Prosedur Kerja dan Bidang garap
2. Bidang Garap a. Bidang garap terapi wicara, gangguan berkomunikasi merupakan
suatu kondisi yang masih bersifat umum dan belum terperinci. Gangguan komunikasi dapat dibedakan sesuai dengan tingkat
kerusakan dan jenis gangguannya. Secara umum gangguan komunikasi ini dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu
gangguan bicara dan gangguan bahasa, yang dimaksud dengan gangguan bicara dan bahasa adalah terjadinya gangguan atau
keterlambatan pada anak dalam berbicara atau menggunakan bahasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Gangguan bicara dan
bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan ini bisa dimulai dari bentuk yang paling sederhana, seperti suara tidak normal sengau atau serak sampai dengan
ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk
berbicara dan makan.
25
Gangguan bicara dan bahasa dapat mempengaruhi anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, dalam proses memahami atau
menganalisa informasi. Keterampilan berkomunikasi sangat penting yang dibutuhkan dalam perkembangan anak khususnya
perkembangan belajar dan perkembangan kognisinya. Gangguan komunikasi, meliputi: Gangguan wicara, Gangguan Bahasa,
25
Rani Wulandari, Teknik Mengajar Siswa dengan Gangguan Bicara dan Bahasa Yogyakarta: Imperium, 2013, h. 43.
Gangguan Suara, Gangguan Irama dan Kelancaran. Dari klasifikasi tersebut diperinci lagi ke dalam jenis-jenis gangguan yang
berkaitan pada
masing-masing gangguan
atau gangguan
komunikasi.
26
Klasifikasi gangguan-gangguan yang menjadi bidang garap terapi wicara tersebut adalah sebagai berikut:
1 Gangguan Wicara, Gangguan bicara yaitu masalah dalam menghasilkan suara saat berbicara, gangguan dalam aliran
atau irama bicara, masalah dengan nada suara, volume, atau interligibilitasnya kurang baik. Masalah bicara dan bahasa
sebenarnya berbeda tetapi keduanya sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara berhubungan dengan kesulitan
menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau dengan gangguan dalam kualitas suara yaitu seperti stuttering atau
gagap. Gangguan bicara dapat juga berupa gangguan dalam titik temutumpu artikulasi point of articulation yang
disebut juga
gangguan fonologi
atau pada
cara memproduksi bunyi bahasa manner of articulation.
Kesulitan bicara biasanya ditandai adanya Subtitusi penggantian, Omisi penghilangan, Distorsi tidak jelas
dan Adisi penambahan.
27
2 Gangguan Bahasa, ketidakmampuan anak untuk berdialog interaktif, memahami pembicaraan orang lain, mengerti dan
26
Ibid., h. 44.
27
Ibid., h. 45.
atau menggunakan kata-kata dalam konteks yang nyambung baik verbal maupun non verbal, menyelesaikan
masalah, membaca dan mengerti apa yang dibaca, serta mengekpresikan pikirannya melalui kemampuan berbicara
atau menyampaikannya lewat bahasa tulisan. Adapun karakteristiknya meliputi penggunaan kata yang tidak tepat,
ketidakmampuan untuk
menyampaikan pendapat,
ketidaktepatan dalam kosakata dan ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi.
28
3 Gangguan Suara, salah satu jenis komunikasi yang ditandai dengan adanya gangguan proses suara fonasi ini biasanya
terjadi akibat adanya sebab-sebab organik maupun fungsional yang mempengaruhi fungsi laring pada waktu
fonasi. Gangguan dalam proses produksi suara ini dapat ditandai dengan adanya gangguan pada aspek-aspek suara,
meliputi: kenyaringan loudness, nada pitch, dan kualitas quality. Gangguan suara secara garis besar dibedakan
menjadi 2 dua yaitu disfonia dan afonia. a Disfonia,
suatu kondisi gangguan komuikasi dalam bentuk penyimpangan atau kurang sempurnanya di dalam
produksi suara yang disebabkan oleh faktor organik maupun fungsional. Kondisi meliputi:
28
Ibid., h. 46.
1 High pitch, nada yang dihasilkan memiliki nada yang lebih tinggi dari nada normal atau lebih tinggi
dari yang seharusnya. Nada yang normal harus sesuai dengan jenis kelamin.
2 Low pitch, nada yang dihasilkan memiliki nada yang lebih rendah dari yang seharusnya. Nadanya rendah
tidak sesuai dengan jenis kelamin. 3 Monoton, ketidakmampuan memproduksikan nada
suara yang bervariasi.
29
4 Diplophonia, Terjadinya dua nada pada saat fonasi memproduksi suara, karena adanya dua adduksi
antara plica vocalis dan plica ventricularis pada saat fonasi.
5 Puberphonia, Perubahan nada, karena akibat dari perubahan struktur laring dari masa anak-anak ke
dewasa, dan pada penderita puberphonia ini mempertahankan pola fonasi lama pola anak-
anak.
30
b Gangguan Kenyaringan afonia 1 Loud voice, Perubahan nada, karena akibat dari
perubahan struktur laring dari masa anak-anak ke dewasa, dan pada penderita puberphonia ini
mempertahankan pola fonasi lama pola anak-anak.
29
Setyono, Pengantar Speechtherapy, h. 21.
30
Ibid., h. 22.
2 Soft voice, Perubahan nada, karena akibat dari perubahan struktur laring dari masa anak-anak ke
dewasa, dan pada penderita puberphonia ini mempertahankan pola fonasi lama pola anak-
anak.
31
c Gangguan Kualitas 1 Breathiness, Kesulitan dalam memproduksi suara
dimana pada saat fonasi hanya muncul suara desah, timbul karena pada waktu masuk di bagian posterior
dari plica vokalis tidak sempurna disebabkan adanya celah bagian posterior.
2 Hoarseness, Suara yang dihasilkan serak dengan nada rendah, karena adduksi plica vokalis yang
tidak optimal pada daerah anterior. 3 Harsness, Suara yang dihasilkan serak dengan nada
tinggi, karena adduksi berlebihan dari plica vokalis. 4 Disfonia Spastis, suara serak akibat adanya interupsi
pada saat fonasi. Interupsi terjadi adduksi secara tiba -tiba.
5 Ventrikular Voice, suara serak, lemah, nada rendah. Terjadi karena suara yang dihasilkan oleh plica
vokalis, tetapi yang adduksi plica ventrikularis.
31
Ibid., h. 20.
6 Hypermasality, Suara yang dihasilkan sengau,
karena aliran udara pada saat phonasi lebih banyak ke rongga nasopharynx.
7 HyponasalityDenasality, kesulitan
dalam memproduksi
nasal resonance
pada saat
mengucapkan fonem yang Manner Of Articulation- nya nasal.
8 Afonia, suatu kondisi gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kehilangan sumber suara atau
mengalami kegagalan sama sekali di dalam memproduksi suara.
4 Gangguan Irama kelancaran, salah satu jenis gangguan perilaku komunikasi ditandai dengan adanya pengulangan
repetition bunyi atau suku kata dan perpanjangan prolongation serta blocking pada saat berbicara. Adanya
pengulangan, perpanjangan dan blocking pada saat berbicara menyebabkan penderita tidak mampu berbicara
dengan lancar. Pada umumnya terjadi sehubungan dengan adanya gangguan psikososial atau karena sebab lain yang
mengganggumempengaruhi fungsi neuromotor organ bicara. Kondisi ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Gagap stuttering, Gangguan kelancaran yang berupa adanya pengulangan bunyi atau suku kata
repetition, perpanjangan prolongation, dan atau ketidakmampuan untuk memulai kata, meskipun
sudah melakukan usaha blocking. b. Cluttering, Merupakan salah satu jenis gangguan
irama, yaitu bicara dengan irama yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi yang khas dan
sulit dimengerti, yang berupa substitusi, omisi, distorsi dan adisi, tetapi tidak menetap.
c. Latah, Kecenderungan mengulangi kata atau phrase pada waktu mengucapkan kalimat tanpa disadari,
yang disebabkan oleh hipersensitifitas terhadap rangsangan yang diterima mendadak.
5 Gangguan Menelan disfagia, merupakan kesulitan menelan yang terbagi menjadi 3 tiga fase yaitu fase oral,
phase pharyngeal dan fase eshopageal yang disebabkan kondisi patologis, psikogenik dan neurologis.