruh dalam pendidikan yang berdampak pada hasil belajar anak. Hal tersebut sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat per- kembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang di- kembangkan. Tingkat pendidikan yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal

Setiap jenjang pendidikan tersebut tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Pengertian belajar menurut Slameto (2010:2) adalah suatu proses usaha yang di- lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan pengertian belajar menurut Susanto (2013:4) merupa- kan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam kondisi sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun bertindak.

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Rifa‟i dan Anni (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiat- an belajar. Jadi hasil dari suatu kegiatan belajar adalah adanya perubahan perilaku atau kemampuan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan belajar. Sehingga seseorang yang belum berubah perilaku atau kemampuannya, seseorang tersebut belum mampu dinyatakan telah belajar.

Menurut Susanto (2013:137) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai Menurut Susanto (2013:137) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai

Sementara itu berdasarkan laporan studi Programme for International Student Assessment ( PISA) tahun 2015 kualitas pendidikan di Indonesia secara umum berada di posisi 64 dari 72 negara. Survei ini dilakukan di 72 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA juga menyatakan pada aspek latar belakang sosial ekonomi memperlihatkan bahwa ter- dapat 1 dari 4 responden sampel PISA Indonesia memiliki orangtua dengan pen- didikan tamat SD atau tidak tamat SD. Jumlah ini merupakan terbesar kedua dari seluruh negara peserta. Berdasarkan survei PISA tahun 2015, tercatat skor Indonesia dalam ranah sains adalah 403. Apabila latar belakang sosial ekonomi negara-negara peserta disamakan, maka pencapaian skor sains Indonesia berada di angka 445 dan posisi Indonesia naik sebanyak 11 peringkat. Latar belakang pen- didikan orangtua merupakan hal yang sangat penting, karena dengan latar belakang pendidikan orangtua yang tergolong tinggi maka mampu meningkatkan hasil belajar anak melalui pengetahuan yang telah didapat orangtuanya saat berada di bangku pendidikan formalnya. Semakin tinggi latar belakang sosial ekonomi- nya maka semakin tinggi hasil belajarnya di sekolah, karena orangtua dengan latar Sementara itu berdasarkan laporan studi Programme for International Student Assessment ( PISA) tahun 2015 kualitas pendidikan di Indonesia secara umum berada di posisi 64 dari 72 negara. Survei ini dilakukan di 72 negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA juga menyatakan pada aspek latar belakang sosial ekonomi memperlihatkan bahwa ter- dapat 1 dari 4 responden sampel PISA Indonesia memiliki orangtua dengan pen- didikan tamat SD atau tidak tamat SD. Jumlah ini merupakan terbesar kedua dari seluruh negara peserta. Berdasarkan survei PISA tahun 2015, tercatat skor Indonesia dalam ranah sains adalah 403. Apabila latar belakang sosial ekonomi negara-negara peserta disamakan, maka pencapaian skor sains Indonesia berada di angka 445 dan posisi Indonesia naik sebanyak 11 peringkat. Latar belakang pen- didikan orangtua merupakan hal yang sangat penting, karena dengan latar belakang pendidikan orangtua yang tergolong tinggi maka mampu meningkatkan hasil belajar anak melalui pengetahuan yang telah didapat orangtuanya saat berada di bangku pendidikan formalnya. Semakin tinggi latar belakang sosial ekonomi- nya maka semakin tinggi hasil belajarnya di sekolah, karena orangtua dengan latar

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SD kelas V Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, ditemukan permasalahan pada berbagai muatan pembelajaran, yakni terdapat nilai yang bervariasi, ada yang sudah di atas KKM namun adapula yang masih dibawah KKM. Hasil belajar siswa yang bervariasi, dapat berdampak pada terhambatnya siswa dalam me- mahami materi selanjutnya, khususnya siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.

