BAB II KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Berbicara motivasi tidak lepas dari kata motif. Secara morfologi,
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi
adalah kata kerja yang artinya mendorong. Syaodih membedakan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut:
Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu
kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang.
5
Sadirman mengemukakan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif
juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiapsiagaan. Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu
.
6
Guru-guru sangat
menyadari pentingnya
motivasi didalam
membimbing belajar siswanya. Berbagai macam teknik misalnya dengan cara kenaikan tingkat, memberikan penghargaan, peranan-peranan
kehormatan, piagam-piagam prestasi, dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong siswa-siswa agar mau senang belajar. Yang terpenting dalam
5
Syaodih. Nana. Sikap Belajar Siswa Aktif dan Motifasi dari Guru dengan Prestasi Belajar
. Tesis Master pada jurusan PPB FIP IKIP Bandung: 1990 hlm 6. tidak diterbitkan.
6
Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers 1998 hlm 73.
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memberikan pendekatan-pendekatan belajar yang efektif.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu beupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan
mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut mental yang mendorong terjadinya belajar
tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia. Dalam
motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
7
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidkan
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketiak ia berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi
mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran
yang dicapai peserta didik. Wittig, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya
Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mendefinisikan belajar
7
Koeswara, E.. Motivasi. Bandung: Angkasa, 1999 hlm 99
sebagai: any relati vely permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.
Belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala
macamkeseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil”.
8
Reber, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Pskologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology
membatasi belajar dengan dua macam definisi. “Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh
pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oelh sebaian ahli dipandang
kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan. Kedua belajar adalah A relatively permanent change ini
respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice ,
yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang.”
9
Bertolak dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan secara ringkas bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan
yang melibatkan fungsi kognitif dari pengajar kepada pelajar baik di dunia pendidikan sekolah atau yang lainnya.
a. Jenis-Jenis Belajar Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegaiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar inimuncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan
manusia yang juga bemacam-macam.
8
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002 hlm. 90
9
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm. 90
1 Belajar Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara
berfikir abstrak. Tujuannya adalah untukmemperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prisip konsep,dan generalisasi.
Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar metematika, kimia, kosmografi, astronomi,dan juag sebagian materi bidang studi
agama seperti.
10
2 Belajar Keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf otot-ototneuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk
belajar dalam jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian
materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.
11
3 Belajar Sosial Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami
masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk mrnguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
10
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002 hlm 122
11
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 122.
Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi
peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang
studi yang termasuk bahan pelajaran social antara lain pelajaran agama dan PKN
12
. 4 Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan
kecakapan kognitif
untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu,
kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip- prinsip, dan generalisasi serta insight tilikan akal amat
diperlukan. Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan
sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA
sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.
13
5 Belajar Rasional “Belajar
rasional ialah
belajar dengan
menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional sesuai dengan akal
sehat. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini
sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational
12
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002 hlm 123
13
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 123.
problem solving , yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis”.
14
Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar
pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya
bidang-bidang studi noneksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
6 Belajar Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-
kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu kontekstual.
15
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius
maupun tradisional dan cultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana
yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional1989 Bab IV Pasal 10 4. Namun demikian, tentu tidak
tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama dan PKN sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
16
14
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002 hlm 124
15
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan …, hlm 124.
16
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002, hlm 124
7 Belajar Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan judgment
arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa affective
skills yang dalam hai ini kemampuan menghargai secara tepat
terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan
prakarya, kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bisang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan
sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
17
8 Belajar Pengetahuan Belajar pengetahuan studi ialah belajar dengan cara
melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program
belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen Reber, 1988.
Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat
laboratorium dan penelitian lapangan. 3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa rajin belajar, guru
hendaknya menyelidiki apa kiranya motif yang mendorongnya. Kalau
17
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan…., hlm 124.
seorang siswa malas belajar, guru hendaknya menyelidiki mengapa ia berbuat demikian. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong,
motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan danatau ditingkatkan dalam diri siswa.
18
W. S. Winkel, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai”.
19
Sardiman mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.
20
Prayitno menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai
suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Lebih lanjut, Marx Tombuch mengumpamakan, “motivasi sebagai bahan
baker dalam beroperasinya mesin gasoline”. Tidaklah menjadi berarti betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual
atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM
tidak akan berlangsung optimal.
21
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi dari dalam diri anak intrinsik dan motivasi dari luar diri anak ekstrinsik. Motivasi dari dalam dapat
dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan
18
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar
, Jakarta: 1992, hlm.10.
19
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya 2002 hlm 136.
20
Sardiman. A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers 1998 hlm 75.
21
Prayitno. Elida. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: PPLPTK Depdikbud 1999 hlm 8.
untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian,
hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.
22
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.
B. Pembelajaran Matematika