64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan kepemimpinan antara Jusuf Kalla dan Akbar
Tandjung dalam tubuh Partai Golkar antara lain adalah kedua mantan ketua umum tersebut berjuang mempertahankan nama baik Partai Golkar di tengah-tengah
kondisi masyarakat yang memberikan stigma buruk terhadap partai berlambang pohon beringin tersebut. Kondisi Partai Golkar pasca reformasi membutuhkan
seorang pemimpin yang luar biasa dalam mengendalikan organisasi. Adapun perbedaan gaya kepemimpinan antara keduanya adalah dalam
menjalankan roda organisasi, terletak pada gaya kepemimpinan. Kepemimpinan Akbar Tandjung di dalam Partai Golkar lebih cenderung bersifat paternalistik. Hal
ini terlihat dari bagaimana Akbar Tandjung mengambil keputusan mengenai kebijakan Partai Golkar yang mengutamakan keselarasan antar sesama pengurus
dengan banyak melibatkan para senior untuk mendapatkan pengarahan. Partai Golkar di bawah kepemimpinan Akbar Tandjung mampu bertahan
di tengah-tengah tuntutan reformasi, termasuk tuntutan sebagian kalangan yang menginginkan pembubaran Partai Golkar. Selain itu, di bawah kepemimpinan
Akbar Tandjung,
Partai Golkar
masih mendapatkan
tempat dalam
memperjuangkan aspirasi rakyat lewat pemerintahan dengan menempatkan beberapa kader Partai Golkar dalam kabinet.
Adapun gaya kepemimpinan Jusuf Kalla saat memimpin Partai Golkar cenderung bersifat demokratis. Menilik latar belakang Jusuf Kalla sebagai
pengusaha, tidak mengherankan jika kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Jusuf Kalla bersifat efisien, lugas, dan terus terang. Beberapa hal ini yang menjadikan
Partai Golkar di bawah kepemimpinan Jusuf Kalla memperoleh simpati dari masyarakat sebagai partai yang demokratis dan membela kepentingan rakyat
banyak. Pengaruh kepemimpinan kedua tokoh tersebut di dalam tubuh partai
Golkar antara lain sebagai berikut: pada masa kepemimpinan Akbar Tandjung, harus diakui bahwa Partai Golkar berhasil keluar dari krisis politik pada era
transisi di masa reformasi. Berbagai strategi dan terobosan yang ada pada masa kepemimpinannya, membuat Partai Golkar tetap bertahan dan memberikan
sumbangsih terhadap Indonesia. Sedangkan dalam era kepemimpinan Jusuf Kalla, bisa dikatakan Partai Golkar sudah melewati masa-masa kritis menuju masa-masa
konsolidasi. Citra Golkar yang buruk sedikit demi sedikit bisa dikikis dengan gaya kepemimpinan Jusuf Kalla yang progresif, jujur, dan blak-blakan. Serta berani
mengambil resiko atas kebijakannya,demi kebaikan rakyatnya. Meskipun merangkap menjadi wakil presiden, Jusuf Kalla mampu untuk meluangkan waktu
menjalankan roda organisasi di Partai Golkar.