Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswi USU terhadap Pemenuhan Kecukupan Kalsium Harian

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN

MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN

KECUKUPAN KALSIUM HARIAN

Oleh:

ESTER SIBUEA

070100092

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN

MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN

KECUKUPAN KALSIUM HARIAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

ESTER SIBUEA

070100092

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswi USU terhadap Pemenuhan Kecukupan Kalsium Harian

Nama : Ester Sibuea NIM : 070100092

Dosen Pembimbing Penguji I

(Prof. Dr. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD, Sp.GK ) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, CM-FM) NIP: 19501105 197903 1 044 NIP: 19670527 199903 2 001

Penguji II

(dr. Muhammad Ali, Sp.A (K) ) NIP: 19690524 199903 1 001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Beberapa studi dan survei menunjukan bahwa banyak wanita yang gagal memenuhi rekomendasi kalsium harian mereka. Rendahnya asupan kalsium ini paling banyak terjadi di negara-negara berkembang. EJCN (2007) mengungkapkan kebanyakan wanita indonesia hanya memenuhi 50% kebutuhan kalsium hariannya. Banyak fakor yang mempengaruhi konsumsi kalsium, diantaranya pengetahuan, sikap dan tindakan yang ketiganya saling mempengaruhi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi USU (Universitas Sumatera Utara) terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian. Penelitian bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survei pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi USU non kesehatan jumlah sampel 100 orang dengan ketepatan relatif (d) 0,1. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling melalui pengisian angket dan dianalisis dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian uji tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi USU terhadap kecukupa n kalsum harian menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki pengetahuan cukup baik (52%), sikap dengan kategori baik (77%) dan tindakan dengan kategori baik (70%)


(5)

ABSTRACT

Some studies and survey showed that a lot of women fail meet their intake daily calcium recommendation. Low the calcium intake is the most occur in development countries. EJCN (2007) revealed that most of Indonesia women however meet 50% their daily calcium intake. Several factors affect how they consume of calcium, some of them is knowledge, attitude and practice who can influence one to others.

This research aimed to find out the level of knowledge, attitude and practice of students of North Sumatera University towards meet adequate daily calcium intake. The research was descriptive study and was conducted with cross-sectional approach survey method. The research population was the entire non-medical female university students of USU, a total sampel is 100 samples were collected with relatively accuracy (d) of 0,1. Sampling was conducted through consecutive sampling and was collected using questionnaires and then analyzed by using descriptive statistic method.

The result of study shows that the level knowledge for most of the female university students of USU towards meet adequate daily calcium intake is categorized as sufficient (52%), the level of attitude is categorized as good (77%) and the level of practice is categorized as good (70%) similar to attitude.

Key words: Knowledge, Attitude, Practice, Female University Student, Daily Calcium


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Mahasiswi USU terhadap Pemenuhan Kecukupan Kalsium Harian” ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD, Sp.GK selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Kepada Ayahanda tercinta, Hermes Sibuea dan Ibunda tercinta, Romaida Simorangkir, serta saudara saya Daniel S, Lisbet dan Dohar yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan pendidikan

4. Seluruh Mahasiswi Politeknik-USU serta Mahasiswi USU yang berpartisipasi dalam proses pengumpulan data penelitian.

5. Teman-teman kelompok bimbingan saya Dina, Andreas dan Dea atas bantuan dan dukungannya selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Teman-teman Angkatan 2007 atas bantuan dan dukungannya

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis


(7)

Sebagai masukan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, 15 Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK………... ABSTRACT………... ii iii KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN……… ix x BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………. 3

1.3. Tujuan Penelitian……….. 3

1.3.1. Tujuan Umum……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus……… 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium………. 2.1.1 Kalsium Sebagai Mineral Makro………. 2.1.2 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium………... 2.1.3 Fungsi dan Peranan Kalsium……… 2.1.4 Kalsium dalam Tulang………. 2.1.5 Angka Kecukupan Kalsium Anjuran………... 2.1.6 Sumber-Sumber Kalsium………. 2.1.7 Akibat Kekurangan Kalsium……… 2.1.8 Akibat Kelebihan Kalsium………... 5 5 5 7 9 11 14 18 19

2.2. Konsep Perilaku……… 2.2.1 Pengetahuan………. 19


(9)

2.2.2 Sikap………. 2.2.3 Tindakan………...

22

23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 25

3.2. Variabel dan Definisi Operasional……… 26

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………. 29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………... 29

4.3. Populasi dan Sampel………. 29

4.4. Teknik Pengumpulan Data……… 30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data……….. 32

BAB 5 HASIL dan PEMBAHASAN... 5.1. Hasil Penelitian……… 5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian……… 5.1.2. Karakteristik individu………... 5.1.3. Hasil Analisis Data……… 5.2. Pembahasan………. 5.2.1. Karakteristik responden……… 5.2.2. Pengetahuan……….. 5.2.3. Sikap………. 5.2.4. Tindakan………. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… DAFTAR PUSTAKA………... 33

33

33

33

35

36

36

37

37

38

39

40


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Dietary Reference Intakes for Calcium 12 2.2. Angka Kecukupan Gizi Kalsium 2004 bagi orang Indonesia 12

2.3. Kadar Kalsium serealia 14

2.4. Kadar Kalsium Umbi-umbian 15

2.5. Kadar Kalsium Biji-bijian dan Kacang-kacangan 15

2.6. Kadar Kalsium Sayuran 15

2.7. Kadar Kalsium Buah-buahan 16

2.8 Kadar Kalsium Telur 17

2.9. Kadar Kalsium Ikan, Kerang, Udang dan Daging 17

2.10. Kadar Kalsium Susu dan Olahannya 17

2.11. Kadar kalsium Serba-serbi 18

3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan 26 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan dan Sikap 31 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 34

Berdasarkan Usia

5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 34 Berdasarkan Angkatan/Stambuk

5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 34 Berdasarkan Fakultas

5.6. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 35 5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden 35 5.17. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat 36


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan 24 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 25


(12)

DAFTAR SINGKATAN

AKG : Angka Kecukupan Gizi

FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Ha : Hektar

mg : Miligram

MIPA : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam SPSS : Statistical Product and Service Solutions

USU : Universitas Sumatera Utara WHO : World Health Organization


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Lembar Penjelasan dan persetujuan Lampiran 4 Master data dan output

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 Ethical Clearance


(14)

ABSTRAK

Beberapa studi dan survei menunjukan bahwa banyak wanita yang gagal memenuhi rekomendasi kalsium harian mereka. Rendahnya asupan kalsium ini paling banyak terjadi di negara-negara berkembang. EJCN (2007) mengungkapkan kebanyakan wanita indonesia hanya memenuhi 50% kebutuhan kalsium hariannya. Banyak fakor yang mempengaruhi konsumsi kalsium, diantaranya pengetahuan, sikap dan tindakan yang ketiganya saling mempengaruhi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi USU (Universitas Sumatera Utara) terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian. Penelitian bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survei pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi USU non kesehatan jumlah sampel 100 orang dengan ketepatan relatif (d) 0,1. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling melalui pengisian angket dan dianalisis dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian uji tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi USU terhadap kecukupa n kalsum harian menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki pengetahuan cukup baik (52%), sikap dengan kategori baik (77%) dan tindakan dengan kategori baik (70%)


(15)

ABSTRACT

Some studies and survey showed that a lot of women fail meet their intake daily calcium recommendation. Low the calcium intake is the most occur in development countries. EJCN (2007) revealed that most of Indonesia women however meet 50% their daily calcium intake. Several factors affect how they consume of calcium, some of them is knowledge, attitude and practice who can influence one to others.

This research aimed to find out the level of knowledge, attitude and practice of students of North Sumatera University towards meet adequate daily calcium intake. The research was descriptive study and was conducted with cross-sectional approach survey method. The research population was the entire non-medical female university students of USU, a total sampel is 100 samples were collected with relatively accuracy (d) of 0,1. Sampling was conducted through consecutive sampling and was collected using questionnaires and then analyzed by using descriptive statistic method.

The result of study shows that the level knowledge for most of the female university students of USU towards meet adequate daily calcium intake is categorized as sufficient (52%), the level of attitude is categorized as good (77%) and the level of practice is categorized as good (70%) similar to attitude.

