47
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas ialah perlakuan pembelajaran yang diberikan
kepada kedua kelompok. Kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok kontrol dengan pembelajaran
biasa. Variabel terikat ialah hasil belajar siswa yaitu kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis.
3.4 Materi atau Bahan Ajar
Penyusunan dan pengembangan bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar diarahkan agar
siswa memiliki kesempatan untuk belajar secara maksimal melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam membangun penguasaan pemahaman konsep dan
ide-ide matematis melalui proses berpikir yang dibangun baik secara mandiri terutama melalui pembelajaran dalam kelompok atau antar kelompok. Materi atau
bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan trigonometri yang secara spesisfik pada sub pokok bahasan rumus-rumus segitiga dalam trigonometri
meliputi pembahasan dan penerapan Aturan Sinus, Aturan Kosinus, dan Rumus- rumus Luas Segitiga serta Lingkaran Dalam, dan Lingkaran Luar Segitiga.
Bahan ajar untuk kelompok eksperimen dikembangkan dalam bentuk modul untuk empat kali pertemuan. Modul ini berisi ringkasan materi, bahan kerja
kelompok Jigsaw, dan tugas individu. Sedangkan bahan ajar untuk kelompok kontrol menggunakan bahan ajar sebagaimana yang telah dipersiapkan oleh guru
seperti biasanya.
48
3.5 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Sebagai alat pengumpul data, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu intrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes
berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Sedangkan instrumen non-tes terdiri dari angket skala
sikap siswa, dan lembar observasi. Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen, langkah awal yang
dilakukan adalah membuat kisi-kisi lalu kemudian mengkonstruksi instrumen. Untuk memeriksa validitas isi dilakukan sebelum dilaksanakan ujicoba instrumen.
Dalam hal ini peneliti melibatkan pihak yang berkompeten untuk memeriksa validitasnya yakni pembimbing dan pakar pendidikan matematika.
Setelah instrumen selesai divalidasi, selanjutnya dilakukan diujicoba. Ujicoba instrumen dilaksanakan satu kali pada siswa kelas XI IPA di salah satu
SMA Negeri di Sumedang Jawa Barat. Hasil ujicoba tersebut dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitasnya, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap
butir tes. Analisis hasil ujicoba instrumen juga ditujukan untuk mengetahui
apakah setiap item sudah cukup baik dan layak digunakan. 3.5.1
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis
Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dikembangkan dari materi atau bahan ajar pada pokok bahasan perbandingan
trigonometri, khususnya pada sub-pokok bahasan rumus-rumus segitiga meliputi: Aturan Sinus, Aturan Kosinus, Rumus-rumus luas segitiga, dan lingkaran dalam
dan lingkaran luar segitiga. Instrumen tes terdiri dari 12 item soal bentuk uraian.
49
Instrumen tes diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu 6 item soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis dan 6 item soal untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis. Alokasi waktu untuk menyelesaikan tes ini ialah 120 menit. Perangkat soal dapat dilihat pada Lampiran E halaman 164.
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan konsep dan penerapannya untuk
pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah, menyusun dan merencanakan strategi pemecahan, melaksanakan strategi
pemecahan untuk memperoleh penyelesaian, dan melakukan peninjauan ulang atau mencoba cara yang lain.
Tes kemampuan komunikasi matematis digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide matematis secara jelas dan
benar dengan kata-kata sendiri, masuk akal, tidak meragukan, dan dikomunikasikan secara efektif dan jelas serta tersusun secara logis dalam bentuk
tertulis, gambar grafik, dan model matematika serta penyelesaiannya. Untuk menentukan skor jawaban siswa, peneliti menetapkan suatu
pedoman pensekoran tes pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Pedoman ini dibuat agar ada keseragaman dalam memberi skor terhadap setiap
jawaban siswa.
