lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan HS 0.1. Tingginya jumlah hepatosit normal pada kelompok perlakuan HS madu terhadap kelompok
perlakuan habbatussauda dikarenakan kandungan dari habbatussauda bekerja secara sinergis dengan bahan-bahan yang terkandung pada madu. Kombinasi
habbatussauda dan madu memiliki efek hepatoprotektif yang lebih besar Al Ameen et al. 2011.
Ginjal adalah alat tubuh yang memiliki daya filtrasi dan reabsorpsi. Bagian yang merupakan bagian reabsorpsi ialah sel epitel tubulus. Sel-sel tubuli
menyerap kembali sebagian besar air disamping garam. Selain itu, sel-sel tubuli juga menambah zat-zat kimia pada hasil penyaringan. Sel-sel tubuli mempunyai
daya reabsorbsi dan daya sekresi Ressang 1984. Epitel ginjal merupakan bagian yang sensitif terhadap bahan-bahan yang bersifat toksik Dannuri 2009. Tubulus
proksimal merupakan bagian yang paling mudah mengalami lesi akibat iskemia dan zat toksik . Hal ini disebabkan pada tubuli proksimal terjadi proses absorbsi
dan sekresi zat, sehingga kadar zat toksik lebih tinggi Lullmann et al. 2005. Bila terjadi absorbsi bahan toksik pada epitel tubuli akan mengganggu metabolisme
dan absorbsi. Selain itu kadar sitokrom P-450 pada tubulus proksimal lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan zat toksik Dannuri 2009. Ada dua
segmen tubuli yang mudah mengalami kerusakan, yaitu tubuli rekti proksimalis Kandungan madu berupa senyawa fenofilik yang berfungsi
sebagai antioksidan yang berfungsi dalam menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada protein dan lemak, serta
mencegah terjadinya karsinogenesis dan mutagenesis Abdul et al. 2008. Perbedaan hasil yang didapatkan pada mencit jantan dan betina dikarenakan
adanya perbedaan sistem fisiologi tubuh dari kedua jenis kelamin mencit tersebut. Hormon merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan
metabolisme tubuh. Hormon kelamin jantan berupa testosteron dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15, dan hormon
kelamin betina berupa estrogen hanya beberapa persen tetapi tidak cukup bermakna, sehingga energi yang dihasilkan dalam sistem metabolisme di dalam
sel juga berbeda-beda Guyton dan Hall 1996.
4.2 Histopatologi Ginjal
dan segmen tebal loop henle dibagian medula. Hal ini dikarena kebutuhan energi yang tinggi, sedangkan aliran darah dan suplai oksigen relatif kecil yang masuk ke
dalam medula Cotran et al. 1989 dan Cheville 1999. Pengamatan histopatologi pada ginjal menunjukkan adanya perubahan pada
kelompok kontrol dan perlakuan. Perubahan yang terjadi meliputi degenerasi hidropis dan lemak maupun nekrosa. Penghitungan jumlah sel epitel tubulus yang
mengalami lesio antara kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan pada 5 bidang pandang. Hasil analisis statistik persentase sel epitel tubulus ginjal dapat dilihat
pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10 Persentase lesi sel epitel tubulus ginjal mencit jantan.
Persentase Kelompok
Degenerasi Hidropis Degenerasi lemak
Nekrosa Normal
HS Kontrol
69.88 ± 5.03 1.27 ± 0.33
a
13.76 ± 1.37
b
15.09 ± 6.74
a
HS 0.1
a
57.95 ± 5.02 0.00 ± 0.00
a
13.64 ± 6.52
a
27.42 ± 3.45
a
HS 0.2
a
71.60 ± 1.82 0.00 ± 0.00
a
18.98 ± 2.25
a
9.49 ± 3.72
a
HS Madu
a
59.63 ± 1.38 0.00 ± 0.00
a
21.29 ± 2.44
a
18.09 ± 1.49
a a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata p0.05 antar kelompok perlakuan.
Tabel 11 Persentase lesi sel epitel tubulus ginjal mencit betina.