Key words: Knowledge, Attitude, Practice, Female University Student, Daily Calcium


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wanita adalah kelompok yang paling berisiko terkena fraktur osteoporosis di masa tua. Penurunan estrogen pada masa menopause mungkin berperan terhadap percepatan penghancuran masa tulang. Nutrisi kalsium yang adekuat sesuai rekomendasi pada tahap awal adalah penting untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Namun, beberapa survey menunjukkan bahwa banyak wanita yang gagal memenuhi rekomendasi kalsium harian mereka.

Penelitian tentang asupan kalsium pada remaja di negara maju mengindikasikan bahwa remaja putri mempunyai risiko yang paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan asupan tersebut semakin menurun pada usia 10-17 tahun (Fikawati dan Syafiq, 2007). Data dari

Continuing Survey of Food Intakes by Individual (CSFII) dari tahun 1994 hingga

1996 menunjukan bahwa wanita lebih rendah asupan kalsiumnya dibandingkan pria. Proporsi wanita dewasa yang mengonsumsi kalsium sesuai rekomendasi hanya sekitar 18%, dan hanya 11% dari wanita tersebut yang mengkonsumsi produk olahan susu sejumlah porsi dalam satu hari, sebagai sumber kalsium yang paling baik (Nicklas, 2003). Menurut The third National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES III) (1997) di Amerika Serikat hanya 19 % anak

perempuan usia 9-19 tahun dan 40% wanita usia 20- 49 tahun yang memenuhi rekomendasi kalsium hariannya (Tucker et al, 2002). Sebuah peninjuan yang dilakukan di Prancis (1996) mengenai gambaran konsumsi kalsium menetapkan persentase setiap sektor populasi yang mengonsumsi kalsium kurang dari 2/3 RDA (Recommended Dietary Allowences), ambang rawan sebagai kelompok berisiko osteoporosis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah 30% wanita usia 18 sampai 50 tahun, 50% gadis remaja dan 75% wanita diatas 55 tahun. Survey cross-sectional yang dilakukan oleh Novotny et al (2002) pada sejumlah


(17)

pemuda Asia, Hispanik dan kulit putih juga menunjukkan bahwa laki-laki mengonsumsi kalsium lebih banyak daripada wanita (JACN, 2003).

Rendahnya asupan kalsium dapat mengurangi kecepatan pembentukan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis (Islam et all, 2003). Untuk mencegah osteoporosis, jumlah kalsium dan vitamin D dalam makanan harus tercukupi. Produk olahan susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian merupakan sumber kalsium yang baik (WHO, 2003). Namun, banyak studi yang dilakukan di Asia dan Afrika yang melaporkan kurang adekuatnya asupan kalsium harian dalam berbagai populasi, dimana susu dan produk olahannya tidak ada dalam diet makanan sehari-hari atau tidak terbiasa dikonsumsi negara-negara yang sedang berkembang dimana sumber makanan sehari-hari tidak mencakup susu dan produk olahannya (ACC/SCN, 1997).

Di Indonesia sendiri belum banyak studi yang dilakukan berhubungan dengan asupan kalsium terutama pada wanita. European Journal of Clinical

Nutriton (2007) mengungkapkan kebanyakan wanita Indonesia hanya memenuhi

50% kebutuhan kalsium hariannya. Hal ini tentu akan meningkatkan prevalensi osteoporosis pada wanita akibat kurang kalsium di masa mendatang, dimana data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia pada tahun 2007 mengungkapkan osteoporosis pada wanita > 50 tahun sebesar 52,35% sedangkan laki-laki 28,8% . Hasil penelitian lain terhadap siswa-siswi SMUN di Kota Bandung menunjukan adanya perbedaan bermakna antara asupan kalsium pada anak perempuan dan anak laki-laki. Asupan kalsium yang kurang lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (79,4%) dibandingkan pada anak laki-laki (72,9%) dengan nilai odds ratio sebesar 1,44. Artinya remaja putri mempunyai peluang memiliki asupan kalsium yang kurang sebesar 1,44 kali dibanding remaja laki-laki (Fikawati, Syafiq dan Puspasari 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi kalsium pada wanita. Salah satunya adalah kebiasaan makan disertai interaksi kompleks psikologis, budaya, lingkungan serta faktor perilaku (French et al, 2008). Faktor perilaku dalam hal ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakannya mengenai cara memelihara


(18)

kesehatan pribadi dan cara hidup sehat melalui perilaku terhadap jenis-jenis makanan bergizi seimbang dan manfaat makanan tersebut terhadap kesehatannya, dalam hal ini kalsium (Notoatmodjo, 2005).

Konsumsi kalsium yang cukup pada tahap awal dewasa dan sebelum menopause diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya fraktur tulang osteoporosis. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi kalsium seorang wanita adalah faktor perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap, dan, tindakannya terhadap pemenuhan kecukupan kalsium. Untuk itu diperlukan penelitian untuk melihat gambaran perilaku tersebut dalam upaya pemenuhan kecukupan kalsium yang diperoleh dari makanan sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswi USU dalam memenuhi kecukupan kalsium hariannya?

2. Bagaimana sikap mahasiswi USU dalam memenuhi kecukupan kalsium hariannya?

3. Bagaimana tindakan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium hariannya?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku mahasiswi USU dalam memenuhi kecukupan kalsium harian mereka.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium hariannya


(19)

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi USU dalam memenuhi kecukupan kalsium hariannya

3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswi USU dalam memenuhi kecukupan kalsium hariannya

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan peneliti pada saat kuliah.

2. Menambah wawasan mengenai sumber-sumber asupan kalsium harian dan pola makan yang cukup kalsium

3. Memberikan masukan dan informasi bagi wanita mengenai asupan kalsium harian agar kemudian dapat mengubah perilakunya dalam memenuhi kecukupan kalsium harian tersebut

4. Memberikan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kalsium

2.1.1 Kalsium Sebagai Mineral Makro

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium (Granner, 2003). Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan

kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml). Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas didalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebilitas membran sel. Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2004).

2.1.2 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium

Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi di tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia (Almatsier, 2004). Absorpsi kalsium terutama terjadi dibagian atas usus halus yaitu duodenum. Dalam keadaan normal, dari sekitar 1000 mg Ca++ yang rata-rata dikonsumsi perhari, hanya sekitar dua pertiga yang diserap di usus halus dan sisanya keluar melalui feses (Sherwood, 2001). Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan


(21)

menggunakan alat ukur protein-pengikat kalsium. Absorpsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna. Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat.

Faktor-faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium

Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh semakin efesien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defesiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang. Jumlah kalsium yang dikonsumsi mempengaruhi absorpsi kalsium. Penyerapan akan meningkat apabila kalsium yang dikonsumsi menurun (Almatsier, 2004).

Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang absorpsi kalsium melalui langkah-langkah kompleks. Vitamin D meningkatkan absorpsi pada mukosa usus dengan cara merangsang produksi-protein pengikat kalsium. Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi kalsium dengan cara menurunkn pH di bagian atas duodenum. Asam amino tertentu meningkatkan pH salura cerna, dengan demikian membantu absorpsi (Almatsier, 2004).

Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Laktosa meningkatkan absorpsi bila tersedia cukup enzim laktase. Sebaliknya, bila terdapat defesiensi laktase, laktosa mencegah absorpsi kalsium. Lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsium. Absorpsi kalsium lebih baik bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Almatsier, 2004).

Faktor-faktor yang menghambat absorpsi kalsium

Kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif menghambat absorpsi kalsium. Asam oksalat yang terdapat dalam bayam, sayuran lain dan kakao membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut, sehingga menghambat absorpsi kalsium. Asam fitat, ikatan yang mengandung fosfor yag terutama terdapat didalam sekam


(22)

serealia, membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat diabsorpsi (Almatsier, 2004). Selain itu, kosumsi tinggi serat dapat menurunkan absorpsi kalsium, diduga karena serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Guthrie&Picciano, 1995; Krummel, 1996). Rasio konsumsi kalsium fosfor agar dapat dimanfatkan secara optimal dianjurkan adalah 1:1 dalam makanan, konsumsi fosfor yang lebih tinggi dapat mengahambat absorpsi kalsium karena fosfor dalam suasana basa membentuk kalsium fosfat yang tidak larut air (Khomsan, 1996).