3.5.1.1 Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pedoman pensekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman
pensekoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke Sumarmo,
50
dkk 1994 dan pedoman pensekoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools Bureau of Student Assessment sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Pensekoran Pemecahan Masalah
Skor Memahami masalah
Menyusun rencana Memilih
strategi Melaksanakan strategi dan
mendapat hasil Memeriksa
proses dan hasil Tidak berbuat kosong
atau semua interpretasi salah sama sekali tidak
memahami masalah Tidak berbuat
kosong atau seluruh strategi
yang dipilih salah Tidak ada jawaban atau
jawaban salah akibat perencanaan yang salah
Tidak ada pemeriksaan
atau tidak ada keterangan
apapun
1 Hanya sebagian
interpretasi masalah yang benar
Sebagian rencana sudah benar atau
perencanaannya tidak lengkap
Penulisan salah, Perhitungan salah, hanya sebagian kecil
jawaban yang dituliskan; tidak ada penjelasan jawaban;
jawaban dibuat tapi tidak benar Ada
pemeriksaan tetapi tidak
tuntas
2 Memahami masalah
secara lengkap; mengidentifikasi semua
bagian penting dari permasalahan; termasuk
dengan membuat diagram atau gambar yang jelas
dan simpel menunjukkan pemahaman terhadap ide
dan proses masalah Keseluruhan
rencana yang dibuat benar dan
akan mengarah kepada
penyelesaian yang benar bila tidak
ada kesalahan perhitungan.
Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau kebanyakan
salah sehingga hasil salah Pemeriksaan
dilakukan untuk melihat
kebenaran hasil dan proses
3 -
- Secara substansial prosedur
yang dilakukan benar dengan sedikit kekeliruan atau ada
kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah
-
4 -
- Jawaban Benar dan lengkap
Memberikan jawaban secara lengkap, jelas, dan benar,
termasuk dengan membuat diagram atau gambar
-
Skor maksimal = 2 Skor maks = 2
Skor maksimal = 4 Skor maks= 2
51
3.5.1.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Tabel 3.2 berikut disajikan pedoman penskoran tes kemampuan komunikasi matematis dari Holistic Scoring Rubrics. Pedoman penskoran ini
diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin, Ansari 2003 sebagai berikut: Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Skor
Menulis Menggambar
Ekspresi Matematik Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
1 Ada penjelasan tetapi
salah Hanya sedikit dari
gambar yang dilukis benar
Hanya sedikit dari model matematika yang dibuat
benar
2 Penjelasan secara
matematik masuk akal namun hanya sebagian
yang benar Melukiskan
diagram, gambar, atau tabel namun
kurang lengkap dan benar
Membuat model matematika dengan
benar, namun salah mendapatkan solusi
3 Penjelasan secara
matematik masuk akal dan benar, meskipun
tidak tersusun secara logis atau terdapat
kesalahan bahasa Melukiskan
diagram, gambar, atau tabel secara
lengkap dan benar Membuat model
matematika dengan benar kemudian
melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi
secara benar dan lengkap
4 Penjelasan konsep, ide
atau persoalan dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk
akal dan jelas serta tersusun secara logis
- -
Skor maksimal= 4 Skor maksimal= 3
Skor maksimal= 3
52
3.5.2 Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Setelah instrumen jadi kemudian dilakukan ujicoba untuk mengecek keterbacaan soal dan untuk mengetahui derajat validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda instrumen. Ujicoba dilakukan pada siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di Sumedang Jawa Barat. Daftar skor, satatistik
deskriptif, dan perhitungan lainnya dapat dilihat pada Lampiran D halaman 189.
3.5.2.1 Validitas Instrumen
Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah tes mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan dari tes itu sendiri. Menurut
Arikunto 2007:65 sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu mengukur apa yang hendak diukur.
Karena ujicoba dilaksanakan satu kali single test maka validasi instrumen tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor
total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson:
∑ ∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
Arikunto, 2007:64-78
Keterangan : = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
= jumlah peserta tes = skor item tes
= skor total Penafsiran terhadap besarnya koefisien korelasi skor tiap item dengan skor
total dilakukan dengan membandingkan nilai dengan nilai kritis
.
53
Jumlah siswa yang mengikuti ujicoba sebanyak 40 orang sehingga nilai kritis r product moment dengan taraf konfidensi 99 ialah
, ;
0,403. Jika pada
0,01 ternyata nilai kefisien korelasi maka item
tes tersebut dikatakan valid. Nilai
dan untuk tiap item instrumen uji kemampuan
pemecahan masalah dan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.3 Uji Validitas Tes Pemecahan Masalah
No.