Persentase Kelompok
Degenerasi Hidropis Degenerasi Lemak
Nekrosa Normal
HSKontrol
70.48 ± 1.05 2.43 ± 2.59
ab
17.10 ± 1.63
a
9.99 ± 3.17
a
HS 0.1
a
63.12 ± 5.08 0.00 ± 0.00
a
13.82 ± 7.20
a
23.06 ± 9.89
a
HS 0.2
a
81.93 ± 9.06 0.61 ± 1.06
b
6.79 ± 7.15
a
10.67 ± 6.95
a
HS Madu
a
71.06 ± 8.00 0.45 ± 1.21
ab
12.14 ± 2.63
a
16.84 ±8.59
a a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata p0.05 antar kelompok perlakuan.
Gambar 11 Gambaran histopatologi sel tubulus ginjal dengan perlakuan ekstrak minyak jintan hitam Nigella sativa
berupa degenerasi hidropis panah hijau, degenerasi lemak panah biru, nekrosa piknosis panah merah, nekrosa karyorheksis panah hitam dan sel tubulus normal panah kuning.
Pewarnaan HE. Bar: 50 µm.
Pemberian Ekstrak minyak jintan hitam memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan mencit kelompok kontrol. Kelompok perlakuan memiliki
rataan sel normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan rataan jumlah sel normal pada kelompok perlakuan kontrol Tabel 10 dan Tabel 11, walaupun secara
statistik nilainya tidak berbeda nyata. Pada kelompok perlakuan HS 0.2 mencit jantan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol,
walaupun tidak berbeda nyata. Penurunan ini bisa dikarenakan oleh daya tahan tubuh dan status imun masing-masing hewan berbeda, sehingga efek
habbatussauda belum berpengaruh. Peningkatan sel epitel tubulus normal kemungkinan karena kandungan dari habbatussauda. Salah satu kandungannya
adalah betakaroten yang berperan dalam pemeliharaan sel-sel epitel, menstabilkan radikal berinti karbon, pertumbuhan secara umum dan metabolisme Ide 2010.
Selain itu habbatussauda juga mengandung tokoferol yang berfungsi dalam pemeliharaan membran sel Sandjaja 2009. Khasiat dalam pemeliharaan sel
epitel ini kemungkinan dapat menyebabkan nilai rataan sel tubulus normal kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Perubahan yang terjadi pada sel tubulus meliputi degenerasi hidropis, degenerasi lemak, dan nekrosa pada epitel tubulus Gambar 11. Hasil pada Tabel
10 dan 11 menunjukkan bahwa degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan HS 0.2 ml pada mencit jantan dan mencit betina lebih tinggi walaupun tidak berbeda
nyata p0.05 dibandingkan kelompok kontrol. Degenerasi hidropis terjadi sebagai respon terhadap iskemia dan keracunan. Korteks renalis merupakan
bagian yang paling sensitif terhadap hipoksia iskemia terutama tubulus proksimal.
Iskemia dapat terjadi karena keracunan zat kimia sehingga aliran oksigen ke sel tubulus ginjal menjadi berkurang. Mitokondria membutuhkan
oksigen untuk fosforilasi oksidasi dan pembentukan adenosin trifosfat ATP. Sel membutuhkan ATPase untuk mengaktifkan pompa natrium-kalium dalam
pengaturan keluar masuknya ion. Pada saat sel-sel kekurangan ATP, maka sel tidak dapat mempertahankan fungsinya, misalnya fungsi pemindahan natrium
keluar dan kalium kedalam sel melalui pompa natrium-kalium Corwin 2001. Iskemia dan keracunan mengakibatkan pompa ion natrium-kalium rusak sehingga
kadar natrium dan tekanan osmotik di dalam sel meningkat dan terjadi penarikan air ke dalam sel. Pada keadaan ini sitoplasma membengkak akibat akumulasi
cairan diantara matriks sel dan retikulum endoplasma. Secara mikroskopis sel-sel terlihat mengandung ruangan-ruangan jernih yang mengelilingi inti tetapi tidak
sejernih glikogen atau lemak Cheville 1999. Perubahan ini bersifat reversible, sehingga sel dapat kembali normal jika penyebabnya dihentikan.