Faktor lain yang dapat menghambat absorpsi kalsium adalah ketidakstabilan emosional yang dapat mempengaruh efesiensi absorpsi kalsum, seperti stres, tekanan, dan kecemasan. Kurangnya latihan fisik atau olahraga seperti jarang berjalan atau pada orang yang kurang bergerak karena sakit atau terbaring dalam waktu lama dapat menyebabkan kehilangan kalsium tulang 0,5 % setiap bulan dan mengurangi kemampuan untuk menggantinya (Guthrie&Picciano, 1995).

2.1.3 Fungsi dan Peranan Kalsium

Kalsium mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi; dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (FKM UI, 2007).

Pembentukan tulang

Almatsier (2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi : (a) sebagai bagian integral dari struktur tulang, (b) sebagai tempat menyimpan kalsium.

Proses pembentukan tulang dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh. Matriks yag merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin.


(23)

Segera setelah lahir matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombiasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Karena

kalsium merupakan mieral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks mengandung kalsium, fosfat, magnesium, seng, natrium bikarbonat, dan fluor, selain hidroksipatit (Almatsier, 2004).

Selama kehidupan, tulang selalu mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan. Menurut Krummel (1996), faktor yang mempengaruhi kalsifikasi/penulangan adalah genetik (untuk menentukan massa tulang); hormon seks dan aktivitas fisik (untuk mempengaruhi metabolisme tulang); dan berat badan berbanding terbalik dengan risiko patah tulang.

Pembentukan gigi

Mineral yang membenuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah dan luar dari gigi adalah minerla yang sama dengan pembentuk tulang, yaitu hidroksiapatit. Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah kolagen. Pertukaran anatra kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung dengan lambat dan terbatas pada kalsium yang terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi diantara saliva dan email gigi. Kekuranag kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi (Almatsier, 2004).

Pertumbuhan

Kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan kerena bagian penting dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh. Penelitian di jepang menyebutkan bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet kalsium yang adekuat. Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang,


(24)

kandungan kalsum dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah perumbuhan terhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium (peak

bone mass) bersama akan tetap bertambah sampai usia sekitar 30 tahun. Setelah

peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara reabsorpsi dan pembentukan tulang. Konsumsi kalsium adalah salah satu mekanisme yang dapat membantu pertumbuhan tulang dan mencegah kehilangan tulang (bone loss), karena tubuh biasanya mencapai peak

bone mass antara umur 25-30-an, adalah waktu yang ideal untuk melakukan

pencegahan selama tahun-tahun diperguruan tinggi (Tucker, Snelling, dkk, 2002).

Pembekuan darah

Bila terjadi luka, ion kalsium dalam darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini mengatalisis perubahan protrombin bagian darah normal, menjadi trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lan dari darah, menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah (Sherwood, 2001).

Katalisator reaksi-reaksi biologik

Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari pesediaan kalsium dalam tubuh (Almatsier, 2004).

Kontraksi otot

Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat menimbulkan kejang.

Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membra sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2004).


(25)

2.1.4 Kalsium dalam Tulang

Kalsium tulang tersebar diantara pool (cadangan) yang relatif tidak berubah/stabil dan tidak dapat digunakan untuk pengaturan jangka pendek keseimbangan kalsium, dan pool yang cepat dapat berubah yang terlibat dalam kegiatan metabolisme kalsium (kurang lebih 1% kalsium tulang). Komponen yang dapat berubah ini dapat dianggap sebagai cadangan yang menumpuk bila makanan mengnadung cukup kalsium. Cadangan kalsium ini terutama disimpan pada bagian ujung tulang panjang dalam bentuk kristal yang dinamakan trabekula dan dapat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Kekurangan konsumsi kalsium untuk jangka panjang menyebabkan struktur tulang yang tidak sempurna (WHO, 2003).

Heaney (2000) dalam Journal of the American College of Nutrition mengatakan asupan kalsium berkaitan dengan status tulang. Selama 25 tahun ada paling sedikit 139 laporan terpublikasi di Inggris yang memaparkan hubungan antara asupan kalsium dan status tulang (massa tulang, keseimbangan kalsium, kehilangan tulang atau fraktur). Dari 86 studi observasional, 69 pada dewasa, 17 anak-anak, ditemukan 64 hasil studi mengenai hubungan positif bermakna antara asupan kalsium dan massa tulang, kehilangan tulang atau fraktur.

Tulang senantiasa berada dalam keadaan dibentuk dan direabsorpsi. Aspek mana yang domina bergantung pada umur dan keadaan faal tubuh. Pada proses menua proses reabsorpsi dominan sehingga tulang secara berangsur menyusut dan menjadi rapuh. Penyusutan tulang pada umumnya terjadi setelah usia 50 tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan tetapi pada perempuan dengan kecepatan lebih tinggi. Seperti telah dijelaskan, kalsium didalam tulang terdapat dalam bentuk hidroksiapatit. Disamping itu terdapat ion-ion lain termasuk fluor, magnesium, seng, dan natrium. Melalui matriks dan di antara struktur kristal terdapat pembuluh darah dan limfe, saraf dan sumsum tulang. Melalui pembuluh darah ini ion-ion mineral berdifusi ke dalam cairan ekstraselular, mengelilingi kristal dan memungkinkan pengendapan mineral baru atau penyerapan kembali mineral tulang. Karena banyak kalsium yang hilang didalam tulang pada proses


(26)

resorpsi, konsumsi kalsium yang adekuat dianjurkan sebelum penuaan terjadi (Almatsier, 2004). FDA (1998) dalam Annual Edition Nutrition 2000/2001 (2000) menyatakan konsumsi kalsium yang adekuat selama hidup dapat membantu mempertahankan kesehatan tulang melalui peningkatan sebanyak mungkin secara genetik jumlah tulang yang dibentuk pada masa remaja dan tahap awal dewasa serta dapat membantu memperlambat kecepatan kehilangan tulang yang terjadi pada kehidupan selanjutnya.

Kalsium dalam tulang merupakan sumber kalsium darah. Walaupun makanan kurang mengandung kalsium, konsentrasinya dalam darah akan tetap normal (Almatsier, 2004).

Pengaruh hormon-hormon lain terhadap kerangka tubuh

Kerangka tubuh dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan, hormon seks, tiroksin, dan kortikosteroid. Kekurangan estrogen (hormon seks pada perempuan) menyebabkan kehilangan bahan tulang atau osteoporosis. Tampaknya hal ini menjelaskan mengapa wanita menopause rentan terhadap osteoporosis, hal in terjadi karena penurunan estrogen secara drastis pada masa tersebut. Kebanyakan hormon tiroksin juga meyebabkan percepatan penggantian kalsium dengan resorpsi yang lebih cepat yang pada akhirnya menyebabkan kalsium darah meningkat dan terjadi osteoporosis (Almatsier, 2004).

2.1.5 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan

Tinjauan ulang mengenai kebutuhan sehari-hari berbagai nutrien esensial telah diterbitkan oleh Food and Nutrition Board of the National Research Council sebagai kecukupan nutrisi yang dianjurkan (Recommended Dietary

Allowances/RDA) (Murray,dkk, 2003). RDA adalah standar di Amerika yang

berisi kebutuhan rata-rata zat gizi per hari yang dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat. Di Indonesia RDA dikenal dengan Angka Kecukupan Gizi yang ditetapkan melalui Kongres Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) (FKM UI, 2007).

AKG atau RDA adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk


(27)

mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika, dan keadaan fisiologis, seperti hamil atau menyusui (Fikawati, R., Syafiq, 2007).

Untuk pertama kalinya sejak RDA dipublikaskan tahun 1989, pemerintah federal di Amerika akhirnya meningkatkan rekomendasi asupan kalsium harian (NAS, 1997). Hal ini berdasarkan temuan riset terbaru yang dilakukan The Food

and Nutrition Board di National Academy of Sciences yang menyatakan bahwa

peningkatan rekomendasi asupan kalsium dapat mencegah perburukan tulang. Rekomendasi terbaru tersebut dinamakan Dietary Reference Intakes (DRI) yang merupakan perluasan dari cakupan dan aplikasi RDA (Soliah, 2000). Di Indonesia WKNPG VIII telah diselenggarakan pada tahun 2003 dan hasilnya (AKG) telah dipublikasikan tahun 2004. Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat asupan kalsium yang direkomendasikan antara masyarakat di Indonesia dan Amerika.

