Perbedaan farmakokinetik obat-obat β-bloker adalah pada metabolisme lintas pertama,
wak paro t½ serum, tingkat lipofilitas dan rute eliminasinya. Obat-obat β-bloker yang jalur
ekskresinya lewat ginjal dilakukan penyesuaian dosis bila Cl
cr
2.8.5 Kalsium AntagonisCalsium Channel Blockers CCBs
50 mlmenit atenolol, asebotol, nadolol, bisoprolol, karteolol. Sedangkan
β-bloker yang lipofil dan dimetabolisme oleh hati tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis propanolol, metoprolol, pindolol, timolol NKF, 2004.
Calsium Channel Blockers CCBs menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang sesitif terhadap tegangan voltage sesitive, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot vaskular menyebabkan
vasodilatasi dan berhubungan dengan penurunan tekanan darah. CCBs dibagi dalam dua kelompok, yakni: a derivat dihidropiridin misalnya nifedipin, amlodipin, b derivat non
dihihropiridin misalnya verapamil, diltiazem. CCBs biasanya digunakan dalam pengobatan hipertensi yang berhubungan dengan GGK dan dipercaya bisa mempertahankan efekasinya pada
keadaan bertambahnya volume. CCBs nondihidropiridin menujukkan efek anti proterinuria selain dapat mengatur tekanan darah sistemis Tjay, 2007
Calsium Channel Blockers hanya sedikit sekali yang diekskresi dalam betuk utuh lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis pada gangguan funsi ginjal Ganiswara, 2007.
2.8.6 Vasodilator Langsung
Vasodilator langsung mis: hidralazin, minoksidil bekerja dengan cara merelaksasi otot polos vaskular, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini menyebabkan
stimulasi refleks jantung, meningkatnya kontraksi miokard, nadi dan komsumsi oksigen. Efek tersebut dapat menimbulkan angina pectoris, infrak miokard, atau gagal jantung pada orang-orang
yang mempunyai predisposisi. Vasodilator juga meningkatkan konsentrasi renin plasma, menyebabkan retensi natrium dan air. Efek samping yang tidak diharapkan ini dapat dihambat
dengan penggunaan bersama diuretik dan penyekat- β Mycek dkk, 2001.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran penggunaan antihipertensi, regimen dosis dan
interaksi dengan obat lain yang dapat menurunkan efektivitas antihipertensi yang diberikan kepada pasien GGK. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien GGK yang mendapat
terapi antihipertensi, dan yang memenuhi kriteria inklusi menjadi populasi studi. Seluruh populasi studi dijadikan sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan retrospektif yaitu
penelitian yang menggunakan data yang lalu, dalam hal ini adalah catatan medisrekam medis pasien JAMKESMAS yang menjalani rawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan dengan
diagnosis GGK dan mendapat terapi antihipertensi periode Januari 2010 – Maret 2010. Ruang lingkup penelitian ini adalah pasien JAMKESMAS yang menjalani rawat inap di
RSUP. H. Adam Malik Medan dengan diagnosis GGK dan mendapat terapi antihipertensi periode Januari 2010 – Maret 2010.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah:
a. pasien GGK di RSUP. H. Adam Malik Medan berdasarkan survei awal yang telah
dilakukan sebanyak 104 pasien, untuk periode Januari 2010-Maret 2010. b.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit Kelas A tempat pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa dari institusi pendidikan dan institusi
kesehatan lainnya di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara