Ketersediaan Bahan Baku, Input Produksi dan Teknologi Nenas

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Ketersediaan Bahan Baku, Input Produksi dan Teknologi Nenas

Bahan baku merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan usaha pengolahan. Bila suatu usaha pengolahan kekurangan bahan baku, maka usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Selain itu bahan baku juga harus selalu tersedia setiap kali pengolahan akan dilakukan untuk menjamin kontinuitas usaha pengolahan itu sendiri. Bahan baku yang digunakan untuk proses pengalengan nenas terdiri atas bahan baku utama yaitu nenas dan bahan penunjang yang berupa gula kristal putih. PT. AAI menggunakan bahan baku nenas yang akan diolah menjadi buah kaleng. Perusahaan memperoleh nenas dari para petani nenas. Nenas yang diperoleh dari para pertani jumlahnya selalu berubah tergantung kepada panen nenas, walaupun jumlahnya bervariasi tetapi perusahaan tetap berjalan. Dalam menentukan buah mana yang telah siap panen tentu saja perlu diperhatikan tanda-tanda yang ada. Buah yang sudah layak dipetik memiliki aroma yang sedap dan khas, pangkal buah berwarna kuning, mahkota telah terbuka, tangkai mengkerut dan mata buah berukuran lebar, tidak tajam, rata, serta berlubang pada bagian tengah. Waktu panen dipengaruhi pula oleh tujuan penggunaannya. Buah dengan berwarna kuning 40–90 cocok untuk pengalengan, sedangkan buah yang telah berwarna merah kecoklatan 20–100 tidak baik untuk dikonsumsi segar. Persyaratan atau criteria dari standar kualitas nenas segar dapat dilihat pad tabel 5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Standar Kualitas Nenas Segar No Karakteristik Syarat 1. Ukuran Seragam, diameter 9,5 cm 2. Mahkota Tidak ada 3. Ketuaan Minimal 10 kulit berwarna kuning, dan buah tidak lunak biasanya jika lebih dari 10-30 kulit yang berwarna kuning maka buah tergolong lunak 4. Aroma Khas buah Nenas 5. Kerusakan 1 6. Warna Daging Kuning Pucat 7. TSS Brix 12 8. Keasaman Tidak terlalu asam dan rasanya seragam Sumber : PT. Alami Agro Industry Keterangan : TSS = Total Solid Total Padatan Terlarut PT. AAI mengunakan bahan baku nenas yang berasal dari petani nenas yang berada di sekitar perusahaan dan dari daerah sentra produksi nenas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara antara lain Kecamatan Sipahutar, Kecamatan .Siborong-borong, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Tarutung, dll. Volume bahan baku nenas yang diambil langsung oleh perusahaan dari Kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Volume Bahan Baku Pengolahan Nenas Dari Berbagai Sumber Tahun 2007 No Uraian Volume Ton Bulan Tahun 1 Kec. Sipahutar 600 8000 2 Kec. Siborong-borong 150 6000 3 Kec. Pangaribuan 50 4000 4 Kec. Garoga 30 3000 Total 830 21.000 Sumber : Laporan Pembeliaan Dari Tabel 6 dapat dikemukakan bahwa volume nenas sebagai bahan baku PT. AAI setiap bulan selalu tersedia dan terpenuhi Universitas Sumatera Utara Selama proses pengolahan para karyawan harus lebih teliti dan berhati-hati untuk menghindari kerusakan fisik nenas yang akan diekspor. Volume bahan baku yang dibutuhkan selama satu tahun pada PT. AAI dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Volume Bahan Baku Pengolahan Nenas PT.AAI Selama Tahun 2005-2007 Tahun Satuan Ton Harga Bahan Baku Rp Kg Hari Bulan Tahun 2005 20 500 6000 700,00 2006 10 250 3000 700,00 2007 30 750 9000 600,00 Sumber : Lampiran 4, 5 dan 6 Dari Tabel 7 dapat dikemukakan bahwa volume bahan baku pada usaha pegolahan nenas yaitu selama tahun 2005-2007 ternyata tidak sama. Pada tahu 2006 ternyata volume bahan baku yang digunakan turun drastis. Hal ini disebabkan karena musim panen yang berlimpah tetapi permintaan buah kaleng untuk diekspor kurang disebabkan sekarang ini banyak persaingan sesame perusahaan buah kaleng, jadi perusahaan menurunkan harga bahan baku nenas. Menurut bagian pengadaan staf PT. AAI bahan baku untuk pengolahan nenas selalu tersedia dari mulai perusahaan ini beroperasi sampai sekarang belum pernah mengalami kekurangan bahan baku nenas. Dapat disimpulkan bahan baku selalu tersedia di daerah penelitian.  Bahan Penunjang Selain bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan nenas tedapat juga bahan penunjang yaitu gula. Gula yang digunakan untuk pembuatan larutan gula di perusahaan adalah gula pasir yang berasal dari tebu dengan bentuk kristal Universitas Sumatera Utara berwarna putih yang secara biokimia disebut Sukrosa. Gula ini diubah ke dalam bentuk sirup dengan cara dicampurkan dengan air kemudiaan dimasukkan ke dalam kaleng. Sumber gula tersebut dari grosir yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara dimana grosir tersebut mengantar langsung gula ke pabrik setiap harinya dengan jumlah 1,8 Ton tiap harinya. Adapun Syarat Mutu Gula Pasir tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Syarat Mutu Gula Pasir No Kriteria Uji Satuan Persyaratan GKP SHS GKM HS 1. Keadaan : 1.1 Baru 1.2 Rasa Normal Normal 2. Warna nilai remisi yang direduksi , , bb Min 53 Min 53 3. Besar jenis butir mm 0,8 – 1,2 0,8 – 1,2 4. Air, , bb Mak 0,1 Mak 0,1 5. Sakrosa , , bb Min 99,3 Min 99,0 6. Gula tereduksi, , bb Mak 0,1 Mak 0,2 7. Abu, , bb Mak 0,1 Mak 0,2 8. Bahan asin tidak larut Derajat Mak 5 - 9. Bahan tambahan makanan : belerang dioksida SO2, mgkg Mak 20 Mak 70 10. Cemaran Logam : 10.1 Timbal Pb, mgkg 10.2 Tembaga Cu, mgkg 10.3 Raksa Hg, mgkg 10.4 Seng Zn, mgkg 10.5 Timah Sn, mgkg Mak 2,0 Mak 2,0 Mak 0,03 Mak 40,0 Mak 40,0 Mak 2,0 Mak 2,0 Mak 0,03 Mak 40,0 Mak 40,0 11 Arsen Mak 1,0 Mak 1,0 Sumber : Pusat Standarisasi Industri, 1997 Keterangan : GKP : Gula Kristal Putih GKM : Gula Kristal Merah Fungsi penambahan larutan gula pada nenas kalengan adalah sebagai pemanis, pengawet, mempercepat perpindahan panas pada bahan pangan secara Universitas Sumatera Utara merata, memperbaiki flavour, membantu menyebarkan flavour dan warna secara merata serta untuk mengisi rongga udara pada bahan pangan. Volume bahan penunjang yang digunakan oleh PT. AAI dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Volume Bahan Penunjang Gula Putih Pada Pengolahan Nenas PT.AAI. Tahun Volume Kg Bulan Tahun 2005 50 600 2006 40 500 2007 36 432 Sumber : Lampiran 5,6,7  Input Produksi Selain bahan baku dan bahan penunjang input produksi lainnya sangat penting dalam usaha pengolahan seperti tenaga kerja, bahan kemasan ,dll. Tenaga kerja untuk pengolahan nenas adalah yang berasal dari daerah penelitian Tapanuli Utara, dimana selain pegawai tetap setiap hari perusahaan ini merekrut pegawai tidak tetap 120 orang. Pegawai tidak tetap ini sama dengan buruh harian lepas BHL di perkebunan Situmorang, M. 2008 . Menurut staf kepegawaian perusahaan perekrutan pegawai tidak tetap 120 orang setiap hari sampai sekarang belum pernah menghadapi masalah artinya selalu tersedia setiap hari. Bahan kemasan seperti drum, isolatif, kaleng, label, karton, lem, dll yang digunakan untuk usaha pengolahan nenas selalu tersedia karena perusahaan membeli langsung dari penyalurgrosir yang ada di kota Medan maupun di daerah penelitian artinya selalu tersedia cukup untuk setiap proses pengolahan. Universitas Sumatera Utara  Teknologi Pengolahan Teknologi pengolahan selain harus tersedia juga harus dikuasi oleh tenaga kerja pemilik usaha yang terlibat dalam pengolahan tersebut. Penggunaan harus seefisien mungkin agar setiap biaya yang dileluarkan dapat seoptimal mungkin dan menguntungkan usaha. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa usaha pengolahan nenas PT. AAI menggunakan alat dan mesin yang canggih. Alat dan mesin yang digunakan oleh PT. AAI dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Alat-alat Mesin yang yang digunakan dalam Proses Pengolahan Nenas PT. AAI No Jenis Alat Umur Ekonomis Jumlah Unit Harga Satuan Rp 000 Kondisi Peralatan 1 Timbangan duduk 5 3 450.000,00 Baik 2 Mesin Pengupas Nenas 5 3 80.000.000,00 Baik 3 Belt Conpoyer 5 3 70.000.000,00 Baik 4 Mesin Slicer Mashine Pemotong Nenas 5 3 300.000.000,00 Baik 5 Tidbit Cutter 5 5 15.000.000,00 Baik 6 Chunk Cutter 5 5 15.000.000,00 Baik 7 Timbangan Meja 5 2 200.000.000,00 Baik 8 Tangki Pembuatan SirupJuice 5 2 40.000.000,00 Baik 9 Exhauster 5 1 1.000.000.000,00 Baik 10 Seamer Penutup Kaleng 5 2 750.000.000,00 Baik 11 Cooker Masak 5 1 1.500.000.000,00 Baik 12 Cooler Pendinginan 5 1 1.500.000.000,00 Baik 13 Blower Pengeringan 5 1 20.000.000,00 Baik 14 Mesin Coding Inkjet Printer 5 1 75.000.000,00 Baik Total 70 33 5.565.450.000,00 Baik Sumber : Lampiran 3 Dari Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa terdapat 14 jenis alat yang digunakan dimana umur ekonomis semua alat 5 tahun dengan kondisinya baik. Artinya dalam penyediaan alat mesin tersebut perusahaan tidak mengalami kesulitan walaupun sebagian ada alat-alat tersebut harganya sangat mahal. Dengan Universitas Sumatera Utara kata lain perusahaan mampu menyediakan teknologi pengolahan nenas ini sesuai dengan kebutuhan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hipotesis 1 yang mengatakan bahwa bahan baku, input produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan tersedia di daerah penelitian dapat diterima. 6.2. Nilai Tambah Value Added produk dalam pengolahan Nenas Nilai tambah adalah nilai produk olahan dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang. Nilai tambah memperkirakan peningkatan nilai bahan baku setelah mengalami pengolahan dengan menggunakan bahan penunjang. Rataan Nilai tambah Value Added yang diperoleh pengusaha pengolahan nenas per tahun dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Nenas di PT. AAI Tahun 2005 -2007 Uraian 2005 2006 2007 1. Bahan Baku a Volume Ton b Harga RpKg c Nilai Rp 000 6000 700 4.200.000 3000 700 2.100.000 9000 700 5.400.000 2. Bahan Penunjang a Volume Ton b Harga RpKg c Nilai Rp 000 600 7500 4.500.000 500 7500 3.750.000 432 6400 2.764.800 5. Produk Olahan a Volume Ton b Harga RpKg c Nilai Rp 000 8000 20.000 160.000.000.000 4000 20.000 8.000.000 12.000 20.000 240.000.000.000 4. Nilai Tambah Rp 000 159.991.300.000 74.150.000 239.991.835.200 5. Nilai Tambah RpKg 19.000 18.537,50 19.319,6 Sumber : Lampiran 4,5, dan 6 Dari Tabel 11. dapat dikemukakan bahwa nilai tambah yang diperoleh PT. AAI ternyata bervariasi setiap tahun dimana pada tahun 2007 jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya namun nilai tambah per Kg produk olahan ternyata hampir Universitas Sumatera Utara sama. Variasi nilai tambah ini tentu saja dipengaruhi oleh volume bahan baku yang digunakan. Dari data ini dapat diketahui bahwa nilai produk olahan lebih besar dari nilai bahan baku dan bahan penunjang maka hipotesis 2 dapat diterima.

6.3. Kemampuan Usaha Pengolahan Nenas dalam Menyerap Tenaga Kerja.