∑ ∑ ∑
∑ ∑
r-tabel Validitas
1 250
1.181 1.670
37.643 7.908
0,965 0,403
Valid 2
217 1.181
1.261 37.643
6.853 0,925
0,403 Valid
3 118
1.181 414
37.643 3.896
0,964 0,403
Valid 4
206 1.181
1.174 37.643
6.624 0,967
0,403 Valid
5 199
1.181 1.069
37.643 6.322
0,954 0,403
Valid 6
191 1.181
975 37.643
6.040 0,959
0,403 Valid
Tabel 3.4 Uji Validitas Tes Komunikasi Matematis
No.
∑ ∑ ∑
∑ ∑
r-tabel Validitas
1 224
1.135 1320
34.327 6.702
0,928 0,403
Valid 2
214 1.135
1206 34.327
6.392 0,888
0,403 Valid
3 116
1.135 402
34.327 3.624
0,891 0,403
Valid 4
116 1.135
400 34.327
3.635 0,935
0,403 Valid
5 212
1.135 1220
34.327 6.433
0,923 0,403
Valid 6
253 1.135
1677 34.327
7.541 0,897
0,403 Valid
54
Dengan membandingkan nilai dan
ternyata pada taraf konfidensi 99 semua item memiliki koefisien korelasi
maka dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah dan tes komunikasi
matematis seluruhnya valid.
3.5.2.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu instrumen ialah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut. Suatu tes yang reliabel bila diberikan pada subjek yang sama meskipun
oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Keandalan suatu tes dinyatakan
sebagai derajat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor yang non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya.
Karena instrumen dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian, maka derajat reliabilitasnya ditentukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha:
++
,
- - +
. ,1
∑ 0
1 2
. Suherman, 2003:154
dengan varians item dan varians total hitung dengan rumus: 3
∑
1 ∑ 41
5
dan 3
∑
1 ∑ 61
5
Keterangan:
++
= koefisien reliabilitas tes 7= banyaknya butir soal
∑ 3 = jumlah varians skor tiap butir soal
3 = varians skor total
55
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolok ukur yang ditetapkan J.P. Guilford Suherman 2003:139 sebagai berikut:
Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford
Nilai
++
Derajat Keandalan
++
8 0,20 Sangat rendah
0,20 :
++
8 0,40 Rendah 0,40 :
++
8 0,70 Sedang 0,70 :
++
8 0,90 Tinggi 0,90 :
++
: 1,00 Sangat tinggi
Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Perhitungan Varians Instrumen Pemecahan Masalah Matematis
No.
∑ ∑ ∑
∑
∑
∑
∑
3
1 250
62.500 1.670
40 1562,50
107,500 2,6875
2 217
47.089 1.261
40 1177,23
83,775 2,0944
3 118
13.924 414
40 348,10
65,900 1,6475
4 206
42.436 1.174
40 1060,90
113,100 2,8275
5 199
39.601 1.069
40 990,03
78,975 1,9744
6 191
36.481 975
40 912,03
62,975 1,5744
∑ 3 12,8056
Varians skor total dengan 40 ; ∑
1.181 ; ∑ 37.643 dan
∑ 1.394.761 adalah 3
69,349. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 6 item didapat
++
0,9784. Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka reliabilitas instrumen pemecahan masalah dikategorikan sangat tinggi.
56
Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Perhitungan Varians Instrumen Komunikasi Matematis
No. ∑
∑ ∑
∑
∑
∑
∑
3
1 224
50.176 1.320
40 1.254,40
65,60 1,6400
2 214
45.796 1.206
40 1.144,90
61,10 1,5275
3 116
13.456 402
40 336,40
65,60 1,6400
4 116
13.456 400
40 336,40
63,60 1,5900
5 212
44.944 1.220
40 1.123,60
96,40 2,4100
6 253
64.009 1.677
40 1.600,23
76,78 1,9194
∑ 3 10,7269
Varians skor total tes untuk 40; ∑
1.135 ; ∑ 34,327 dan
∑
1.288.225
adalah 3
53,034. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 6 item didapat
++
0,9573. Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka instrumen komunikasi matematis memiliki derajat reliabilitas sangat tinggi.
3.5.2.3 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk mengklasifikasikan setiap item instrumen tes kedalam tiga kelompok tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah
sebuah instrumen tergolong mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus:
AB CDEF
GHIJE K7L IE7KMIHI MNDEJ MODI CDEF
P Q R-ST U T
P T V W R RS
P Q U T
P T Q
- R
Depdiknas, 2006:45
57
TK= Tingkat kesukaran dengan kategori: Kriteria kesukaran
Kategori AB X 0,70
0,30 : AB : 0,70 AB 8 0,30
Soal Mudah Soal Sedang
Soal Sukar Berdasarkan skor tes ujicoba perhitungan tingkat kesukaran disajikan pada
Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut: Tabel 3.7
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Pemecahan Masalah Matematis No.
Item ∑
Mean Skor
maksimum Tingkat
Kesukaran Interpretasi
1 250
6,25 10
0,63 Sedang
2 217
5,43 10
0,54 Sedang
3 118
2,95 10
0,30 Sukar
4 206
5,15 10
0,52 Sedang
5 199
4,98 10
0,50 Sedang
6 191
4,78 10
0,48 Sedang
Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Komunikasi Matematis
No. Item
∑ Mean
Skor maksimum
Tingkat Kesukaran
Interpretasi 1
224 5,60
10 0,56
Sedang 2
214 5,35
10 0,54
Sedang 3
116 2,90
10 0,29
Sukar 4
116 2,90
10 0,29
Sukar 5
212 5,30
10 0,53
Sedang 6
253 6,33
10 0,63
Sedang
58
3.5.2.4 Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Daya pembeda tes dihitung dengan rumus: YZ
[ - SQVS-
R Q - SQVS- U
R-ST Q -R Q Q RS
Depdiknas, 2006:45
Klasifikasi daya pembeda DP soal adalah sebagai berikut: Kriteria daya pembeda
Klasifikasi daya pembeda YZ 0,40
0,30 : YZ 8 0,40 0,20 : YZ 8 0,30
YZ 8 0,20 Daya Pembeda soal sangat baik
Daya Pembeda soal baik Daya Pembeda soal kurang baik
Daya Pembeda soal tidak baik Untuk data dalam jumlah yang banyak kelas besar dengan n 30, maka
sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam kelompok atas higher group dan sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor
terendah dikategorikan kelompok bawah lower group. Karena jumlah siswa yang mengikuti tes ujicoba adalah 40 orang, maka 11
orang yang memperoleh skor tertinggi dinyatakan sebagai kelompok atas higher group dan 11 orang yang memperoleh skor terendah dinyatakan sebagai
kelompok bawah lower group. Perhitungan koefisien daya pembeda tiap item instrumen tes disajikan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 sebagai berikut:
59
Tabel 3.9 Perhitungan Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah Matematis
No. Item
\
]
\
]_
\
]
\
]
Skor maksimun
DP Keterangan
1 7,82
4,09 3,73
10 0,37
Baik 2
6,91 3,55
3,36 10
0,34 Baik
3 4,45
1,36 3,09
10 0,31
Baik 4
6,73 2,73
4,00 10
0,40 Baik
5 6,64
3,27 3,36
10 0,34
Baik 6
6,18 3,27
2,91 10
0,29 Cukup
Tabel 3.10 Perhitungan Daya Pembeda Tes Komunikasi Matematis
No. Item
\
]
\
]_
\
]
\
]
Skor maksimun
DP Keterangan
1 6,64
3,91 2,73
10 0,27
Cukup 2
6,55 4,00
2,55 10
0,25 Cukup
3 4,27
1,27 3,00
10 0,30
Baik 4
4,36 1,36
3,00 10
0,30 Baik
5 7,00
3,27 3,73
10 0,37
Baik 6
7,18 4,45
2,73 10
0,27 Cukup
3.5.3 Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk menjaring kecenderungan atau sikap atau pandangan siswa terhadap setiap pernyataan yang diajukan yang berkaitan dengan
matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, serta soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Angket
skala sikap disusun dengan mengacu pada model skala Likert. Pada tahap awal penyusunan angket ini terlebih dahulu disusun kisi-kisi skala sikap sebagai acuan
merumuskan butir-butir pernyataannya.