Tabel 2.1 Dietary Reference Intakes for Calcium

LIFE STAGE GROUP CALCIUM MG/DAY ADEQUATE INTAKE Infants

• 0-6 bulan • 6-12 bulan

210 270

Anak-anak

• 1-3 tahun • 4-8 tahun

500 800

Laki-laki/Perempuan

9-18 tahun

• 19-50 tahun • >51 tahun

1300

1000 1200

Sumber : National Academy of Sciences- Institute of Medicine (1997) Dietary Reference Intakes. Washington, DC: National Academy Press


(28)

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Kalsium 2004 bagi orang Indonesia No Kelompok Umur Kalsium (mg/hari)

1. Anak

• 0-6 bulan • 7-12 bulan • 1-3 tahun • 4-6 tahun • 7-9 tahun

200 400 500 500 600

2. Laki-laki

• 10-18 tahun • 19-29 tahun • 30-49 tahun • 50-64 tahun • >60 tahun

1000 800 800 800 800

3. Wanita

• 10-18 tahun • 19-29 tahun

• 30-49 tahun • 50-64 tahun • >60 tahun

1000

800

800 800 800

4. Wanita hamil (tambahan)

• Trimester 1 • Trimester 2 • Trimester 3

+150 +150 +150 5. Wanita menyusui (tambahan)

• 6 bulan pertama • 6 bulan kedua

+150 +150


(29)

Jika mengacu pada WKNPG VIII, AKG indonesia untuk anjuran kalsium masih rendah sekali dibandingkan RDA yang dipakai di Amerika. Bahkan di AS, telah dilakukan kenaikan AKG kalsium khususnya dengan memperhatikan kaitan antara konsumsi kalsium saat remaja dengan risiko fraktur osteoporotik di kemudian hari. Penyusunan AKG kalsium di indonesia seharusnya memepertimbangkan kebutuhan kalsium untuk hari tua, yaitu pengurangan risiko fraktur tulang akibat osteoporosis. Memang periode laten akibat defesiensi kalsium adalah panjang, dan ini akan menutupi kebutuhan konsumsi kalsium yang lebih tinggi, khususnya jika ada bias defesiensi latensi pendek dan paradigma satu penyakit akibat defesiensi satu zat gizi (Heaney, 2003).

2.1.6 Sumber Kalsium

Diet harus didasarkan pada berbagai macam makanan, baik unuk memenuhi kebutuhan yang sudah diketahui maupun untuk menyediakan nutrien lain yang kebutuhannya pada manusia masih belum bisa ditentukan secara tepat. Sumber utama kalsium dalah susu dan produk olahannya, seperti keju, yoghurt, kefir, es krim, serta ikan terutama ikan duri halus. Enam studi Randomized Controlled Trial pada orang dewasa dan anak-anak yang menggunakan produk olahan susu sebagai sumber utama kalsium, seluruhnya menunjukan efek positif bermakna yang memiliki paling sedikit efek yang sama kuat dengan suplemen kalsium. Hal ini membuktikan bahwa susu dan produk olahannya adalah sumber nutrient yang baik yang dibutuhkan untuk perkembangan dan mempertahankan tulang (Heaney, 2000). Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini banyak mengandung zat yang menghambat penyerapa kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. Susu nonfat merupakan sumber terbaik kalsium, karena ketersediaan biologiknya yang tinggi. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang setiap hari (Almatsier, 2004). Kandungan kalsium beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel.


(30)

Daftar Kadar Kalsium (mg/100g bahan makanan) Tabel 2.3 Serealia

Bahan makanan Kalsium

Beras giling 59

Beras tumbuk 72

Beras ketan hitam 10

Tapai ketan hitam 8

Beras ketan putih 13

Tapai ketan putih 6

Beras merah tumbuk 15

Tepung terigu 22

Mi 31

Misoa 52

Beras jagung 14

Tabel 2.4 Umbi-umbian

Bahan makanan Kalsium

Gadung 79

Kentang 63

Singkong 77

Talas 47

Ubi jalar 51

Tabel 2.5 Biji-bijian dan kacang-kacangan

Bahan makanan Kalsium

Biji jambu mete 416

Jengkol 29

Kacang bogor goreng 135

Kcang hijau 223

Kacang kedelai 222


(31)

Tempe kedelai murni 155

Tahu 223

Kembang tahu 378

Kacang merah segar 293

Kacang tanah 316

Tabel 2.6 Sayuran

Bahan Makanan Kalsium

Bayam kukus 239

Bayam rebus 150

Buncis 107

Caisin 123

Daun kacang panjang 200

Daun katuk 233

Daun pakis 136

Daun pohpohan 744

Daun singkong 166

Kacang panjang kukus 100

Kacang panjang rebus 71

Kangkung 70

Ketimun 291

Kulit melinjo 117

Paria putih 31

Selada air segar 95

Toge segar 166

Tomat merah 8


(32)

Tabel 2.7 Buah-buahan

Bahan makanan Kalsium

Apel malang 9

Nanas 22

Pisang ambon 20

Pisang sale 232

Pisang raja sereh 16

Salak bali 94

Salak pondoh 38

Sawo 18

Sukun muda 24

Tabel 2.8 Telur

Bahan makanan Kalsium

Telur ayam kampung 67

Telur ayam ras 86

Telur bebek 100

Tabel 2.9 Ikan, kerang, udang dan daging

Bahan makanan Kalsium

Belida 52

Belut 390

Cumi-cumi 32

Gabus 90

Kerang 321

Mujair 96

Telur ikan 235

Terasi 3812

Teri kering 1200

Teri segar 500


(33)

Udang segar 135

Rebon kering 2306

Ayam 14

Daging sapi 11

Tabel 2.10 Susu dan olahannya

Bahan makanan Kalsium

Susu kental manis 275

Susu kental tak manis 243

Susu sapi 143

Susu skim 123

Susu penuh bubuk 904

Susu skim bubuk 1300

Tabel 2.11 Serba-serbi

Bahan makanan Kalsium

Agar-agar laut 400

Tepung sagu 13

Sumber : Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

2.1.7 Akibat Kekurangan Kalsium

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan ganggguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Disamping itu osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alcohol (Almatsier, 2004).


(34)

FDA (1998) menegaskan bahwa asupan kalsium yang rendah adalah salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis, suatu kondisi dari rendahnya massa tulang atau kepadatannya. Osteoporosis terjadi pada 25% wanita pascamenopause, nampaknya defisiensi estrogen pada masa itu ikut berperan sehingga insidensnya pada wanita lebih tinggi (Sherwood, 2001; Hillegas, 2005). Karena terapi osteoporosis sulit dan sering kurang memuaskan, pencegahan sejauh ini merupakan cara terbaik untuk menangani masalah kesehatan ini. ). Pencegahan osteoporosis dapat dimulai ketika tulang seseorang dibentuk. Pembentukan tulang yang kuat sebelum menopause melalui makanan yang kaya kalsium dan olahraga yang adekuat tampaknya merupakan tindakan yang terbaik. Adanya cadangan tulang pada usia pertengahan dapat memperlambat munculnya manifestasi klinis osteoporosis pada usia selanjutnya. Akivitas fisik yang berlanjut seumur hidup tampaknya dapat menunda atau mencegah pengeroposan tulang, bahkan pada orang berusia lanjut (Sherwood, 2001).

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun (Almatsier, 2004).

2.1.7 Akibat Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2004).

2.2. Konsep Perilaku dalam Kaitannya terhadap Pemenuhan Kecukupan Kalsium

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Seorang ahli psikologi, Skinner (1938) dalam Notoatmodjo


(35)

(2005) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus  Organisme  Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting

stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap. Responden respons juga mencakup perilaku emosional.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Berdasarkan teori "S-O-R" yang telah dijelaskan, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior".

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lai dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:


(36)

• Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

• Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatdmojo (2005) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain yakni: kognitif, afektif dan psikomotor yang dalam perkembangan selanjutnya dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suau objek tertentu.

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat memepengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pegetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai. Seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipn berpendidikan rendah, jika orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Fikawati, R., Syafiq, 2007).


