I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman palawija. Salah satu contoh tanaman palawija yang merupakan komoditi penting untuk konsumsi
masyarakat Indonesia adalah kedelai. Kedelai adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Ada dua jenis kedelai yaitu kedelai hitam Glycine Soja yang merupakan
tanaman asli daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan kedelai putih Glycine Max merupakan tumbuhan serbaguna, karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas. Kedelai merupakan
tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga dapat digunakan sebagai produk pangan manusia, pupuk hijau, dan pakan ternak. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein
dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin asam fitat dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi tempe, kecap, tahu, susu kedelai, dan sebagainya.
Dalam proses pengolahan biji kedelai menjadi bahan makanan diperlukan beberapa tahapan pengolahan, mulai dari kedelai kering hingga menjadi bahan makanan. Salah satu tahapan pengolahan
kedelai adalah pengupasan kulit ari biji kedelai, pengupasan ini bertujuan memisahkan kulit ari kedelai dari biji kedelai karena kulit ari kedelai dapat mengeluarkan bau langu yang dapat
mempengaruhi rasa makanan hasil olahan kedelai dan mencegah kulit ari yang kotor ikut diolah menjadi makanan.
Menurut BALITKABI 2012 kurang tersedianya alat pengupas kulit ari biji kedelai yang murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat, merupakan salah satu kendala dalam memacu
pengembangan agroindustri berbasis kedelai, misalnya industri kecil pembuatan tahu. Cara mengupas kulit ari biji kedelai yang sering digunakan oleh masyarakat adalah meletakkan
biji kedelai yang telah direndam pada sebuah tampah dari bambu kemudian biji kedelai tersebut diinjak berulang kali hingga terkelupas. Cara lain yang digunakan adalah merendam biji kedelai dalam
waktu yang cukup lama 24 jam hingga biji kedelai tersebut terkelupas dengan sendirinya, namun kedua cara tersebut dinilai kurang efisien dalam hal waktu dan biaya, sehingga untuk jumlah biji
kedelai tertentu dibutuhkan inovasi alat pengupas kulit ari kedelai yang lebih efisien. Pada tahun 2011 Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna BPTTG, provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta DIY berhasil mendisain alat pengupas kulit ari kedelai tipe engkol semi mekanis dan mekanis, hal ini bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses
pengolahan kedelai menjadi bahan makanan. Menurut Badan Pengembangan dan Penelitian Industri 2010 masalah yang timbul dari
adanya teknologi-teknologi inovatif yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga pengembangan adalah kurangnya dampak yang diberikan terhadap para pelaku industri. Para pelaku industri
seringkali melakukan kesalahan dalam penentuan penggunaan alat yang tersedia, sehingga tidak mendapatkan efisiensi dan efektifitas biaya yang sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu contoh
adalah UD Barokah, salah satu perusahaan pembuatan tahu yang cukup terkemuka di kawasan Sleman, DIY. UD Barokah masih menggunakan tampah sebagai alat pengupas kulit ari kedelai
meskipun jumlah kedelai rata-rata yang diolah dalam satu tahun selalu meningkat, peningkatan jumlah kedelai yang diolah tersebut mengharuskan UD Barokah mengganti alat pengupas kedelai dengan alat
yang berkapasitas lebih tinggi dan menguntungkan. Penentuan alat pengupas kulit ari kedelai secara tepat sesuai aspek-aspek ekonomi teknik
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan efektifitas pengupasan kulit ari kedelai. Selain
2 dilihat dari performa alat tersebut, perlu juga diperhatikan analisis biaya dalam operasional alat
tersebut sehingga efisiensi dalam penentuan penggunaan alat pengupas kulit ari kedelai dapat tercipta. Menurut Hendriadi et al. 2008 pengembangan teknologi mekanisasi tanpa memperhatikan
kondisi wilayah dan tidak diikuti oleh perbaikan infrastruktur kelembagaan pendukung, sistem usaha dan analisis kelayakan usaha tidak akan memberikan hasil yang optimal. Analisis kelayakan usaha
yang dapat dilakukan dapat berupa analisis usaha secara keseluruhan maupun evaluasi alternatif. Penelitian aspek ekonomi teknik yang akan dilakukan akan difokuskan pada aspek teknis dan
finansial dari alat pengupas kulit ari kacang kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis, dan tipe rol mekanis, sehingga bisa mendapatkan evaluasi alternatif pada setiap kegiatan pengupasan kulit ari
kacang kedelai. DeGarmo et al. 1984 menyatakan bahwa evaluasi alternatif adalah suatu metode analisis
yang dilakukan untuk menentukan pilihan terbaik secara finansial di antara alternatif penggunaan teknologi yang dapat digunakan.Oleh karena itu perlu dilakukan studi kelayakan operasional
pengupasan kulit ari biji kedelai antara alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkolsemi mekanis ENGKOL23-BPTTG, dan alat pengupas kulit ari biji
kedelai tipe mekanis OTOROL23-BPTTG. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir dan perhitungan biaya operasional alat pengupas
kulit ari kacang kedelai yang dibuat oleh Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna BPTTG, Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Pengujian dilakukan di BPTTG.
1.2 Tujuan Penelitian