60
Agar pernyataan dalam angket ini memenuhi persyaratan yang baik, maka terlebih dahulu meminta pertimbangan dosen pembimbing untuk memvalidasi isi
setiap itemnya. Pada angket disediakan empat skala pilihan yaitu: Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS dan Sangat Tidak Setuju STS. Pilihan netral
N tidak digunakan, untuk menghindari jawaban aman, sekaligus mendorong siswa untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap pernyataan yang diajukan.
Angket yang digunakan terdiri dari 24 pernyataan dengan 12 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Pernyataan positif dan negatif ini bertujuan agar
jawaban siswa menyebar, tidak menuju pada satu arah saja di samping itu untuk menjaring kekonsistenan siswa dalam memberikan respon. Angket sikap diisi
kelompok eksperimen setelah melaksanakan postes. Pengolahan skala sikap didahului dengan penentuan skor setiap pilihan
jawaban pada setiap pernyataan. Skor ditentukan dengan bantuan tabel Z dari proporsi frekwensi jawaban siswa.
3.5.4 Lembar Observasi
Lembar observasi diberikan kepada pengamat, untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dalam kelompok kooperatif tipe
Jigsaw, dan aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran pada setiap pertemuan. Tujuan dari pedoman ini adalah sebagai acuan dalam membuat
refleksi terhadap proses pembelajaran dan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pengamat akan mengisikan nomor-nomor kategori yang
sering muncul dalam lembar observasi yang tesedia. Format lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran C halaman 185
61
3.6 Prosedur Penelitian
Rangkaian kegiatan penelitian ini secara berurutan dibagi menjadi empat tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan dan analisis
data, dan tahap penulisan laporan.
3.6.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian dimulai dari sejak pembuatan proposal, kemudian melaksanakan seminar proposal untuk meperoleh koreksi dan masukan
dari tim pembimbing tesis, menyusun instrumen dan rancangan pembelajaran. Setelah melalui tahapan-tahapan bimbingan dan perbaikan, selanjutnya instrumen
diujicobakan. Hasil ujicoba dianalisis untuk memeriksa validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran serta daya pembeda instrumen.
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
3.6.2.1 Jadual Pelaksanaan Penelitian di Kelas
Penelitian di lapangan dilaksanakan setelah mendapat izin dan persetujuan dari Direktur Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan persetujuan dari
kedua Dosen pembimbing tesis. Penelitian dimulai sejak tanggal 2 April 2009 sampai dengan tanggal 17 April 2009. Rangkaian kegiatan di kelas, terdiri dari
empat bagian yaitu pelaksanaan pretes, pelaksanaan pembelajaran dan observasi, pelaksanaan postes, pengisian angket skala sikap. Sesuai dengan pemilihan yang
dilakuan, penelitian dilaksanakan pada kelas Xb sebagai kelas eksperimen dan kelas Xa sebagai kelompok kontrol. Jadual selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
3.11 berikut.
62
Tabel 3.11 Jadual Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Eksperimen
No HARITANGGAL WAKTU
KEGIATAN
1 Jumat
03 April 2009 09.00 – 11.00
Pretes 2
Selasa 07 April 2009
09.45 – 11.15 Pembelajaran I : Aturan Sinus
3 Rabu
08 April 2009 12.15 – 13.45
Pembelajaran II : Aturan Kosinus 4
Selasa 14 April 2009
09.45 – 11.15 Pembelajaran III : Rumus Luas Segitiga
5 Rabu
15 April 2009 12.15 – 13.45
Pembelajaran IV: Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga
6 Kamis
16 April 2009 09.00 – 11.00
Postes 7
Jumat 17 April 2009
09.45 – 10.15 Pengisian Skala Sikap
3.6.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kelas Eksperimen
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasilnya diperiksa untuk mengetahui kemampuan awal mereka
dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Selanjutnya kepada siswa kelas eksperimen diberitahukan, bahwa pada pertemuan berikutnya mereka akan
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sebanyak 31 siswa-siswi dalam kelas eksperimen dikelompokkan menjadi
delapan kelompok belajar. Tujuh kelompok masing-masing terdiri dari empat siswa dan satu kelompok terdiri dari tiga siswa. Pengelompokan siswa dilakukan
63
dengan mempedomani hasil ulangan harian sebelumnya dan hasil pretes yang baru dilaksanakan. Pengelompokan diupayakan memenuhi syarat heterogen baik
kemampuan maupun jenis kelamin. Sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran nama-nama anggota kelompok disampaikan agar ada kesiapan mereka.