Bervariasinya skor hasil belajar IPS dapat dilihat dari data mata pelajaran IPS pada keempat SD di Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang ter- lihat ada yang sudah memenuhi KKM dan adapula yang belum. Pertama, SD dengan angka KKM 70 pada muatan IPS (SD Derekan) menunjukkan bahwa kelas

V 18 (48,6%) dari 37 siswa belum memenuhi KKM. Kedua, SD dengan angka KKM 70 pada muatan IPS (SD Klepu 02) menunjukkan bahwa kelas V 10 (55,6%) dari 18 siswa belum memenuhi KKM. Ketiga, SD dengan angka KKM

75 pada muatan IPS (SD Klepu 04) menunjukkan bahwa kelas V 10 (43,5%) dari

22 siswa belum memenuhi KKM. Keempat, SD dengan angka KKM 70 pada muatan IPS (SD Klepu 05) menunjukkan bahwa kelas V 14 (45%) dari 31 siswa belum memenuhi KKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Oji Kurniadi tahun 2001 dengan judul “Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak”. Hasil peneliti- an menunjukkan bahwa frekuensi yang dilakukan ayah terhadap anak secara langsung menentukan prestasi belajar yang diraih anak, sedangkan frekuensi ibu dengan anak yang tinggi tidak menentukan prestasi belajar anak menjadi tinggi karena frekuansi komunikasi ini tidak diiringi dengan kualitas pesan dari komunikasi.

Penelitan yang dilakukan Siska Eko Mawarsih, Susilaningsih, dan Nur Hasan Hamidi pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua

dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Ne geri Jumapolo”. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh perhatian orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri Jumapolo dengan nilai F hitung sebesar (21,117) lebih besar dari F tabel sebesar (3,06). Besarnya pengaruh perhatian orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA negeri Jumapolo sebesar 23,7 % dan sisanya sebesar 76,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk pada penelitian ini, sehingga apabila ada pe- ningkatan perhatian dari orang tua dan motivasi belajar siswa maka prestasi belajar yang diraih siswa akan semakin baik. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Muharoni pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua terhadap Prestasi

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di MTs Hasanah Pekanbaru.” Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh signifikan Intensitas Komunikasi

Orangtua dengan Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di MTs Hasanah Pekanbaru yang ditunjukkan dengan nilai F hitung = 27,417 > F tabel = 3,16.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jemi Karter, Huber Yaspin Tandi, Yusdin Gagaramusu pada tahun 2014 yang berjudul “Hubungan Komunikasi Orang Tua dan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa SD 1 Inpres 2 Lolu.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan positif antara komunikasi orang tua dan guru dengan prestasi belajar siswa SD Inpres 2 Lolu, berdasarkan hasil pengujian analisis inferensial dengan menggunakan rumus korelasi pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05% diperoleh rh (r hitung ) = 0,062 dikonsultasikan dengan tabel r diperoleh 0,456, dengan demikian rh (r hitung) < rt (r tabel) atau 0,062 < 0,456, artinya Ho yang menyatakan tidak ada hubungan komunikasi orang tua dan guru dengan prestasi belajar siswa diterima. Sehingga hipoteis altenatif (Ha) yang diajukan ditolak.

Penelitian yang dilakukan Ertugrul Sahin, Yasar Barut, Ercument Ersanli tahun 2013 yang berjudul “Parental Education Level Positively Affects Self-

Esteem of Turkish Adolescents ”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan orangtua terhadap penghargaan diri remaja di Turki dengan melihat skor remaja bahwasannya skor remaja dengan latar belakang pendidikan ibu hanya sekolah dasar lebih rendah dibandingkan dengan skor remaja dengan ibu dengan latar belakang pendidikan sarjana dilihat dari hasil

F tabel sebesar 4,2208) = 5.019, p< 0.05. Begitu juga skor remaja dengan latar belakang pendidikan ayah hanya sekolah dasar lebih rendah dibandingkan dengan F tabel sebesar 4,2208) = 5.019, p< 0.05. Begitu juga skor remaja dengan latar belakang pendidikan ayah hanya sekolah dasar lebih rendah dibandingkan dengan

0.05. Penelitian yang dilakukan Norsuhaily Abu Bakar, Ibrahim Mamat, dan Mudassir Ibrahim pada Tahun 2017 yang berjudul “Influence of Parental Education on Academic Performance of Secondary School Students in Kuala Terengganu ” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas prestasi belajar siswa dengan orangtua berpendidikan tinggi lebih baik daripada orangtua dengan pen- didikan yang lebih rendah yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang me- nunjukkan bahwa t tabel= 4,597 dengan taraf signifikan 0,05.

Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk menguji masalah hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar siswa karena sesuai pendapat Slameto (2010:60) hasil belajar dari luar di- pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), sekolah, dan masyarakat. Selain itu pendapat Ilyas (2004:24) yang mengemukakan bahwa faktor proses komunikasi orangtua dengan anaknya meliputi faktor-faktor berupa kegiatan yang memiliki kaitan langsung dengan kegiatan belajar. Meliputi kegiatan anak belajar di rumah, keterlibatan orangtua dalam belajar anak, kegiatan belajar membaca, dan lain-lain. Faktor kategori ini sangat penting untuk mendorong kegiatan dan usaha belajar anaknya di rumah. Goode (dalam Ilyas, 2004:25) mengatakan bahwa komunikasi orangtua dengan anaknya tentang aspirasi pendidikan dan Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk menguji masalah hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar siswa karena sesuai pendapat Slameto (2010:60) hasil belajar dari luar di- pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), sekolah, dan masyarakat. Selain itu pendapat Ilyas (2004:24) yang mengemukakan bahwa faktor proses komunikasi orangtua dengan anaknya meliputi faktor-faktor berupa kegiatan yang memiliki kaitan langsung dengan kegiatan belajar. Meliputi kegiatan anak belajar di rumah, keterlibatan orangtua dalam belajar anak, kegiatan belajar membaca, dan lain-lain. Faktor kategori ini sangat penting untuk mendorong kegiatan dan usaha belajar anaknya di rumah. Goode (dalam Ilyas, 2004:25) mengatakan bahwa komunikasi orangtua dengan anaknya tentang aspirasi pendidikan dan

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menduga ada hubungan antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut terdapat berbagai masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut.

1. Bervariasinya tingkat komunikasi antara siswa dengan orangtua karena ke- sibukan yang berbeda.

2. Latar belakang pendidikan orangtua yang bervariasi.

3. Hasil belajar mata pelajaran IPS yang bervariasi.

4. Kurang optimalnya proses belajar mengajar di kelas dan komunikasi guru dengan orangtua siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti bermaksud membatasi permasalahan yang ada. Penelitian ini di fokuskan pada pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V disebabkan oleh bervariasinya intensitas pola komunikasi siswa dengan orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua, sehingga peneliti membatasi tiga variabel untuk di- teliti yaitu variabel pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana pola komunikasi orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana latar belakang pendidikan orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

4. Adakah hubungan pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang?

5. Adakah hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar

IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang?

6. Adakah hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama –sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang?

7. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

8. Seberapa besar kontribusi latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

9. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pola komunikasi orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

2. Mendeskripsikan latar belakang pendidikan orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

3. Mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

4. Menguji adanya hubungan pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

5. Menguji adanya hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

6. Menguji adanya hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

7. Menentukan kontribusi pola komunikasi orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

8. Menentukan kontribusi latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

9. Menentukan kontribusi pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahu- an. Secara teoretis maupun praktis, manfaat penelitian akan dikemukakan sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoritis merupakan suatu manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang bersifat teoritis. Penelitian ini ditunjukan untuk semua orang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS, sehingga dapat menjadikan informasi dalam perbaikan pola komunikasi, peningkatan taraf pendidikan, dan dapat menjadi literatur pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis, bagi:

1.6.2.1 Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan pola komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, serta mampu mengevaluasi tingkat keberhasilan pembelajaran.

1.6.2.2 Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi baru bagi guru dalam mengembangkan upaya belajar, serta mengambil kebijakan dalam me- nentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan komunikasi efektif dengan siswa untuk perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa.

1.6.2.3 Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berhubungan dengan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan untuk menumbuhkan komunikasi yang baik terhadap Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berhubungan dengan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan untuk menumbuhkan komunikasi yang baik terhadap

1.6.2.4 Siswa

Hasil penelitian ini akan mampu meningkatkan kemampuan dalam hasil belajar IPS dengan meningkatkan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua yang mereka miliki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan memperbaiki komunikasi dengan orangtuanya, mampu mendorong siswa untuk terlibat aktif ketika proses pembelajaran, dan me- numbuhkan semangat anak untuk belajar hingga perguruan tinggi.