(37)

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan fakta pendapat dan emosi yang bersangkutan. Campbell (1950) mendefinisikan yakni:" An individual's attitude is syndrome of

response consistency with regard to object." Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa

sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Sebagai contoh, jika seorang mahasiswi telah mendengar mengenai osteoporosis (penyebabnya,faktor risiko, pencegahan, dan sebagainya), maka dengan pengetahuan yang dimilikinya ini akan membawa mahasiswi tersebut untuk berpikir dan berusaha supaya dirinya terhindar dari osteoporosis di kemudian hari. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga mahasiswi tersebut berniat mengonsumsi makanan yang kaya kalsium supaya simpanan kalsium didalam tulangnya dapat mencegah osteoporosis yang bisa saja terjadi pada kehidupan di masa tuanya. Hal ini berarti mahasiswi tersebut memiliki sikap terhadap pemenuhan kecukupan kalsium (Notoatmodjo, 2005).

Sikap positif sangat berperan penting dalam penanggulangan masalah kurang konsumsi kalsium pada wanita. Dari sikap dapat dilihat bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memenuhi kecukupan kalsium hariannya, bagaimana penilaian atau pendapatnya terhadap makanan yang mampu memenuhi kecukupan kalsium serta pendapat mengenai cara mengatasi kekurangan asupan kalsium dari makanan. Sikap negatif yang sering menjadi masalah dalam konsumsi kalsium adalah bahwa wanita sering menilai bahwa susu merupakan nutrisi yang kaya akan lemak sehingga wanita cenderung menghindari produk susu dan olahannya (karena sering didapati bahwa wanita cenderung


(38)

menghindari makanan yang mengandung lemak) (French, M.R., et al, 2008). Padahal susu dan olahannya merupakan sumber kalsium yang paling baik. Apabila seorang wanita memilki pengetahuan yang baik mengenai sumber kalsium dari makanan, maka ia akan mempertimbangkan susu skim/nonfat yang rendah lemak namun kaya akan kandungan kalsium.

2.2.3 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menajdi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo, 2005).

Tindakan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba dan sebagainya merupakan tindakan positif dalam melakukan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Minum susu rutin setiap hari dan makan makanan yang kaya kalsium merupakan tindakan yang baik dalam upaya mencegah risiko fraktur tulang di masa tua (WHO, 2003).

Pada praktik sehari-hari proses perubahan: pengetahuan-sikap-tindakan tidak selalu berjalan seperti teori. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif atau sebaliknya pengetahuan dan sikapnya baik namun dalam praktik masih sangat kurang. Hal ini disebabkan bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor baik internal dan eksternal sehingga setiap individu akan memberi respon yang berbeda terhadap stimulus(.French, M.R., et al, 2008). Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebiasaan makan pada individu dapat dijelaskan pada gambar:


(39)

Sosial-ekonomi-politik, ketersedian makanan, Produksi, sistem distribusi

Faktor Eksternal

• Jumlah dan karakteristik

keluarga • Peran orangtua • Teman sebaya • Sosial budaya • Nilai dan norma • Media massa • Fast food

• Mode

• Pengetahuan gzi • Pengalaman individu Faktor internal

• Kebutuhan fisiologi • Body image

Self-concept

• Nilai dan kepercayaan

individu

• Pemilihan dan arti makanan • Psikososial


(40)

Life Style

Perilaku makan Individu

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan

Sumber: Worthington-Robert BS, Williams SR, editors. Nutrition Throughout the Life Cycle. Boston: McGraw-Hill; 2000.


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel

Variabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain (Sastroasmoro dkk, 2010). Dalam penelitian ini, variable-variabel yang akan diteliti mencakup karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi USU.

Karakteristik mahasiswi USU yang akan menjadi subjek penelitian meliputi umur, jurusan, dan Angkatan.

Pemenuhan Kecukupa n Kalsium Harian

Sikap Mahasiswi Pengetahuan

Mahasiswi

Tindakan Mahasiswi


(42)

.

3.2.2 Definisi Operasional a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang kalsium (manfaat dan fungsi, sumber-sumber dari makanan dan tingkat kandungan, angka kecukupan yang dianjurkan, cara pemenuhannya, dan akibat kekurangan).

• Cara Ukur : pengisian angket

• Alat Ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 7 pertanyaan. Untuk jawaban benar diberi skor 1 untuk jawaban salah diberi skor 0. Untuk pertanyaan1,3,5,6, dan 7 memiliki jawaban lebih dari satu sehingga digunakan skoring pada masing-masing jawaban.

Tabel 3.1 Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No Skor

1 i=1 ii=0 iii=0 iv=1 v=1

3 i=1 ii=1 iii=1 iv=0 v=0

5 i=1 ii=1 iii=0 iv=0 v=1

6 i=1 ii=1 iii=1 iv=0 v=0

7 i=1 ii=1 iii=1 iv=0 v=0

• Hasil Pengukuran : Hasil ukur diperoleh sistem skoring dengan memakai skala menurut Nawawi (1992) dan Arikunto (1995) sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 67-100% dari skor maksimum, yaitu 12-17.

b. Cukup, apabila skor yang diperoleh responden antara 34-67% dari skor maksimum, yaitu 6-11.

c. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden antara 0-33% dari skor maksimum, yaitu 0-5.


(43)

b. Sikap

Sikap adalah penilaian atau pendapat mahasiswi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kalsium dan cara memenuhi kecukupannya.

• Cara Ukur : pengisian angket

• Alat Ukur : kuesioner dengan 7 pernyataan, untuk jawaban setuju diberi skor 2,kurang setuju skor 1, tidak setuju skor 0. Untuk pertanyaan no.4 dan 5 untuk jawaban setuju diberi skor 0, kurang setuju 1 dan tidak setuju skor 2.

• Hasil Pengukuran : Hasil ukur diperoleh sistem skoring dengan memakai skala menurut Nawawi (1992) dan Arikunto (1995) sebagai berikut:

• Baik, apabila skor yang diperoleh responden 67-100% dari skor maksimum, yaitu 10-14.

• Cukup, apabila skor yang diperoleh responden antara 34-67% dari skor maksimum, yaitu 5-9.

• Kurang, apabila skor yang diperoleh responden antara 0-33% dari skor maksimum, yaitu 0-4.

• Skala pengukuran : ordinal

c. Tindakan

Tindakan adalah setelah mahasiswi mengetahui mengenai kalsium dan cara pemenuhan kecukupan hariannya, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapakan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) tersebut.

• Cara Ukur : pengisian angket

• Alat Ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban

o Jawaban Ya diberi skor 2


(44)

o Jawaban Tidak diberi skor 0

• Hasil Pengukuran: Hasil ukur diperoleh sistem skoring dengan memakai skala menurut Nawawi (1992) dan Arikunto (1995) sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 67-100% dari skor maksimum, yaitu 7-10.

b. Cukup, apabila skor yang diperoleh responden antara 34-67% dari skor maksimum, yaitu 4-6.

c. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden antara 0-33% dari skor maksimum, yaitu 0-3.

• Skala pengukuran : ordinal

d. Mahasiswi USU

Adalah mahasiswa putri yang sedang dan masih aktif menjalani pendidikan akademis di Universitas Sumatera Utara, dan berstatus sebagai mahasiwi USU terhitung sejak tahun akademis 2006-2009.

e. Pemenuhan Kecukupan Kalsium Harian

Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kalsium, termasuk sumber-sumbernya dalam makanan sehari-hari dan cara pemenuhan kebutuhannya.


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang pemenuhan kecukupan kalsium harian Mahasiswi USU. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan sejak bulan September-Oktober 2010. Lokasi penelitian ini adalah di wilayah Kampus Universitas Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil adalah mahasiswi USU.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang masih aktif menempuh pendidikan akademik di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4.3.2 Sampel

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini (Sastrasmoro, 2010) :

Zα2PQ N =

d2 N : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0.5) Q : 1-P = 1 - 0.5 = 0,5


(46)

Dari perhitungan rumus diatas maka didapat jumlah sampel yang akan diambil adalah 97 sampel dibulatkan menjadi 100 orang. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling, semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2010).

Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : • Mahasiswi USU yang berasal dari fakultas nonkesehatan • Bersedia menjadi subjek penelitian

Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut • Mahasiswi Angkatan 2010

• Mahasiswi dengan hambatan budaya berupa pantangan terhadap konsumsi produk-produk hewani tertentu

• Mahasiswi yang tidak mengembalikan kuesioner

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Dalam penelitian ini, pengambilan data telah dilakukan dengan memberikan self administered questionnaires (kuesioner) kepada responden. Pengisian kuesioner dilakukan saat itu juga ketika peneliti melakukan kunjungan, agar didapat respons rate yang tinggi.

Kuesioner dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden sehingga memberikan kemudahan bagi mahasiswi dalam melakukan pengisian kuesioner secara tepat dan lengkap.


(47)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: • Kuesioner

• Alat tulis

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat penelitian untuk mendapatkan data dari responden berupa pertanyaan. Pengumpulan data telah dilakukan oleh peneliti dan beberapa orang (interviewer) yang sebelumnya telah diberikan pelatihan oleh peneliti.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan teknik korelasi “product moment”dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 17.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas penelitian ini adalah 25 orang. Setelah uji validitas diakukan, hanya pada soal-soal yang valid saja yang dilakukan uji reliabilitas. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan dan Sikap Variabel No Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan

3 0.632 valid 0.677 reliabel

4 0.398 valid reliabel

5 0.630 valid reliabel

9 0.398 valid reliabel

10 0.636 valid reliabel

11 0.755 valid reliabel

12 0.536 valid reliabel

Sikap 2 0.785 valid 0.823 reliabel

3 0.743 valid reliabel


(48)

Sikap 8 0.626 valid 0.832 reliabel

9 0.589 valid reliabel

12 0.620 valid reliabel

13 0.710 valid reliabel

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan telah dianalisis dan dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi.


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan dilingkungan kampus Universitas Sumatera Utara (USU) yaitu mulai dari Perpustakaan Pusat sampai ke Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kampus USU berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota Medan, kemudiaan dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada di tengah-tengah kota. Universitas Sumatera Utara memiliki 14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Pascasarjana.

5.1.2 Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini, responden yang terpilih sebanyak 100 mahasiswi dari berbagai fakultas yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang dilihat meliputi usia, angkatan serta fakultas. Beberapa gambaran karakteristik responden beserta data tabel distribusi frekuensinya:


(50)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase(%)

17-19 tahun 31 31

20-22 tahun 66 66

23-24 tahun 3 3

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.1., kelompok usia terbanyak responden adalah usia 20-22 tahun yaitu sebanyak 66 orang (66%) diikuti kelompok usia 17-19 tahun sebanyak 31 orang (31%),dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 23-24 tahun yaitu 3 orang (3%). Data lengkap bila disistribusikan berdasarkan angkatan/stambuk dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan

Angkatan Jumlah (orang) Persentase(%)

2006 13 13

2007 32 32

2008 25 25

2009 30 30

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.2., angkatan terbanyak responden adalah angkatan 2007 yaitu 32 orang (32%) dan angkatan paling sedikit adalah angkatan 2006 yaitu sebanyak 13 orang (13%). Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas

Fakultas Frekuensi (orang) Persentase(%)

F.Ekonomi 17 17

F.Hukum 1 1

F.MIPA 25 25

F.Pertanian 12 12

F.Sastra 20 20


(51)

FISIP 22 22

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.3., responden terbanyak berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) yaitu sebanyak 25 orang (25%) dan paling sedikit berasal dari Fakultas Hukum yaitu 1 orang (1%).

5.1.3 Hasil Analisis Data 5.1.3.1 Pengetahuan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 46 46

Cukup 52 52

Kurang 2 2

Total 100 100

Berdasarakan tabel 5.4 tingkat pengetahuan responden mengenai pemenuhan kecukupan kalsium harian paling banyak berada dalam kategori cukup yaitu 52 orang (52%), diikuti dengan kategori baik yaitu 46 orang (46%) dan paling sedikit berada pada kategori kurang yaitu hanya 2 orang (2%).

5.1.3.2. Sikap

Data lengakp uji tinkat sikap responden pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 77 77

Cukup 21 21

Kurang 2 2

Total 100 100

Berdasarakan tabel 5.5 tingkat sikap responden mengenai pemenuhan kecukupan kalsium harian paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 77 orang (77%), diikuti dengan kategori cukup yaitu 21 orang (21%) dan paling sedikit berada pada kategori kurang yaitu hanya 2 orang (2%).


(52)

5.1.3.3 Tindakan

Data lengkap frekuensi hasil uji tingkat tindakan responden pada tabel 5.6

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Baik 70 70

Cukup 30 30

Kurang 0 0

Total 100 100

Berdasarakan tabel 5.6 tingkat tindakan responden mengenai pemenuhan kecukupan kalsium harian paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 70 orang (70%), dan paling rendah berada dalam kategori cukup yaitu 30%.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Pembahasan ini dikaitkan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian. Responden dari penelitian ini adalah mahasiswi yang mempunyai beberapa karakteristik. Dari segi usia dikelompokan menjadi usia 17-19 tahun, 20-22 tahun dan 23-24 tahun. Kelompok usia terbanyak dalam penelitian ini adalah kelompok usia 20-22 tahun. Kelompok usia ini adalah kelompok usia tahun-tahun universitas dimana adalah tahun yang ideal dalam melakukan pencegahan osteoporosis sebelum pencapaian puncak massa tulang antara usia 25-30 tahun (Tucker, L.J., et al, 2002).

Berdasarakan tabel 5.2. diketahui angakatan yang paling banyak menjadi sampel penelitian adalah angkatan 2007 yaitu 32%. Jumlah angkatan 2008 dan 2009 tidak begitu jauh dari angkatan 2007 yaitu 25% dan 30% berbeda jauh dari angkatan 2006 yang hanya 13%. Hal ini mungkin disebabkan karena sejumlah besar angkatan 2006 telah menyelesaikan pendidikan akademiknya di Universitas Sumatera Utara.


(53)

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa fakultas yang paling banyak menjadi sampel adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu 25%. Pada saat peneliti dan interviewer melakukan pengambilan data, jumlah mahasiswi yang berasal dari fakultas ini yang paling banyak ditemui.

5.2.2 Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu, ia dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar.

Secara keseluruhan dari hasil uji tingkat pengetahuan, pengetahuan responden tentang cara pemenuhan kecukupan kalsium berada dalam kategori cukup baik yaitu 52%. Identifikasi pengetahuan penting dilakukan karena pemahaman akan faktor ini mungkin akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mencapai diet yang sesuai dengan rekomendasi. Hasil studi yang dilakukan oleh French et al juga mengatakan bahwa 57,7% respoden mengetahui mengenai bagaimana rendahnya asupan kalsium akan mempengaruhi rendahnya massa tulang mereka

5.2.3 Sikap

Dari hasil uji tingkat sikap, sikap responden tentang cara pemenuhan kecukupan kalsium kalsium harian berada dalam kategori baik (77%). Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh French et yang menyatakan bahwa 92,3% sampel menyikapi kesehatan tulanngnya dengan sangat baik melalui perhatian terhadap pencegahan rendanhya masa tulang dengan konsumsi cukup kalsium. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden berada dalam tahap baik menerima segala sesuatu pengetahuan dan memberikan perhatian terhadap informasi mengenai pemenuhan kecukapan kalsium harian (Notoadmodjo,2005).

Hal ini bisa saja terjadi karena perubahan pengetahuan dan sikap tidak selalu berjalan seperti teori, seseorang yang berpengetahuan baik belum tentu sikapnya baik dan begitu pula sebaliknya (French, et al, 2008).


(54)

5.2.3 Tindakan

Dari hasil analisis keseluruhan sebagian besar sampel menunjukan tindakan yang baik (70%). Hal ini tidak sesuai dengan studi yang dilakukan oleh French et al yang menyatakan bahwa hanya 10,6% wanita yang memperoleh kalsium dari sumber makanan sebagian besar mereka memiliki tindakan yang buruk untuk memperoleh kalsium dari makanan sehari-hari.

Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang disampaikan Notoatmodjo, bahwa pada praktik sehari-hari proses perubahan: pengetahuan-sikap-tindakan tidak selalu berjalan seperti teori. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif atau sebaliknya pengetahuan dan sikapnya baik namun dalam praktik masih sangat kurang. Hal ini disebabkan bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor baik internal dan eksternal sehingga setiap individu akan memberi respon yang berbeda terhadap stimulus(.French, M.R., et al, 2008)


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Pengetahuan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian mayoritas berada dalam kategori cukup baik,yaitu 52%.

