berhubungan dengan kesehatan. Menurut teori konflik, urutan kognitif yang digunakan orang untuk sampai pada suatu keputusan stabil dimulai saat suatu
peristiwa petualangan mereka atau pada gaya hidup. Petualangan juga dapat menjadi satu ancaman, seperti gejala sakit atau satu berita sejarah tentang bahaya merokok,
atau suatu peluang, seperti kesempatan mengikuti suatu program gratis pada acara untuk menghentikan rokok. Langkah pertama dalam urutan kognitif termasuklah
menilai tantangan, yang pada dasarnya menjawab pertanyaan: “Adakah resiko serius jika saya tidak berubah?” Jika jawabannya ‘tidak’ perilaku tetap sama dan proses
pengambilan keputusan berakhir; tetapi jika jawabannya adalah ‘ya’, proses berlanjut misalnya, dengan sebuah alternatif survey untuk menyetujui tantangan.
Menurut Goleman 2007 sistem pemahaman impulsif yang berpengaruh besar, adalah pikiran emosional. Lebih lanjut, dikemukakan ciri utama pikiran
emosional, yakni respons yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat tanpa mempertimbangkan
sekejap pun apa yang dilakukannya. Kecepatan itu, mengesampingkan pikiran hati- hati dan analitis yang merupakan ciri khas akal yang berpikir atau tindakan pikiran
rasional.
3. Norma
Norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
Universitas Sumatera Utara
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat
berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan Iswantara, 2004. Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada
awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan,
dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Iswantara 2004, mengemukakan aturan atau ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat disebut norma, sedangkan adat istiadat adalah norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat akan mendapat sanksi keras yang secara langsung dikenakan kepada pelanggaran adat tersebut.
Menurut Notoatmodjo 2003, yang mengutip pendapat Elling, mengatakan bahwa faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku kesehatan antara lain : 1
Self Concept, yakni tingkatan kepuasan atau ketidak puasan diri sendiri ketika diperlihatkan kepada orang lain. Ketika orang lain berpandangan positif dan mau
menerima apa yang kita lakukan, kita berusaha untuk meneruskan perilaku tersebut, begitu juga sebaliknya jika orang berpandangan negative terhadap perilaku kita, maka
suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku, 2 Image kelompok, yakni kepercayaan suatu kelompok atau organisasi akan sangat memengaruhi terhadap
kepercayaan individu sehingga perilaku suatu komunitas terhadap kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pelayanan dukun akan memengaruhi perilaku individu lainnya dalam memilih pertolongan persalinan pada saat mereka sudah berkeluarga.
Berdasarkan kekuatan yang mengikatnya, norma dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Cara Usage Norma yang menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang memiliki sangsi amat
lemat. Contoh : aturan cara makan. jika di pertemuan ada yang makan tidak memakai sendokalat lainnya. dan ada juga yang makan memakai sendokalat
lannya. jika makan menggunakan sendok, tidak akan menjadi permasalahan. tapi bila tidak memakai sendokalat lainnya mengakibatkan orang di sekitarnya
merasa terganngu melihatnya dan akhirnya mencela cara makan yang demikian. b. Kebiasaan Folkways
Perilaku yang terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama akan membentuk kebiasaan folkways. Norma ini diakui keberadaannya di tengah-
tengah masyarakat sebagai salah satu standar dalam interaksi sosial. Kebiasaan folkways tergolong sebagai norma ringan sehingga pelanggaran terhadap norma
ini akan dikenai sanksi berupa gunjingan, sindiran, atau teguran. Di antara contoh dari norma ini adalah menerima pemberian dengan tangan kanan, makan dengan
tangan kanan, mengetuk pintu jika ingin memasuki kamar orang lain, memberi salam pada saat bertamu, menerima tamu dengan ramah dan sopan.
Universitas Sumatera Utara
c. Tata kelakuan Mores
Apabila suatu kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku saja, bahkan diterima sebagai norma-norma pengatur. Maka kebiasaan tersebut
dikenal sebagai tata kelakuan mores. menjadi pedoman perilaku Peranan tata kelakukan dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting.
Alasannya adalah sebagai berikut:
1 Tata kelakuan akan memberikan batas-batas pada perilaku individu. 2 Tata kelakuan akan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya.
3 Tata kelakuan akan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.
d. Adat istiadat Custom Tata kelakuan yang kekal serta kuat integtasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat. Adat istiadat merupakan aneka kelaziman dalam suatu daerah yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Adat istiadat
tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4. Kebiasaan