Degenerasi hidropis yang terjadi pada kelompok kontrol kemungkinan terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan yang memungkinkan mencit terpapar
agen penyakit yang non spesifik, sedangkan degenerasi hidropis yang terjadi pada kelompok perlakuan selain karena pengaruh lingkungan, kemungkinan akibat
senyawa yang terkandung di dalam habbatussauda. Setiap senyawa kimia pada dasarnya bersifat racun dan kejadian keracunan dapat terjadi karena pengaruh
dosis dan cara pemberian Darmansjah 1995; Selly dan Maronpot 1999. Perubahan pada sel tubulus ginjal juga memperlihatkan adanya degenerasi
lemak Gambar 11. Hasil pada Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dibandingkan dengan semua kelompok perlakuan serta tidak
berbeda nyata p0.05 pada mencit betina dan berbeda nyata p0.05 pada mencit jantan. Degenerasi lemak merupakan penimbunan abnormal dari
trigliserida dalam sel parenkim. Ditandai dengan adanya vakuola-vakuola lemak kecil di sitoplasma epitel tubulus ginjal sehingga jaringan tampak jernih.
Penyebabnya dapat bermacam-macam seperti toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia Sudiono et al. 2001. Degenerasi lemak bisa
disebabkan oleh komponen alkaloid yang terkandung di dalam ekstrak minyak
jintan hitam yaitu nigellin yang bersifat toksik sehingga menghambat kerja enzim yang terlibat dalam metabolisme lipid intraseluler El Tahir dan Ashour 1993.
Bahan toksik seperti saponin dan tanin yang terkandung di dalam habbatussauda juga diduga menjadi penyebab terjadinya perubahan berupa
degenerasi lemak pada sel epitel tubulus Mashhadian dan Rakhshandeh 2005; Al- Jabre et al. 2003
. Penurunan jumlah sel epitel tubulus yang mengalami degenerasi lemak bisa dikarenakan kandungan dari jintan hitam dapat memelihara
fungsi dari glomerulus dan sel epitel tubulus ginjal. Hal ini disebabkan oleh karena kandungan dari habbatussauda berupa betakaroten yang berperan dalam
pemeliharaan sel-sel epitel, menstabilkan radikal berinti karbon, pertumbuhan secara umum dan metabolisme Ide 2010.
Pada pengamatan mikroskopis sediaan histopatologi organ sel epitel tubulus ginjal selanjutnya ditemukan perubahan yaitu nekrosa Gambar 11. Tabel 10
menunjukkan bahwa kelompok mencit jantan dengan perlakuan HS madu memiliki jumlah epitel tubulus yang mengalami nekrosa lebih tinggi walaupun
tidak berbeda nyata p0.05 dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok HS 0.1, sedangkan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa kelompok
mencit betina kontrol memiliki jumlah sel epitel tubulus yang mengalami nekrosa lebih tinggi dan tidak berbeda nyata p0.05 dibandingkan dengan semua
kelompok perlakuan lainnya. Nekrosis pada sel epitel tubulus terjadi pada semua perlakuan, nekrosis dapat terjadi karena bahan-bahan toksik yang masuk ke ginjal
melalui aliran darah tersebut. Penyebab umum nekrosis tubular, yang berarti kerusakan sel epitel tubulus adalah iskhemia berat dan suplai oksigen dan zat
makanan ke sel epitel tubulus yang tidak kuat dan racun, toksin, atau pengobatan yang merusak sel-sel epitel tubulus Guyton dan Hall 1996. Sel-sel epitel tubulus
yang mengalami nekrosa intinya terlihat gelap dan mengalami kariokreksis Gambar 11.
Berdasarkan Tabel 10 dan Tabel 11 diketahui bahwa terdapat penurunan sel epitel tubulus yang mengalami nekrosa pada semua kelompok perlakuan pada
mencit betina, sedangkan pada mencit jantan menunjukkan peningkatan jumlah sel epitel tubulus ginjal yang mengalami nekrosa bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol walaupun semua kelompok perlakuan pada mencit jantan dan betina tidak berbeda nyata p0.05 terhadap kelompok kontrol. Peningkatan sel
epitel tubulus mencit jantan yang mengalami nekrosa bisa disebabkan oleh kandungan dari jintan hitam berupa saponin dan tanin yang merupakan senyawa
bioaktif yang bersifat zat toksik Mashhadian dan Rakhshandeh 2005; Al-Jabre et
al . 2003.
