Pendugaan Asal Kayu Curian dan Kayu yang Digunakan untuk Industri Penggergajian

4.3.3 Pendugaan Asal Kayu Curian dan Kayu yang Digunakan untuk Industri Penggergajian

Pendugaan asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dilakukan berdasarkan variasi genetik antar populasi. Menurut Finkeldey 2005, variasi genetik dapat diukur dengan dua parameter, yaitu dalam populasi dan antar populasi. Peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik dalam populasi yaitu Presentase Lokus Polimorfik PLP, multiplisitas genetik dan rata-rata jumlah alel per lokus AL serta keragaman genetik He. Sementara itu, peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik antar populasi yaitu pembagian variasi genetik Fst atau Gst, jarak genetik dan analisis klasterkelompok. Pendugaan asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dilakukan berdasarkan variasi genetik antar populasi yaitu dengan analisis klasterkelompok pada populasi kayu jati curian, kayu jati industri, kayu jati Jawa, kayu jati Purwakarta dan kayu jati Ciamis. Selain itu, dilakukan perbandingan jarak genetik antara kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dengan populasi kayu jati Jawa, kayu jati Purwakarta dan kayu jati Ciamis. Berdasarkan analisis nilai jarak genetik yang telah dihitung berdasarkan software POPGENE versi 3.2 yang diolah menggunakan metode pemasangan kelompok aritmatika tidak berbobot Unweighted Pair-Grouping Method with Aritmatic Averaging , UPGMA dengan software Numerical Taxonomy and Mulivariate Analysis System NTSys Versi 2.01., dihasilkan dendrogram jarak genetik antar populasi seperti terlihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Jawa Barat-Banten Jawa Tengah Jawa Timur Gambar 13 Dendrogram populasi jati Jawa, kayu curian dan kayu industri penggergajian berdasarkan analisis RAPD. Pada dendogram yang disajikan pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa populasi jati Jawa yang dianalisis membentuk dua kelompok klaster besar yaitu kelompok besar pertama terdiri dari populasi Banten, Indramayu, dan Ciamis yang merupakan Unit III Jawa Barat-Banten serta kayu curian dan kayu industri. Kelompok besar kedua dibentuk oleh keenam populasi lainnya yang termasuk Unit I Jawa Tengah dan Unit II Jawa Timur. Berdasarkan dendogram tersebut, diketahui bahwa populasi kayu curian dan kayu industri mengelompok ke kelompok besar klaster Jawa Barat-Banten. Hal yang sama juga terlihat pada dendogram jarak genetik antar populasi jati Jawa Barat Ciamis dan Purwakarta dengan kayu curian dan industri Gambar 14. Dari dendogram tersebut dapat diketahui bahwa populasi kayu curian dan kayu industri mengelompok ke klaster populasi jati dari Ciamis. Populasi kayu industri mengelompok terlebih dahulu dengan kelompok populasi jati Ciamis tunggak dan TPK yang kemudian diikuti dengan populasi kayu curian. Purwakarta Ciamis Gambar 14 Dendrogram populasi jati Purwakarta, Ciamis, kayu curian dan kayu industri berdasarkan analisis RAPD. Jarak genetik pada Lampiran 6 menunjukkan nilai jarak genetik kayu curian dengan populasi Banten adalah 0.0631, populasi Indramayu adalah 0.1011 dan dengan populasi Ciamis adalah 0.0748. Sedangkan populasi kayu industri, memiliki nilai jarak genetik dengan populasi Banten sebesar 0.0999, dengan populasi Indramayu sebesar 0.1235 dan dengan populasi Ciamis sebesar 0.1188. Nilai jarak genetik untuk populasi kayu curian dan kayu industri dengan populasi jati Banten dan populasi jati Ciamis cenderung lebih kecil struktur genetik sama. Nilai jarak genetik yang lebih kecil menunjukkan adanya kekerabatan yang lebih dekat lebih identik antara populasi kayu curian dan kayu industri penggergajian dengan populasi jati Banten dan jati Ciamis. Selain dengan pendugaan tersebut, dilakukan pula pendugaan jarak genetik antara populasi kayu curian dan kayu industri penggergajian dengan populasi jati Ciamis dan Purwakrta, untuk menduga asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian. Dari hasil pendugaan, diperoleh nilai jarak genetik kayu curian yang terkecil adalah 0.0353 dan untuk kayu industri adalah 0.0358, yang diperoleh dengan populasi jati dari TPK Ciamis. Sementara itu, nilai jarak genetik yang terbesar untuk populasi kayu curian dan kayu industri adalah dengan populasi tunggak dari Purwakarta yaitu sebesar 0.0974 untuk populasi kayu curian dan 0.0778 untuk populasi kayu industri. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi kayu curian dan kayu industri lebih identik dengan populasi jati Ciamis dengan jarak genetik yang lebih kecil struktur genetik sama. Nilai jarak genetik antar populasi jati Ciamis, Purwakrta, kayu curian dan kayu industri secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7. Hubungan kekerabatan antara dua individu atau dua populasi dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter-karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Salah satu pola pengelompokan populasi berdasarkan perbedaan struktur DNA yang dimiliki hubungan kekerabatan adalah dengan dendogram, seperti yang disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pengelompokan ini didasarkan atas perhitungan jarak genetik antara dua populasi yang biasanya dianalisa oleh sebuah matrik dengan elemen-elemennya berupa jarak genetik dengan pasangan kombinasinya yaitu populasi Finkeldey 2005. Analisis kelompokkelaster untuk menduga hubungan kekerabatan antara populasi divisualisasikan dengan dendogram jarak genetik. Populasi dengan jarak genetik yang kecil, yaitu populasi yang secara genetik sama, bersatu pertama kali dan bersatu lagi dengan populasi yang secara genetik berbeda jarak Finkeldey 2005. Pengelompokan kayu industri dan kayu curian ke klaster populasi jati Jawa Barat-Banten menunjukkan bahwa kayu curian dan kayu industri berasal dari Jawa Barat, tepatnya dari Ciamis berdasarkan dendogram pada Gambar 14. Selain itu, dari dendogram pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa populasi jati dari tunggak Purwakarta menyatu dengan populasi jati dari TPK Purwakarta membentuk satu klaster. Demikian pula pada populasi jati dari tunggak Ciamis menyatu dengan populasi jati dari TPK Ciamis membentuk satu klaster bersama kayu curian dan kayu industri. Pengelompokan ini menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yang lebih dekat antara populasi jati dari tunggak Purwakarta dengan populasi jati dari TPK Purwakarta dan populasi jati dari tunggak Ciamis dengan populasi jati dari TPK Ciamis.

4.4 Kemungkinan Aplikasinya untuk Lacak Balak di Hutan Tanaman Jati Perum Perhutani