1.6.2.5 Orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan hubungan komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak untuk meningkatkan hasil belajar anak dengan cara meningkatkan perhatian pada kegiatan belajar anak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Hasil Belajar IPS SD

2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di- miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Rifa‟i dan Anni (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Astuti (2012:1) adalah yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang di- tunjukkan dengan nilai atau angka sesuai dengan batas ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Peneliti mengelaborasi pendapat dari Sudjana (2009:22), Rifa‟i dan Anni (2012:69), Susanto (2013:5), dan Astuti (2012:1) bahwa hasil dari suatu kegiatan belajar adalah adanya perubahan perilaku atau kemampuan setelah siswa me- lakukan serangkaian kegiatan belajar ditunjukkan dengan nilai sesuai dengan batas ketuntasan minimal. Sehingga seseorang yang belum berubah perilaku atau kemampuannya dan belum mencapai batas ketuntasan minimal yang sudah di- tetapkan, seseorang tersebut belum mampu dinyatakan telah belajar.

2.1.1.2 Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Susanto (2013:12), sebagai berikut.

1. Kecerdasan Anak Kemampuan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan.

2. Kesiapan Kesiapan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga sudah siap untuk menerima pelajaran, dan sudah muncul minat serta kebutuhan dalam diri anak.

3. Bakat Anak Bakat adalah potensi yang dimiliki anak untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.

4. Kemauan Belajar Kemauan belajar muncul dari dalam diri siswa, bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak.

5. Minat Keinginan yang besar terhadap suatu pelajaran akan memusatkan per- hatiannya terhadap materi, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat.

6. Model Penyajian Materi Pelajaran Model penyajian materi perlu disajikan secara menyenangkan, tidak mem- bosankan, menarik, dan mudah dimengerti siswa.

7. Pribadi dan Sikap Guru Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilaku- nya, berdampak pada siswa yang akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif.

8. Suasana Pengajaran Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa akan mem- berikan nilai lebih pada proses pengajaran.

9. Kompetensi Guru Guru profesional yang memiliki kemampuan tertentu sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar. Guru yang profesional mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat, sehingga pendekatan bisa berjalan dengan baik.

10. Masyarakat Masyarakat dalam berbagai tingkah laku dan latar belakang pendidikan turut

serta memengaruhi kepribadian siswa. Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:12) bahwa faktor yang me- mengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari: tingkat kecerdasan peserta didik, kesiapan dirinya untuk belajar, potensi yang dimiliki anak, kemauan anak belajar, dan keinginan yang besar untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari, penyajian materi yang serta memengaruhi kepribadian siswa. Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:12) bahwa faktor yang me- mengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari: tingkat kecerdasan peserta didik, kesiapan dirinya untuk belajar, potensi yang dimiliki anak, kemauan anak belajar, dan keinginan yang besar untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari, penyajian materi yang

2.1.1.3 Klasifikasi Hasil Belajar

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita- cita. Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pendapat lain dari Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris.

Sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22), menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar mem- baginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. (a) Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, meng- evaluasi, dan berkreasi. Ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru untuk memperoleh nilai siswa di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa tersebut dalam menguasi isi bahan pengajaran.

(b) Ranah afektif berkaitan dengan hasil belajar yang berupa sikap dimana ranah tersebut terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(c) Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan ke- mampuan bertindak yang terdiri dari enak aspek yakni gerakan refleks, ke- terampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ke- tepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Peneliti mengelaborasi pendapat Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), dan sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22) bahwa terdapat macam-macam hasil belajar siswa antara lain: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan suatu bentuk tolok ukur mengenai perkembangan dan keberhasilan siswa dalam me- nempuh pendidikan di sekolah. Indikator penguasaan hasil belajar IPS siswa di- fokuskan pada muatan IPS siswa kelas V pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan tahun pelajaran 2017/2018 dari ranah kognitif saja.

2.1.1.4 Pengertian IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial

Menurut Susanto (2013:137) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah.

Taneo (2010:1-14) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu Taneo (2010:1-14) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu

Sardjiyo (2009:1.26) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.