9. Chemical tracer paint
USDA forest service telah menggunakan teknologi pelabelan ini sejak tahun 1988. Cat yang digunakan memuat dua jenis pelacak kimia. Pelacak kimia
yang satu dapat dideteksi di lapangan dan yang lain hanya dapat diidentifikasi dengan alat laboratorium. Pelacakan di lapangan dideteksi dengan meneteskan
bahan kimia pada label cat. Pelacakan di laboratorium diidentifikasi dengan bahan kimia analisis yang lebih canggih, sehingga dapat memberikan hasil identifikasi
yang lebih akurat dan meningkatkan mutu pembuktian. Dalam prakteknya, batang dan tunggak pohon yang telah ditebang dicat dengan cat warna yang mengandung
kode tracer. Cat pada pohon mudah untuk diidentifikasi dan dapat diuji setiap saat menggunakan test kit lapangan.
10. Chemical and genetic fingerprinting
Teknologi ini memberikan pembuktian pada identifikasi produk dengan menguji komposisi kimia dan genetik dari pohon. Metode sidik jari dengan bahan
kimia mencakup beberapa metode: Near Infrared NIR, pyrolisis, analysis of trace elements
dan gas chromatoghraphy. Sementara itu, metode sidik jari genetik mencakup analisis DNA genom yang terdapat pada tanaman yaitu DNA pada inti
sel, DNA mitokondria dan DNA plastid.
2.6 Penebangan Ilegal sebagai Suatu Bentuk Kejahatan Hutan
Penebangan ilegal didefinisikan sebagai tindakan menebang kayu dengan melanggar peraturan kehutanan. Tindakan ini adalah sebuah kejahatan yang
mencakup kegiatan menebang kayu di areal yang dilindungi, area konservasi dan taman nasional serta menebang kayu tanpa ijin yang tepat di hutan-hutan
produksi. Permintaan yang besar dari industri kayu lokal maupun luar negeri khususnya Malaysia dan Singapura, telah mendorong aktifitas kriminal tersebut
Rukmana 2004, diacu dalam Setiono Husain 2005. Semakin banyaknya sumber kayu ilegal dari Indonesia untuk mendukung permintaan perdagangan
kayu dunia menjadi ancaman terbesar terhadap hutan Indonesia CIFOR 2008.
Menurut Departemen Kehutanan, jumlah kayu ilegal yang diselundupkan keluar dari Indonesia pada tahun 2001-2003 adalah sekitar 9 juta m
3
dan kemudian diproses menjadi produk-produk kayu dan dikonsumsi oleh negara-
nagara maju. Perkiraan nilai dari perdagangan kayu ilegal tersebut adalah 2.16 miliar dollar AS. Sekitar 90 dari keuntungan pembalakan liar di Indonesia
berakhir direkening bank di tempat lain, terutama di Singapura, Malaysia dan Hongkong Setiono Husain 2005. Berdasarkan data Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat-Banten, pencurian dan penjarahan hutan dari tahun 1977-1999 dan hingga saat ini mengalami peningkatan. Intensitas pencurian dan penjarahan hutan
pada tahun 1977 mencapai 180 yang kemudian meningkat menjadi 600 pada tahun 1998 Kodra Rais 2004.
Cukong penyokong dana adalah otak dibalik kejahatan pembalakan liar.
Cukong merencanakan semua langkah yang harus dilakukan untuk mengambil
kayu secara ilegal dan menjualnya seakan kayu tersebut diperoleh secara legal. Untuk menyembunyikan harta hasil pembalakan liar dan mencucinya, penyokong
dana pertama-tama membayar sejumlah uang untuk para pembalak dan pemimpin masyarakat lokal. Pembayaran ini dapat berupa uang tunai, infrastruktur seperti
jalan dan fasilitas umum lainnya ataupun jasa. Sebagai balasannya, penyokong dana memperoleh akses kepada hutan alam yang dibutuhkan untuk memperoleh
kayu. Mereka juga menyuap oknum di sektor kehutanan untuk memperoleh surat- surat yang sah. Proses ini pada dasarnya mencuci kayu ilegal menjadi kayu legal
Setiono Husain 2005. Cukong
juga menjaga hubungan baik dengan oknum pengambil keputusan kunci dalam pemerintahan termasuk penegak hukum dan militer dan legislatif.
Mereka biasanya menngirim “uang pertemanan” goodwill ke rekening bank yang dimiliki oleh oknum pengambil keputusan tersebut atau perwakilannya di
Indonesia atau di luar negeri. Perusahaan kayu yang legal juga sering terlibat dalam pembalakan liar. Mereka mempunyai surat ijin yang sah dari pemerintah
untuk mengambil kayu. Dengan ijin tersebut, perusahaan kayu sering menebang kayu di luar area konsesi mereka dan memproduksi kayu lebih dari kuota kayu
tahunannya Setiono Husain 2005. Tipologi pembalakan liar dan korupsi ini dapat dilihat pada Gambar 8.
US Rp, barang, jasa
Rp Rp
Rp US Rp
Keterangan: = Transaksi tunai
= Transaksi bank Sumber: Setiono dan Husain 2005
Gambar 8 Tipologi pembalakan liar dan korupsi.
Cukong Penebang
illegal Pembeli
kayu
Pembeli non- kayu
Pengambil keputusan kunci
Pemimpin masyarakat
Pejabat pemerintah
Pejabat penegak
hukum
Barang konsumen, bisnis legal dan illegal, bank
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian analisis DNA dilakukan di Ruang Analisis Genetika, Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Laboratorium Biologi Molekuler Pusat Antar
Universitas PAU, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Oktober 2008.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan adalah kayu yang berasal dari dua lokasi Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten,
yaitu KPH Ciamis dan KPH Purwakarta. Contoh kayu yang digunakan berasal dari blok penebangan tunggak KPH Ciamis dan KPH Purwakarta, Tempat
Penimbunan Kayu TPK KPH Ciamis dan KPH Purwakarta, kayu industri dan kayu curian dari KPH Ciamis. Untuk lebih lengkapnya, rincian contoh uji kayu
jati yang digunakan beserta lokasi pengambilannya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rincian sumber contoh uji kayu Jati yang digunakan
No. Lokasi Asal Petak
Jenis Contoh Uji
Jumlah Contoh Uji
Letak Geografis
1 54 b
Kayu tunggak 11
06’28’04.3”S-107’28’50.4”E 2
KPH Purwakarta 54 b
Kayu TPK 11
06’28’08.3”S-107’28’51.0”E 3
53 b Kayu tunggak
20 072141.2S-1083318.6E
4 53 b
Kayu TPK 20
072147.5S-1083326.2E 5 -
Kayu curian
7 07’22’06.0”S-1083310.1E
6 KPH Ciamis
- Kayu industri 12 072130.1S-1083324.7E
Keterangan : KPH = Kesatuan Pemangkuan Hutan, TPK = Tempat Penimbunan Kayu