Selanjutnya setiap kelompok diberi kebebasan menentukan nama kelompoknya dengan memilih nama-nama ahli matematika yang mereka sukai. Terkait dengan
nama ahli yang dipilih, setiap kelompok ditugaskan untuk membuat artikel yang memuat biografi ahli tersebut dan bidang keahliannya.
Dalam penilitian ini, peneliti terjun langsung bertindak sebagai guru yang menyajikan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas eksperimen. Selama
pembelajaran di kelas peneliti didampingi oleh guru lain yang bertindak sebagai pengamat yang melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pada
setiap pertemuan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
i. Tahap Pendahuluan Apersepsi
Tahap apersepsi dilakukan selama 10 menit. Pada tahap apersepsi, guru memberikan pengarahan dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan siswa
berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menyangkut fase- fase kegiatan dan langkah-langkahnya, termasuk menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. ii.
Tahap Eksplorasi Kegiatan inti: Pada tahap ini siswa melakukan eksplorasi materi melalui diskusi tim ahli
dan dikusi kelompok belajar. Tahap eksplorasi berlangsung 55 menit yang
64
terdiri dari tiga fase. Fase pertama, dalam waktu 5 menit siswa bergabung pada kelompoknya dan membagi materitugas kepada tiap anggota. Fase
kedua, selama 20 menit berlangsung pembahasan kelompok ahli. Dalam fase tim ahli, siswa yang mendapat tugas yang sama bergabung dalam
kelompok ahli untuk membahas materi yang spesifik. Fase ketiga, selama 30 menit untuk kegiatan pembahasan semua tugas dalam kelompok belajar,
setiap siswa secara bergantian membelajarkan teman sekelompoknya mengenai materi yang dibahas dalam kelompok ahli
iii. Tahap pengembangan, pengujian, penugasan dan penutup
Tahap pengembangan dan pengujian dilaksanakan selama 25 menit. tahap ini terdiri dari dua fase yaitu fase pengembangan selama 10 menit dan fase
pengujian 15 menit. Fase pengembangan diisi dengan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang telah dibahas. Pada fase pengujian setiap siswa secara
individu mengerjakan soal yang telah dipersiapkan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam pertemuan yang sudah dilaksanakan.
3.6.2.3 Pembelajaran pada Kelas Kontrol
Pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sebagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan selama ini bersama guru. Dalam kelas kontrol, siswa belajar
dan guru mengajar seperti biasanya. Kelas kontrol mempelajari materi yang sama yaitu rumus-rumus segitiga. Kelas kontrol diperlakukan sebagai pembanding.
Setelah semua kegiatan penelitian dilaksanakan maka kegiatan selanjutnya ialah pengolahan data dan penulisan laporan. Keseluruhan rangkaian kegiatan
penelitian mulai dari awal hingga akhir disajikan pada Bagan 3.1 berikut.
65
Bagan 3.1 Alur Kegiatan Penelitian
66
3.7 Tehnik Analisis Data
Setelah penelitian dilaksanakan, maka diperoleh data sebagai berikut: 1
Data nilai pretes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2 Data nilai postes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3
Data skala sikap kelas eksperimen. 4
Data hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Uji statistik yang digunakan
adalah uji kesamaan dua rata-rata, dan perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan Software SPSS 13,0 for Windows
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menghitung statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain meliputi skor terendah, skor tertinggi, rata-rata, dan simpangan baku.
2. Menguji normalitas skor pretes, postes, dan skor N-Gain dengan uji non-
parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf konfidensi 95. 3.
Menguji homogenitas varians dengan uji Levene dalam One-Way Anova atau dalam Independen sample t- test pada taraf konfidensi 95.