2. Sikap mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 77%.

3. Tindakan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium harian mayoritas berada dalam kategori baik, yaitu 70%.

6.2. Saran

1. Pengetahuan mahasiswi USU terhadap pemenuhan kecukupan kalsium masih relatif rendah, walaupun sikap dan tindakannya sebagian besar berada dalam kategori baik. Peningkatan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium tetap perlu dilakukan, misalnya promosi kesehatan mengkonsumsi makanan seimbang dan berkalsium tinggi melalui kampanye atau seminar yang difasilitasi kampus. Karena walaupun sikap dan tindakan mahasiswi masih dalam kategori baik, bukan tidak mungkin mengalami perubahan karena pola dan gaya hidup manusia cepat sekali berubah seiring perkembangan zaman. Untuk itulah, pembekalan akan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium tetap diperlukan

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman untuk dapat dilakukan penelitian selanjutnya, dengan memperluas variabel-variabel lain atau memperdalam penelitian dengan fokus yang lain, misalnya melihat pola diet dan frekuensi makan makanan berkalsium pada mahasiswi sehari-hari sehingga dapat dinilai apakah pola dietnya cukup kalsium atau tidak.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN , 1997. Third Report on the World Nutrition Situation, Geneva: Administrative Committee on Coordination–Subcommittee on Nutrition. Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Almatsier, Sunita, 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama .

Arikunto, S., 1995. Memilih Instrumen Pengumpul Data dalam Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

EJCL, 2007. Dietary Calcium Intake in Indonesian Women. Nature Publishing

Group. Available from:

March 2010].

Fikawati, R., Syafiq, 2007. Gambaran Konsumsi Kalsium Remaja. Dalam: Fikawati, R. & Syafiq (eds). 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Indonesia, Jakarta:253-263.

French, M.R., et al, 2008. A Prospective Study to Identify Factors Affecting Adherence to Recommended Daily Calcium Intake in Women with Low Bone Mineral Density. Journal of the American College of Nutrition, 27(1): 88–95.

Granner, D.K., 2003. Hormon yang Mengatur Metabolisme Kalsium. In: Murray, R.K., et al, eds. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: EGC, 539.

Hadi et al, 2008. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta tentang Seks Aman dan Faktor yang Berhubungan. Jakarta: FK UPN

Heaney, R.P., 2000. Calcium, Dairy Products and Osteoporosis. Journal of the

American College of Nutrition, 19(2): 83S–99S.

Islam, M.Z., Lamberg-Allardt, C, Kärkkäinen, Ali, S.M.K, 2003. Dietary calcium intake in premenopausal Bangladeshi women: do socio-economic or physiological factors play a role?. European Journal of Clinical Nutrition 57: 674–680.


(57)

Koblinsky, M.,et al, 1997. Kesehatan Wanita, Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Mayes, P.A., 2003. Nutrisi. In: Murray, R.K.,et al, eds. Biokimia Harper Edisi

25. Jakarta: EGC, 623-631.

Nawawi, H. H., Hadari H. M. M., 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nicklas, T.A., 2003. Calcium Intake Trends and Health Consequences from Childhood through Adulthood. Journal of the American College of

Nutrition, 22(5): 340–356.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Konsep Perilaku Kesehatan. In: Notoatmodjo, Soekidjo, et al, eds. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 43-46.

Notoatmodjo, S, 2005. Teknik Pengambilan Sampel. In: Notoatmodjo, S, ed.

Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 80-92.

Novotny, R., et al, 2003. Calcium Intake of Asian, Hispanic and White Youth.

Journal of the American College of Nutrition, 22(1): 64–70.

Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, 2007. Prevalensi Osteoporosis. Jakarta: Data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia. Available from: [Accesed 8 march 2010].

Prentice, A, Shaw, J, Laskey, M.A., Cole, T.J. & Fraser, D.R. , 1991. Bone mineral content of British and rural Gambian women aged 18–80+ years. Bone Miner., 12: 201–214.

Sastroasmoro, S. Gatot, D., Kadri, N., Pudjiarto, P.S., 2008. Usulan Penelitian.

Dalam: Sastroasmoro, S. (eds). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Ed.3. Jakarta: Sagung Seto: 29-56.

Sherwood, L., 2001. Osteoporosis: Kutukan Tulang Rapuh. In: Pendit, B.U., ed.

Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC, 685.

Soliah, Luann, 1999. National Academy of Sciences Introduces New Calcium Recommendations. In: Fuller, Cook, eds. Annual Editions Nutrition


(58)

Tucker, L.J., et al, 2002. Development and Validation of a Stages of Change Algorithm for Calcium Intake for College Female Students. Journal of

the American College of Nutrition, 21(5): 530–535.

Wahyuni, A.S., 2007. Metode Penarikan Sampel dan Besar Sampel. In: Wahyuni, A.S., ed. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedea Communication, 108-112.

World Health Organization, 2003. Searo News: World Osteoporosis Day. WHO Regional Office for South-East Asia. Available from:


(59)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ester Sibuea

Tempat/Tanggal lahir : Jambi / 09 Januari 1989

Agama : Kristen

Alamat : Jalan Prof. M Yusuf No 23 Padang Bulan, Medan 20154.

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 52 Jambi 1995-2001 2. SMPN 22 Jambi 2001-2004

3. SMAN 1 ME Sumatera Selatan 2004-2007 Riwayat Pelatihan : 1. Workshop Jurnalistik BEM PEMA BPM

2007

2. Bakti Sosial Mahasiswa Kristen FK USU 2006

Riwayat Organisasi : 1. Badan Pers Mahasiswa FKUSU 2007

2. Panitia Natal Keluarga Besar PHBK FKUSU 2009

3. Anggota Sie. Acara Panitia Bakti Sosial Mahasiswa FK USU 2009


(60)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

I. DATA RESPONDEN

Nama Responden :

Umur : tahun

Jurusan/Fakultas :

Angkatan/Stambuk :

II. DATA KHUSUS

A. PENGETAHUAN

Lingkari jawaban atau beri tanda (X) pada jawaban yang dianggap paling benar!

1. Fungsi dan peranan kalsium yang dikonsumsi secara cukup di dalam tubuh adalah (jawaban boleh lebih dari satu)!

i.) Membantu proses pembentukan tulang dan gigi ii.) Mempercepat penghancuran tulang

iii.) Mengurangi massa tulang

iv.) Mempertahankan kesehatan tulang

v.) Membantu metabolisme (reaksi-reaksi kimia) di dalam tubuh

2. Vitamin yang dapat membantu memaksimalkan proses penyerapan kalsium yang dikonsumsi adalah


(61)

b. Vitamin A c. Vitamin C d. Vitamin E

3. Makanan dibawah ini yang dapat menghambat penyerapan kalsium adalah (jawaban boleh lebih dari satu!)...

i.) Kopi

ii.) Minuman bersoda (soft drink) iii.) Makanan dengan kadar garam tinggi iv.) Keju

v.) Pisang sale

4. Jenis susu yang mengandung kalsium tinggi dan rendah lemak atau

non-fat yang saat ini banyak beredar dipasaran adalah

a. Susu full cream b. Susu skim bubuk c. Susu kental manis d. Susu kedelai

5. Yang termasuk produk olahan susu dari makanan yang tercantum di bawah ini adalah (jawaban boleh lebih dari satu)...

i.) Keju ii.) Es krim iii.) Agar-agar laut iv.) Selai nanas v.) Yoghurt

6. Akibat kekurangan kalsium dibawah ini (jawaban boleh lebih dari satu)...

i.) Pengeroposan tulang (osteoporosis) ii.) Gangguan pertumbuhan


(1)

kategori tingkat sikap

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

baik

77

77.0

77.0

77.0

cukup

21

21.0

21.0

98.0

kurang

2

2.0

2.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

kategori tingkat tindakan

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

baik

70

70.0

70.0

70.0

cukup

30

30.0

30.0

100.0

Total

100

100.0

100.0


(2)