Saponin dan tanin merupakan bahan yang bersifat toksik yang dapat
menghambat pengangkutan oksigen oleh darah ke organ ginjal sehingga kerusakan pada sel epitel tubulus proksimal menjadi maksimal Hopkins dan
Huner 2004; Reid dan Roberts 2005
.
Nekrosa yang terjadi signifikan dengan naiknya dosis. Semakin naik dosis yang diberikan mengakibatkan nekrosa yang
terjadi juga semakin besar. Terlalu tingginya dosis Nigella sativa yang digunakan pernah dilaporkan menyebabkan efek toksik yaitu penurunan jumlah trombosit
tikus Zaoui et al. 2002. Peningkatan sel epitel tubulus yang mengalami nekrosa pada mencit jantan
berbanding lurus dengan peningkatan sel epitel tubulus normalnya. Hal ini bisa disebabkan terjadinya regenerasi sel epitel tubulus. Menurut Carlton dan McGavin
1995 sel epitel tubulus yang mengalami nekrosa masih bisa beregenerasi untuk pemulihan fungsi ginjal bila penyebab kerusakan dihentikan dan membran basalis
tubulus masih utuh. Pada Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel
normal epitel tubulus proksimal ginjal mencit jantan dan betina pada kelompok HS madu dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
dikarenakan kandungan dari habbatussauda dan kandungan madu bekerja secara sinergis. Kombinasi dari habbatussauda dan madu memiliki efek hepatoprotektif
yang lebih besar dan memiliki efek tambahan yang bermanfaat dalam meningkatkan fungsi ginjal Al-Ameen et al. 2011.
Degenerasi dan kematian sel yang terjadi pada kelompok kontrol mencit jantan dan betina kemungkinan terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan dan
pretreatment yang memungkinkan mencit terpapar infeksi penyakit, sedangkan
degenerasi yang terjadi pada kelompok perlakuan selain karena pengaruh pretreatment
, kemungkinan akibat senyawa yang terkandung dalam Habbatussauda. Kemungkinan juga disebabkan oleh kondisi imunitas setiap
mencit berbeda-beda dan mencit yang digunakan bukan mencit Spesific Pathogen Free
SPF. Peningkatan jumlah sel-sel yang mengalami kerusakan seperti degenerasi
hidropis, degenerasi lemak dan sampai kematian sel karena adanya radikal bebas yang tinggi. Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi
jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas, baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya
Droge 2002. Pada kondisi hiperkolesterolemia diduga terjadi kelainan metabolisme dalam tubuh yang kemungkinan akan dihasilkannya radikal bebas.
Kelainan metabolisme ini kemungkinan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan sistem oksidan radikal bebas Handayani 2009. Kerusakan sel
tubulus ginjal dan sel hepatosit dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan.
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya jintan hitam dikenal mengandung antioksidan. Jintan hitam mengandung Thymoquinone yang dapat
mencegah terjadinya kerusakan sel akibat radikal bebas El-Dakhakhny et al. 2002. Mengkonsumsi ekstrak minyak jintan hitam juga mengikuti aturan
pemakaian dengan tidak mengkonsumsinya dengan dosis yang berlebihan. Untuk memelihara kesehatan atau pengobatan penyakit ringan, dosis atau aturan minum
habbatussauda pada manusia adalah 40-80 mgkg BB per hari, untuk penyakit tergolong sedang diberikan dengan dosis 100-200 mgkg BB per hari, sedangkan
untuk penyakit berat diberikan dosis 200-300 mgkg BB per hari Hendrik 2011. Pada mencit dosis yang digunakan adalah 0.1 mlekorhari pada dosis pencegahan,
sedangkan 0.2 mlekorhari pada dosis pengobatan selama dua bulan menunjukkan adanya peningkatan hepatosit dan sel epitel tubulus normal.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Ekstrak minyak jintan hitam tidak bersifat toksik dan secara keseluruhan
tidak meningkatkan lesio pada sel hepatosit dan sel epitel tubulus.
5.2 Saran