Syarat- syarat Perjanjian Jual Beli Perumahan Bp. Group Medan

B. Syarat- syarat Perjanjian Jual Beli Perumahan Bp. Group Medan

Suatu perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang timbal balik, dimana pihak yang satu si penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda. Pihak yang lain si pembeli berjanji untuk membayar harga yang telah disepakati sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Menurut pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya perjanjian diperlukan syarat- syarat, yaitu : 1. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. Ad. 1. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya. Dengan sepakat atau perizinan dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian harus sepakat, setuju mengenai hal- hal pokok dalam perjanjian yang diadakan itu. Kata sepakat dapat dinyatakan kepada pihak lain dengan mengucapkan secara tegas, tertulis atau secara diam- diam. Secara tertulis misalnya, kedua belah pihak bersama- sama sebagai tanda bukti tertulis bahwa kedua belah pihak telah menyetujui segala apa yang tertera di atas tulisan tersebut. Para pihak dalam menyatakan kata sepakat harus bebas, artinya harus betul- betul atas kemauan sendiri, sukarela tidak ada paksaan atau penipuan pasal 1321 KUHPerdata . Unsur sepakat di sini mengandung makna bahwa para pihak yang membuat persetujuan telah sepakat atau ada persetujuan kehendak untuk saling menyetujui kemauan masing- masing. Ad.2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap bekwam menurut hukum. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya, ia cakap menurut hukum. Dalam pasal 1330 KUHPerdata disebutkan sebagai orang yang tidak cakap membuat suatu perjanjian yaitu: 1. Orang yang belum dewasa. 2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. 3. Orang- orang perempuan dalam hal- hal yang ditetapkan oleh Undang- Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang- Undang telah melarang membuat perjanjian tersebut. Namun terhadap perempuan sekarang sudah dihapuskan sejak keluarnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang dimaksud orang yang belum dewasa menurut sistem KUHPerdata ialah orang yang belum berumur 21 tahun atau belum pernah kawin, sebelum ia berumur 21 tahun. Dengan perkataan lain orang dewasa ialah orang yang sudah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun tapi belum pernah kawin. Orang yang tidak sehat pikirannya tidak mampu menginsyafi tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya, oleh karena itu pembuat Undang- Undang menyatakan bahwa orang yang tidak sehat pikirannya tidak cakap bertindak dalam lalu- lintas hukum. Menurut pasal 433 KUHPerdata orang- orang yang diletakkan di bawah pengampuan ialah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap dan boros. Dalam hal ini pembentuk undang- undang memandang bahwa yang bersangkutan tidak mampu menyadari tanggung jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk mengadakan perjanjian. Apabila orang yang belum dewasa dan mereka yang diletakkan di bawah pengampuan itu mengadakan perjanjian maka yang mewakili masing- masing ialah orang tua atau pengampunya. Ad.3. Suatu hal tertentu Adapun perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan harus jelas objeknya. Barang yang menjadi objek perjanjian jual- beli harus cukup tertentu setidak- tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan menyerahkan miliknya kepada si pembeli. Ad.4. Suatu sebab yang halal Adapun pengertian sebab yang halal adalah bahwa apa yang diperjanjikan para pihak dalam suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum ataupun hal- hal yang dilarang oleh undang- undang pasal 1335- 1337 KUHPerdata . Jadi sebab dalam suatu perjanjian adalah sebab yang halal, bukan sebab palsu atau bertentangan dengan hukum. “ Sebab yang halal disini tiada lain daripada perjanjian itu sendiri atau isi perjanjian itu sendiri, sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat suatu perjanjian, pada azasnya tidak diperlukan oleh undang- undang. Hukum pada azasnya tidak menghiraukan apa yang berada dalam diri atau apa yang dicita-citakan seseorang. Yang diperhatikan oleh hukum atau undang- undang hanyalah tindakan orang dalam masyarakat. 31 Berdasarkan hasil peneletian penulis, maka pembeli yang berminat untuk membeli perumahan tersebut harus melengkapi syarat- syarat lain, seperti : pihak pembeli harus menyerahkan data- data yang berupa Kartu Tanda Penduduk KTP atau Kartu Keluarga, Surat Nikah bagi yang telah menikah. Dan bagi pembeli yang akan membeli dan memiliki rumah secara kredit, harus memenuhi syarat-syarat penandatanganan Perjanjian Kredit: Perjanjian kredit harus ditandatangani oleh Saudara Pembeli bersama-sama dengan SuamiIsteri apabila telah menikah serta apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Telah membayar biaya-biaya sebagaimana tersebut dalam SPPK Surat Penawaran Pemberian Kredit. b. Mengembalikan kepada Bank tindasan SPPK yang telah Saudara Pembeli tandatangani di atas materai Rp. 6000,-. 31 Prof. R. Subekti, S.H., Op. Cit., Hal. 19-20. c. Menunjukkan kepada PT. Bank mandiri Persero Tbk asli dokumen- dokumen sebagai berikut: 1. KTPPaspor Saudara Pembeli dan SuamiIstri apabila telah menikah berikut Kartu Keluarga. 2. Akte NikahCeraiSurat Kematian bagi yang telah menikahcerai. 3. Akta Perjanjian kawin apabila dalam pernikahan Saudara pembeli terdapat perjanjian pemisahan harta. 4. Buku Tabungan Bank atau bukti pembukaan rekening giro. d. Menyerahkan kepada Bank asli dokumen-dokumen sebagai berikut: 1. Surat Kuasa kepada Bank untuk mendebet rekening TabunganGiro Saudara pembeli dalam rangka pembayaran biaya-biaya sebagaimana tersebut dalam SPPK serta pemenuhan kewajiban dalam pengembalian fasilitas kredit setiap bulan. 2. Surat Pernyataan Kesehatan dalam rangka penutupan asuransi jiwa. Kemudian Fasilitas kredit baru dapat ditarikdicairkan apabila telah memnuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Saudara pembeli telah menandatangani Perjanjian Kredit beserta syarat dan ketentuan syarat umum Perjanjian Kredit Bank di atas materai cukup. b. Telah dilakukan penutupan asuransi jiwa dan asuransi kerugian atas bangunan agunan kredit dengan Banker’s Clause untuk kepentingan pihak Bank. c. Menyerahkan Pas Photo Bewarna terbaru suami-istri masing- masing 1 satu lembar ukuran 4 x 6. d. Menyerahkan PBB dan STTS tahun terakhir.

C. Cara Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Perlindungan Konsumen Pemakai Jasa Internet Dalam Hal Kerahasiaan Informal

25 156 79

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Konsumen Oleh Pt Pos Indonesia Berkaitan Dengan Pengiriman Barang Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Pt Pos Indonesia Cabang Kabanjahe)

10 145 95

ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP BARANG DAN ATAU JASA ( DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN )

1 5 90

KAJIAN HUKUM MENGENAI TRANSAKSI JUAL BELI SOFTWARE KOMPUTER DIKAITKAN DENGAN ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN DITINJAU DARI KUH PERDATA DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM JUAL BELI BARANG BEKAS DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Kasus di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga) SKRIPSI

0 0 115

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16