Correlations

1 ,272 ,000 -,029 ,054 -,490* -,218 -,089 -,107 -,027 -,006 ,117 ,079

,188 1,000 ,890 ,798 ,013 ,295 ,672 ,610 ,897 ,977 ,579 ,706

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,272 1 ,000 ,190 ,349 -,255 ,089 -,327 -,272 -,267 -,211 -,167 ,052

,188 1,000 ,362 ,088 ,219 ,672 ,110 ,188 ,197 ,311 ,426 ,807

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,000 ,000 1 ,182 ,367 ,167 ,000 ,000 ,223 ,306 ,576** ,218 ,632**

1,000 1,000 ,384 ,071 ,426 1,000 1,000 ,285 ,137 ,003 ,295 ,001

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,029 ,190 ,182 1 ,152 -,109 ,134 -,127 ,029 ,379 ,211 ,048 ,398*

,890 ,362 ,384 ,467 ,604 ,524 ,544 ,890 ,062 ,311 ,821 ,049

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,054 ,349 ,367 ,152 1 ,202 ,427* -,147 ,069 ,067 ,307 ,132 ,630**

,798 ,088 ,071 ,467 ,333 ,033 ,483 ,744 ,749 ,135 ,529 ,001

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,490* -,255 ,167 -,109 ,202 1 ,204 ,083 ,267 ,306 ,323 ,109 ,379

,013 ,219 ,426 ,604 ,333 ,328 ,692 ,197 ,137 ,116 ,604 ,062

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,218 ,089 ,000 ,134 ,427* ,204 1 -,102 -,055 ,000 ,169 -,134 ,242

,295 ,672 1,000 ,524 ,033 ,328 ,627 ,796 1,000 ,418 ,524 ,243

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,089 -,327 ,000 -,127 -,147 ,083 -,102 1 ,089 ,306 ,069 ,055 ,071

,672 ,110 1,000 ,544 ,483 ,692 ,627 ,672 ,137 ,743 ,796 ,734

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,107 -,272 ,223 ,029 ,069 ,267 -,055 ,089 1 ,436* ,160 ,175 ,398*

,610 ,188 ,285 ,890 ,744 ,197 ,796 ,672 ,029 ,445 ,403 ,049

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,027 -,267 ,306 ,379 ,067 ,306 ,000 ,306 ,436* 1 ,409* ,200 ,636**

,897 ,197 ,137 ,062 ,749 ,137 1,000 ,137 ,029 ,042 ,337 ,001

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,006 -,211 ,576** ,211 ,307 ,323 ,169 ,069 ,160 ,409* 1 ,513** ,755**

,977 ,311 ,003 ,311 ,135 ,116 ,418 ,743 ,445 ,042 ,009 ,000

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,117 -,167 ,218 ,048 ,132 ,109 -,134 ,055 ,175 ,200 ,513** 1 ,536**

,579 ,426 ,295 ,821 ,529 ,604 ,524 ,796 ,403 ,337 ,009 ,006

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,079 ,052 ,632** ,398* ,630** ,379 ,242 ,071 ,398* ,636** ,755** ,536** 1

,706 ,807 ,001 ,049 ,001 ,062 ,243 ,734 ,049 ,001 ,000 ,006

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan total

pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12

pertanyaan total

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Lampiran 5

MASTER DATA

HASIL UJI VALIDITAS PENGETAHUAN


(3)

Correlations

1 -,033 ,125 ,094 ,046 ,282 -,293 -,322 -,101 ,308 -,500* ,094 -,004 ,193

,877 ,550 ,655 ,827 ,172 ,155 ,116 ,632 ,134 ,011 ,655 ,985 ,356

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,033 1 ,551** -,194 ,121 ,388 ,301 ,483* ,439* -,200 -,071 ,615** ,630** ,785**

,877 ,004 ,352 ,564 ,055 ,143 ,015 ,028 ,339 ,738 ,001 ,001 ,000

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,125 ,551** 1 -,275 -,050 ,459* ,127 ,518** ,200 -,162 ,166 ,457* ,668** ,743**

,550 ,004 ,183 ,812 ,021 ,547 ,008 ,337 ,438 ,428 ,022 ,000 ,000

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,094 -,194 -,275 1 -,194 -,038 -,564** -,074 -,100 -,054 -,115 ,123 ,126 -,131

,655 ,352 ,183 ,353 ,856 ,003 ,725 ,634 ,797 ,585 ,559 ,549 ,531

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,046 ,121 -,050 -,194 1 ,109 ,199 ,023 ,286 -,328 -,355 -,038 ,068 ,241

,827 ,564 ,812 ,353 ,604 ,340 ,915 ,166 ,110 ,082 ,859 ,745 ,246

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,282 ,388 ,459* -,038 ,109 1 -,161 ,023 ,000 -,118 -,083 ,535** ,549** ,518**

,172 ,055 ,021 ,856 ,604 ,443 ,913 1,000 ,575 ,692 ,006 ,004 ,008

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,293 ,301 ,127 -,564** ,199 -,161 1 ,340 ,331 -,065 ,034 ,095 -,083 ,331

,155 ,143 ,547 ,003 ,340 ,443 ,097 ,106 ,758 ,870 ,652 ,694 ,106

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,322 ,483* ,518** -,074 ,023 ,023 ,340 1 ,739** -,456* ,069 ,322 ,376 ,626**

,116 ,015 ,008 ,725 ,915 ,913 ,097 ,000 ,022 ,743 ,116 ,064 ,001

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,101 ,439* ,200 -,100 ,286 ,000 ,331 ,739** 1 -,386 -,218 ,150 ,240 ,589**

,632 ,028 ,337 ,634 ,166 1,000 ,106 ,000 ,057 ,295 ,474 ,249 ,002

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,308 -,200 -,162 -,054 -,328 -,118 -,065 -,456* -,386 1 -,118 -,324 -,333 -,174

,134 ,339 ,438 ,797 ,110 ,575 ,758 ,022 ,057 ,575 ,114 ,104 ,407

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,500* -,071 ,166 -,115 -,355 -,083 ,034 ,069 -,218 -,118 1 -,115 ,209 -,150

,011 ,738 ,428 ,585 ,082 ,692 ,870 ,743 ,295 ,575 ,585 ,316 ,474

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,094 ,615** ,457* ,123 -,038 ,535** ,095 ,322 ,150 -,324 -,115 1 ,576** ,620**

,655 ,001 ,022 ,559 ,859 ,006 ,652 ,116 ,474 ,114 ,585 ,003 ,001

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

-,004 ,630** ,668** ,126 ,068 ,549** -,083 ,376 ,240 -,333 ,209 ,576** 1 ,710**

,985 ,001 ,000 ,549 ,745 ,004 ,694 ,064 ,249 ,104 ,316 ,003 ,000

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

,193 ,785** ,743** -,131 ,241 ,518** ,331 ,626** ,589** -,174 -,150 ,620** ,710** 1

,356 ,000 ,000 ,531 ,246 ,008 ,106 ,001 ,002 ,407 ,474 ,001 ,000

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13 pertanyaan total

pertanyaan 1 pertanyaan 2 pertanyaan 3 pertanyaan 4 pertanyaan 5 pertanyaan 6 pertanyaan 7 pertanyaan 8 pertanyaan 9 pertanyaan 10 pertanyaan 11 pertanyaan 12 pertanyaan 13

pertanyaan total

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.

MASTER DATA

HASIL UJI VALIDITAS SIKAP


(4)

HASIL UJI RELIABILITAS PENGETAHUAN

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.677

7

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

pertanyaan 3

8.88

6.027

.543

.613

pertanyaan 4

10.16

6.723

.285

.667

pertanyaan 5

9.52

5.593

.278

.691

pertanyaan 9

10.72

6.877

.302

.667

pertanyaan 10

8.68

5.310

.434

.628

pertanyaan 11

8.64

4.990

.649

.557

pertanyaan 12

8.68

5.727

.356

.652

HASIL UJI RELIABILITAS SIKAP

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.823

7

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

pertanyaan 2

9.16

6.807

.731

.780

pertanyaan 3

9.48

6.260

.657

.783

pertanyaan 6

9.20

7.500

.396

.823

pertanyaan 8

9.76

6.107

.616

.791

pertanyaan 9

9.80

6.583

.425

.832


(5)

pertanyaan 12

9.24

7.273

.583

.802

pertanyaan 13

9.36

6.240

.686

.778


(6)