4. Menguji hipotesis penelitian dengan uji perbedaan rata-rata pada taraf
konfidensi 95. Jika data normal dan homogen, menggunakan statistik uji-t dengan Independen sample t- test, apabila data berdistribusi tidak
normal, maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik untuk dua sampel yang saling bebas pengganti uji-t yaitu uji Mann-Whitney.
67
5. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi:
`
abc ade
fghc ade
Meltzer. 2002 Keterangan:
3
VT
37L i DODK ; 3
VSR
37L iLKODK ; 3
Q -R
37L IE7KMIHI MNDEJ Kategori:
Tinggi : ` 0,7 ;
Sedang: 0,3 : ` 8 0,7 ;
Rendah: g 0,3 Untuk mengetahui benar tidaknya kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis kelompok eksperimen lebih menyebar dibanding kelompok kontrol perlu diuji secara statistik.
Uji normalitas data skor pertes, skor postes, dan skor N-Gain kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan rumus hipotesis kerja:
H : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H
1
: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal Dengan kriteria: tolak Ho jika Signifikansi 2-tailed output SPSS
+
Trihendradi, 2005:245
68
Uji homogenitas antara dua varians pada skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan uji Levene dengan
rumusan hipotesis kerja: H
: j
+
j Varians populasi skor kedua kelompok homogen.
H
1
: j
+
k j Varians populasi skor kedua kelompok tidak homogen.
j
+
= Varians skor kelompok eksperimen; j
= Varians skor kelompok kontrol Dengan kriteria: tolak H
jika Signifikansi output SPSS Trihendradi,
2005:158. Uji perbedaan rata-rata skor postes, dan N-Gain antara kelpompok
eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji satu pihak pihak kanan untuk menguji rumusan hipotesis kerja:
H :
l
+
l : Tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok.
H
1
: l
+
X l : Rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok
kontrol l
+
= Rata-rata kelompok eksperimen l
= Rata-rata kelompok kontrol Dengan kriteria pengujian satu arah yaitu: tolak H
jika Sig 1-tailed .
6. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau keterkaitan assosiasi
antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa, digunakan uji independensi atara dua faktor dengan
rumus Chi-Kuadrat m
untuk menguji hipotesis penelitian yaitu: ”Terdapat hubungan assosiasi antara kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi matematis siswa.” dengan rumusan hipotesis kerja:
69
H o Kedua faktor bebas statistik tidak ada keterkaitan H
+
o Kedua faktor tidak bebas statistik ada keterkaitan Kriteria pengujian ialah: tolak Ho jika pada taraf konfidensi 95 atau
0,05 nilai m X m
m p p
q
P
r
P
r
P ]
Ps+ _
sP
dengan r
P
t
P
Sudjana, 2005:279 Besarnya derajat hubungan kedua faktor dihitung menggunakan rumus
koefisien kontingensi v
w w x
yang dibandingkan terhadap koefisien
kontingensi maksimum v
Q -R Q +
Q
dengan m adalah minimum dari banyak baris B dan banyak kolom K pada tabel kontingensi BK.
7. Untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap pelajaran matematika,
pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw, serta soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut: pemberian skor butir skala sikap dengan berpedoman kepada model skala Likert, mencari skor netral butir skala sikap, membandingkan
skor sikap siswa untuk setiap item, indikator dan klasifikasi skala sikap dengan sikap netralnya, untuk melihat kecenderungan sikap siswa. Sikap
siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari sikap netralnya, sebaliknya disebut negatif jika skor sikap siswa lebih kecil dari
skor netralnya.
120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis siswa Sekolah Menengah Atas. Eksperimen dalam penelititan ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kundur Kabupaten Karimun. Kegiatan belajar
siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berlangsung dalam situasi yang kondusif, dan siswa terlibat lebih aktif melalui
diskusi tim ahli dan diskusi kelompok belajar. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran juga tergolong baik. Setiap siswa berusaha untuk dapat mengajari
temannya yang lain, sebaliknya setiap siswa berusaha memahami penjelasan yang diberikan oleh teman-temannya.
Berdasarkan analisis data dan temuan di lapangan selama menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan
pemecahan masalah
matematis siswa
yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw lebih
baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik