Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan oleh masyarakat

Berdasarkan Gambar 5 bagian yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah daun 29 dan diikuti dengan buah 28. Masyarakat sekitar Tahura SSH biasanya memanfaatkan bagian tumbuhan berupa daun dan buah dalam kehidupan sehari-hari untuk sayur, obat, dan pewangi. Bagian tumbuhan berupa daun paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena selain mudah didapat, cara pengolahan juga relatif mudah. Masyarakat memanfaatkan bunga 21 kebanyakan untuk tumbuhan hias. Begitu juga dengan herba 5 selain dimanfaatkan sebagai obat bagian tumbuhan herba juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias. Bagian tumbuhan rimpang 8 terutama dari Famili Zingiberaceae banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bumbu masak dan obat. Untuk umbi, getah, dan kulit kayu 1 masyarakat hanya sedikit dalam memanfaatkan bagian tumbuhan ini sedangkan untuk batang atau kayu 6 masyarakat memanfaatkan bagian ini untuk kayu bakar walaupun intensitas penggunaanya terbilang sangat jarang karena masyarakat di sekitar TAHURA SSH sudah memanfaatkan LPG liquid petroleum gas terutama untuk memasak. Pemanfaatan bagian-bagian tertentu dari tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH kebanyakan berasal dari pekarangan rumah atau kebun mereka sendiri. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TAHURA SSH tidak pernah dilakukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar tidak ada kaitannya dengan kerusakan hutan yang terjadi walaupun dilain sisi ada pihak atau oknum-oknum tertentu yang melakukan illegal logging , perambahan hutan secara liar, ataupun pembukaan perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan kerusakan hutan semakin tinggi.

5.2.5 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan oleh masyarakat

Hasil wawancara dengan 15 orang responden diperoleh sebanyak 99 spesies dari 46 famili tumbuhan yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Data rinci mengenai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 18. Berikut adalah klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tabel 15. Tabel 15 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan No. Klasifikasi kelompok kegunaan Jumlah Spesies Famili 1. Tumbuhan obat 38 23 2. Tumbuhan aromatik 2 2 3. Penghasil pangan 43 28 4. Tumbuhan hias 19 14 5. Penghasil pestisida nabati 3 3 6. Penghasil bahan pewarna tannin 3 3 7. Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan 2 2 8. Penghasil kayu bakar 5 5 9. Penghasil bahan bangunan 4 3 10. Keperluan upacara adat 5 3 11. Penggunaan lain 3 3

5.2.5.1 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang berupa daun, batang, buah, bunga, dan akar yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat-obatan tradisional. Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat, terutama obat tradisional mencapai lebih dari 1.000 jenis, dimana 74 diantaranya merupakan tumbuhan liar yang hidup di hutan Zuhud Haryanto 1990 diacu dalam Rachmat 2009. Hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 38 spesies dari 23 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Famili yang terbanyak digunakan oleh masyarakat adalah Zingiberaceae dan Myrtaceae dengan masing-masing berjumlah 3 spesies diikuti oleh famili Solanaceae, Poaceae, Arecaceae, serta Rubiaceae masing-masing 2 spesies dan famili lainnya masing-masing berjumlah 1 spesies. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili. 3 3 2 2 2 2 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Zingiberaceae Myrtaceae Solanaceae Poaceae Arecaceae Rubiaceae Jumlah spesies Famili Famili Zingiberaceae dan Myrtaceae merupakan famili yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena famili ini paling sering dijumpai di sekitar pekarangan rumah atau kebun. Selain itu, cara pengolahanya sangat mudah dilakukan oleh masyarakat contohnya jambu biji Psidium guajava digunakan sebagai obat menurunkan panas atau demam Gambar 7. Cara pengolahannya langsung dimakan oleh pengguna. Selain itu, jahe Zingiber officinale dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat batuk dengan cara merebusnya dengan air lalu airnya diminum. Data spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar TAHURA SSH tersaji pada Lampiran 19. Gambar 7 Jambu biji. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH masih sedikit karena masyarakat lebih banyak menggunakan obat-obatan modern atau langsung ke rumah sakit. Saat ini mereka lebih memilih untuk membeli obat, terutama untuk penyakit ringan seperti pusing, sakit perut, dan demam di toko obat yang tersedia di pasar dengan harga yang relatif murah. Akses jalan yang baik dan fasilitas kesehatan yang sudah memadai menjadikan masyarakat mudah memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia dibanding memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Berdasarkan hasil wawancara, pemanfaatan tumbuhan sebagai obat hanya sebatas pertolongan awal sebelum ke rumah sakit. Selain itu, kebanyakan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat banyak ditemui di sekitar pekarangan atau kebun.

5.2.5.2 Tumbuhan hias

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH diperoleh tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias sebanyak 19 spesies dari 14 famili. Beberapa tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Beberapa spesies tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus 1. Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit 2. Kaktus Ferocactus pilosus Cactaceae Herba 3. Keladi kecil Caladium bicolor Araceae Herba 4. Soka Ixora coccinea Rubiaceae Perdu 5. Tanduk rusa Platycerium bifurcatum Polypodiaceae Herba Pemanfaatan tumbuhan hias oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH hanya sebatas untuk keindahan dan penghias di pekarangan rumah mereka. Selain itu, banyak dari masyarakat yang diwawancarai tidak mengetahui jenis tumbuhan hias yang ditanami di halaman rumah mereka serta masyarakat masih belum banyak tahu cara untuk mengembangkan tumbuhan hias sebagai tumbuhan yang bernilai komersial. Sebagai contoh, kaktus Ferocactus pilosus dan tanduk rusa Platycerium bifurcatum jika dibudidayakan akan mendatangkan usaha dan keuntungan Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8 Kaktus. Gambar 9 Tanduk rusa.

5.2.5.3 Tumbuhan aromatik

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut “minyak terbang” Inggris: volatile oils. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil dari kata essence karena minyak tersebut memberikan bau pada tanaman Koensoemardiyah 2010. Tumbuhan aromatik atau penghasil minyak atsiri juga merupakan output tanaman tradisional yang banyak digunakan dalam industri kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian parfum, farmasi, kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya Mangun 2006. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH, penggunaan tumbuhan sebagai pewangi atau aromatik belum banyak diketahui manfaatnya. Hanya ditemukan dua spesies yang dimanfaatkan masyarakat, yakni pandan Pandanus amarrylifolius yang digunakan para ibu untuk mengaharumkan ayunan anak bayi Gambar 10. Pandan diletakkan di bawah ayunan atau di dalam kasur ayunan bayi. Spesies berikutnya yang dimanfaatkan masyarakat untuk aromatik adalah gaharu Aquileria malacenssis Gambar 11. Gambar 10 Pandan. Gambar 11 Gaharu.

5.2.5.4 Tumbuhan penghasil

pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia Saparinto Hidayati 2006. Masyarakat sekitar TAHURA SSH banyak memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil pangan karena spesies tumbuhan penghasil pangan banyak ditanami dan mudah dijumpai di sekitar pekarangan rumah. Rata-rata tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat untuk pangan juga banyak digunakan sebagai obat. Hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 43 spesies dari 28 famili tumbuhan penghasil pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil wawancara dengan responden juga diketahui bahwa masyarakat mendapatkan tumbuhan sebagai bahan pangan bukan berasal dari dalam kawasan melainkan dari hasil kebun, pekarangan, atau kebanyakan dari mereka membeli tumbuhan tersebut dari pasar. Data secara rinci mengenai pemanfaatan tumbuhan penghasil pangan dapat dilihat pada Lampiran 20. Gambar 12 Rimbang. Gambar 13 Sukun. Spesies rimbang Solanum torvum biasanya dimanfaatkan sebagai sayur Gambar 12. Biasanya masyarakat memanfaatkan spesies ini untuk tambahan sayur atau digunakan untuk membuat gulai. Selain itu, rimbang dimanfaatkan sebagai bahan minuman dengan cara buah rimbang diblender sampai halus lalu ditambahkan dengan sedikit air, kemudian ditambah gula agar ketika diminum tidak menimbulkan rasa mual. Hasil wawancara, masyarakat mempercayai bahwa apabila memakan rimbang akan mendatangkan kesehatan bagi mata. Sedangkan sukun Artocarpus communis dimanfaatkan masyarakat sebagai pangan dengan cara dibuat keripik Gambar 13.

5.2.5.5 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH diperoleh tiga spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pestisida. Beberapa spesies yang dimanfaatkan masyarakat sebagai penghasil pestisida nabati tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan masyarakat sekitar TAHURA SSH No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian yang dimanfaatkan 1. Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae Pohon Daun 2. Mimba Azadirachta indica Meliaceae Pohon Daun 3. Sereh Cymbopogon nardus Poaceae Herba Batang Masyarakat sekitar TAHURA SSH masih belum banyak mengetahui dan memanfaatkan tumbuhan sebagai pestisida nabati. Namun, ada masyarakat tertentu yang paham akan tumbuhan yang bisa dijadikan pestisida nabati. Hasil wawancara dengan masyarakat yang berprofesi sebagai petani atau masyarakat yang memiliki kebun lebih paham tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pestisida. Sebagai contoh, mimba Azadirachta indica digunakan petani untuk mengusir hama cabe Gambar 14. Cara pengolahan yang dilakukan cukup sederhana, yakni daunnya ditumbuk dengan halus kemudian ambil satu buah lengkuas yang telah ditumbuk juga dan ditambahkan sedikit detergen. Semua bahan tersebut direbus dan kemudian didiamkan selama tiga hari. Setelah itu baru bisa digunakan sebagai pestisida nabati. Gambar 14 Mimba. Spesies mimba Azadirachta indica merupakan tumbuhan yang terdapat di dataran rendah dan dapat tumbuh baik di lahan kritis. Biasanya tumbuhan ini digunakan sebagai pohon pelindung, makanan ternak, dan pestisida nabati. Dari tumbuhan mimba, senyawa kimia Azadirachtin yang bersifat insektisida dapat diisolasi Hutami et al. 2003. Senyawa kimia pada daun mimba ini dapat membunuh ulat dan merusak telur pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak Spodoptera litura Sudarmo 2005.

5.2.5.6 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin

Hasil wawancara yang dilakukan teridentifikasi sebanyak 3 spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi hanya sebatas untuk pewarna dalam bahan makanan. Berikut adalah spesies yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pewarna Tabel 18. Tabel 18 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan tannin No Nama lokal Nama ilmiah Famili Penghasil warna Bagian yang digunakan 1. Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Kuning Rimpang 2. Pandan Pandanus amarrylifolius Pandanaceae Hijau Daun 3. Suji Pleomele angustifolia Liliaceae Hijau Daun Masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil warna dan tannin masih sedikit. Masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH yang kebanyakan masyarakat pendatang kurang mengetahui informasi tentang pemanfaatan tumbuhan terutama dalam pengahasil warna. Mereka kebanyakan menggunakan bahan pewarna cat atau pewarna bahan makanan kimia yang sudah tersedia di pasaran. Masyarakat sudah berpikiran praktis dan berpikiran modern. Sedangkan data tumbuhan penghasil warna dan tannin yang didapat karena ada penduduk yang masih menanam jenis tersebut di sekitar pekarangan rumah.

5.2.5.7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

Pemukiman masyarakat sekitar TAHURA SSH yang dekat dengan akses dan berbagai fasilitas umum menjadikan masyarakat tidak memanfaatkan tumbuhan untuk bahan bangunan mereka. Menurut Saepudin 2005 ketergantungan masyarakat terhadap bahan papan dan perkakas dari alam berkaitan dengan lokasi tempat tinggal mereka yang jauh dari kota dimana tersedianya bahan-bahan bangunan, selain itu tradisi juga mempengaruhi ketergantungan tersebut. Tingkat pekerjaan yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang merupakan salah satu alasan untuk tidak memanfaatkan tumbuhan dari dalam hutan. Hasil wawancara dengan 15 orang responden mereka tidak memanfaatkan tumbuhan untuk bahan bangunan karena mereka dengan mudah bisa mendapatkan dan membeli bahan bangunan di toko bangunan. Tetapi, masyarakat hanya mengetahui ada beberapa tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan tersaji pada Tabel 19. Tabel 19 Spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus 1. Akasia Acacia mangium Fabaceae Pohon 2. Bambu Bambusa vulgaris Liliaceae Herba 3. Mahang Macaranga triloba Euphorbiaceae Pohon 4. Sendok-sendok Endospermum diadenum Euphorbiaceae Pohon

5.2.5.8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan

Masyarakat di sekitar kawasan TAHURA SSH sudah tidak memiliki tradisi-tradisi tertentu yang dilakukan atau ritual-ritual tertentu karena masyarakat sudah modern dan pemukiman masyarakat sudah dekat dengan akses perkotaan ditambah lagi letak pemukiman masyarakat yang strategis dengan jalan lintas. Dengan kata lain pengaruh dari luar dan pencampuran suku atau budaya sudah terjadi pada masyarakat ini. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH teridentifikasi sebanyak 5 spesies tumbuhan yang pernah dipakai orang dulu untuk upacara adat, seperti pernikahan atau menyambut tamu dari luar daerah. Secara rinci tersaji pada Tabel 20. Tabel 20 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk keperluan adat No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus 1. Bunga rayakembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Perdu 2. Kapas Gossypium acuminantum Malvaceae Pohon 3. Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon 4. Pinang Areca catechu Arecaceae Pohon 5. Sirih Piper bettle Piperaceae Liana Informasi yang diperoleh tentang pemanfaatan tumbuhan berguna untuk keperluan adat pada zaman dahulu banyak diketahui manfaatnya. Contohnya Bunga rayakembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis digunakan untuk menyembuhkan penyakit panas akibat kemasukan roh halus Gambar 15. Orang minang menyebutnya “tesapo”. Selain itu ada juga tumbuhan yang digunakan untuk menyambut tamu atau digunakan dalam upacara-upacara adat seperti pesta pernikahan, yakni pinang Areca catechu Gambar 16 dan sirih Piper bettle harus selalu wajib ada dalam acara tersebut. Gambar 15 Bunga raya. Gambar 16 Buah pinang.

5.2.5.9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai penghasil tali, anyaman, dan kerajinan hanya ditemukan dua spesies yang dapat digunakan sebagai anyaman. Namun, setiap responden yang diwawancarai tidak pernah memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil tali, anyaman, atau kerajinan. Masyarakat hanya sebatas mengetahui bahwa spesies pandan Pandanus amarrylifolius dan bambu Bambusa vulgaris dapat dimanfaatkan sebagai anyaman. Menurut Widjaja et al. 1989 spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku anyaman di suatu daerah tergantung pada spesies yang tumbuh di sana.

5.2.5.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Kayu bakar sebagai sumber energi kayu, pada zaman dahulu merupakan bahan yang sangat penting terutama untuk masak dan memasak. Namun, saat sekarang pemanfaatan tumbuhan sebagai kayu bakar sudah berkurang karena bahan baku kayu sudah sulit ditemui terlebih lagi masyarakat sudah menggunakan kompor minyak atau LPG untuk memasak. Hasil wawancara yang dilakukan, masyarakat tidak memanfaatkan tumbuhan tertentu sebagai kayu bakar tetapi hanya mengetahui bahwa spesies dari kayu atau tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Menurut masyarakat semua tumbuhan atau kayu bisa dijadikan kayu bakar asal sudah dikeringkan atau dijemur sebelum digunakan sebagai kayu bakar. Beberapa spesies yang dapat dijadikan kayu bakar oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH tersaji pada Tabel 21. Tabel 21 Spesies yang dapat dijadikan kayu bakar No Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian yang dimanfaatkan 1. Akasia Acacia mangium Fabaceae Pohon Batang kayu 2. Karet Hevea brassiliensis Euphorbiaceae Pohon Batang kayu 3. Kelapa sawit Elais guinensiis Arecaceae Pohon Pucuk sawit 4. Keruing Dipterocarpus crinitus Dipterocarpaceae Pohon Batang kayu 5. Tebu Saccharum officinarum Poaceae Herba Daun kering

5.2.5.11 Tumbuhan untuk penggunaan lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH teridentifikasi sebanyak 3 spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai penggunaan lain, yakni akar tuba Derris eliptica, ketapang Terminalia cattapa dan tebu hitam Saccharum sp. Gambar 17 dan Gambar 18. Gambar 17 Ketapang. Gambar 18 Tebu hitam. Selain sebagai peneduh dan dijadikan pakan, masyarakat mempercayai bahwa apabila menanam ketapang Terminalia cattapa dan tebu hitam Saccharum sp. di depan rumah akan menolak makhlus halus atau roh jahat untuk masuk ke dalam rumah. Akar tuba sendiri dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai racun yang berfungsi untuk menangkap ikan tetapi menurut Sudarmo 2005, akar tuba juga berfungsi sebagai pestisida nabati. Akar tuba mengandung bahan aktif rotenon, deguelin, elipton, dan toksikarol. Pestisida nabati akar tuba efektif untuk mengendalikan hama moluska keong.

5.3 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TAHURA SSH

Dokumen yang terkait

The Community Participation in Mangrove Forest Management (Case Study in Muara Kintap Village Kintap District and Pagatan Besar Village Takisung District Tanah Laut Regency)

0 7 242

Spatial Modelling on Susceptibility of Fires in Peatland, a Case Study in District of Bengkalis, Riau Province

1 11 208

Study on Type and Shape of Urban Forest in Danau Raja Area, Rengat City, Indragiri Hulu Regency, Riau Province

0 3 8

Land Use Change Modeling in Siak District, Riau Province, Indonesia Using Multinomial Logistic Regression

0 3 253

Capital Social Analysis in National Park Management (Case Study in Kasepuhan Citorek Cibeber Sub-district Lebak District Banten Province)

0 7 210

Study Conservation of Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) In Indigenous Forest of Aur Kuning Village, Riau Province

0 15 147

The Community Participation in Mangrove Forest Management (Case Study in Muara Kintap Village Kintap District and Pagatan Besar Village Takisung District Tanah Laut Regency)

0 3 116

Implementation of Community-based Environment Sanitation Program (Case Study in Benteng Sub-district, Kepulauan Selayar Regency, South Sulawesi Province)

0 0 7

Policy Implementation of Integrated Poverty Alleviation Program-Village- based Surgery (PTPK-BBK) (Case Study in Fishermen Community in Bantaya Village, Parigi Sub-district, Parigi Moutong Regency, Central Sulawesi Province)

0 0 6

ECONOMIC EFFICIENCY OF SOYBEAN FARMING (CASE STUDY IN MLORAH VILLAGE REJOSO DISTRICT NGANJUK REGENCY)

0 0 7