Latar Belakang Masalah Pandangan Orang Jepang Terhadap Burung Bangau

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah kurun waktu yang lama, sesuatu yang berasal dari alam yang banyak kita gunakan untuk menyimbolkan kedamaian itu selalu berkaitan dengan burung atau bunga, mungkin juga ada binatang lainnya. Dapat kita temukan bahwa makna binatang sering dimunculkan dalam karya seni, sastra dan adat istiadat. Tetapi benda hidup ini mungkin tidak dapat dipisahkan kedamaiannya dengan alam, setidaknya makhluk hidup yang ada di alam ini kehidupan mereka kelihatan sangat tenang dan tidak berbahaya seperti burung bangau Tsuru. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita ketika melihat burung sebagai binatang yang hidup bebas di alam dan yang sering kita kenal adalah burung merpati putih. Burung merpati putih merupakan simbol kedamaian bagi kebudayaan Eropah. Jauh berbeda dari kebudayaan Timur, bahwa yang paling mirip dan cocok menjadi simbol kedamaian adalah burung bangau nara sumber dari http:id.wikipedia.orgwikiBangau. Universitas Sumatera Utara Burung Bangau merupakan simbol terpenting dalam kebudayaan Asia seperti China dan Jepang. Sebelumnya kita telah mengenal Burung Bangau yang ada di negara kita. Badannya yang berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal, dan sering dijumpai di daerah beriklim hangat. Burung bangau ini mempunyai sejarah sejak dahulu kala. Sampai sekarang ini orang menceritakan tentang burung bangau sampai-sampai dibuatkan cerita-cerita, cerita rakyat maupun dongeng mengenainya. Burung Bangau juga membawakan makna arti yang berbeda di berbagai negara. Dilihat dari sisi sejarah, burung diperlihatkan sebagai binatang yang mempunyai nilai yang spesial. Burung bangau ini dianugerahi dengan banyak artinya. Dapat dilihat bahwa kita dapat mengutip arti-artinya melalui legenda dan cerita-cerita bahwa burung bangau telah memikul cerita dari generasi ke generasi. Mitologi burung bangau ini melebar luas sehingga dapat ditemukan di negara-negara baik negara bagian Barat maupun negara bagian Timur antara lain negara Arab, China, Korea, Jepang dan di Amerika. Nilai spesial dalam kebudayaan barat, burung Bangau digunakan sebagai lambang kelahiran bayi. Cerita tentang kelahiran bayi yang dibawa Universitas Sumatera Utara oleh burung bangau merupakan dongeng sebelum tidur dari negeri Belanda dan Jerman sebelah utara. Bangau yang bersarang di atap rumah dipercayakan sebagai keberuntungan dan penghuninya akan diberkahi kebahagiaan. Pada zaman Victoria, di saat perbincangan mengenai fungsi reproduksi masih dianggap tabu, pertanyaan anak kecil tentang asal-usul kelahiran bayi dijawab dengan dongeng kedatangan bayi yang dibawa burung bangau. Dalam kebudayaan populer, burung Bangau sering digambarkan terbang membawa bayi beralaskan sehelai kain yang ujung-ujungnya terikat dan digantung pada paruh burung bangau. Di bibir atas, kelopak mata atas, dan bagian tengkuk bayi yang baru dilahirkan sering dijumpai bercak berwarna merah jambu kemerahan yang dipercaya sebagai bekas jepitan paruh burung Bangau. Di Jepang di Hokkaido sebelah utara, terutama orang Ainu mempertunjukkan dansa burung bangau. Dansa burung bangau ini didapatkan tahun 1908 dalam foto yang difotokan oleh Arnold Genthe Cerita Dongeng 2004:63 Bagi orang Jepang, binatang selalu mempunyai arti simbol tersendiri. Diantaranya Burung Bangau dianggap harta karun Nasional, yang sering dimunculkan dalam karya seni Jepang, sastrawan dan adat istiadatnya. Universitas Sumatera Utara Burung bangau yang banyak dijumpai di temukan dalam negara Jepang adalah burung mahkota merah atau disebut sebagai Red Crowned Crane. Dalam bahasa Jepang disebut sebagai “Tanchou”. Orang Jepang memandang burung bangau ini sebagai simbol kemakmuran dan panjang umur karena dikhayalkan beribu-ribu tahun yang lalu oleh leluhurnya. Makna burung bangau yang lain juga mengartikan bahwa burung bangau dapat dijadikan sebagai teman sahabat yang tidak akan terlupakan yang dapat membawakan kesetiaan dalam kehidupan, menurut Bill Bryson, 2005:652 dan 2005:357. Di Jepang terdapat banyak ungkapan-ungkapan yang beraneka ragam makna artinya tentang burung bangau, terutama pada origami bentuk lipatan burung bangau ini. Bentuk burung bangau dipilih sebagai subjek kebudayaan Jepang yang sangat berharga. Ada bermacam macam versi bahwa burung bangau mempunyai arti dapat membawakan kehormatan, kesetiaan yang abadi, bahkan ada yang mengartikan bahwa pasangan pengantin akan selalu abadi tanpa berpisah. Simbol burung bangau ini banyak digunakan orang Jepang sebagai bahan lambang dan merupakan tema pada seni kerja yang terkenal. Oleh karena bangau disebut sebagai burung keagungan atau burung kemuliaan, dimana dapat dijadikan teman Universitas Sumatera Utara dalam kehidupan dan akan sangat setia pada pendamping hidupnya. Meghan Krane, 2007:17. Burung bangau ini sifatnya kuat, manis, cantik, dan mempunyai suara yang istimewa, oleh sebab itu orang Jepang sangat menghargai arti pentingnya burung bangau ini. Waktu demi waktu, bagi masyarakat Jepang, simbol burung bangau ini juga perlahan-lahan berkembang pesat sebagai subjek favorit dari “Origami cara melipat objek dari kertas berwarna tradisional Jepang, antara lainnya yang sering dilipat oleh orang Jepang adalah bentuk burung bangau. Di Jepang dapat ditemukan anak-anak sampai orang dewasa melakukan origami dengan beraneka ragam bentuk sampai menjadi guru besar pada bidang kesenian ini. Tetapi yang merupakan dasar bentuk yang paling mudah dilipat dalam origami adalah bentuk burung bangaulah. Sampai sekarang ini orang Jepang merasa orang yang dapat melipat bentuk burung bangau sampai berjumlah beribu-ribu akan dihargai pengharapannya. Di Jepang juga terdapat cerita rakyat bahwa orang yang mampu melipat burung bangau hingga 1000 ekor akan mendapatkan kedamaian yang kekal, melambangkan dapat menyembuhkan penderitaan atau Universitas Sumatera Utara memenangkan tantangan. Sehingga orang-orang berbondong-bondong melipat hingga 1000 ekor burung bangau bahkan lebih untuk menyusunnya menjadi sebuah bentuk seni karya objek baru yang cantik dan unik. Hasilnya dapat dibingkai untuk perayaan perkawinan, perayaan ulang tahun Yakudoshi atau perayaan peristiwa khusus lainnya dengan mengharapkan kebahagiaan, kemujuran dan kesetiaan. Cerita ini berasal dari Sadako Sasaki, yang mengalami gejala penyakit leukemia akibat radiasi peledakan Hiroshima. Semua yang dia ketahui bahwa kehidupan anak-anak telah hancur. Dia mendapatkan penyakit leukemia sewaktu menjelang dewasa Lisa Shea, 2002: 30 Sadako Sasaki percaya pada legenda burung bangau yang pernah didengarnya bahwa tradisi dengan melipat 1000 ekor burung bangau dapat dihargai keinginannya. Harapan dia untuk melipat 1000 ekor burung bangau ini adalah untuk meraih “Kedamaian Dunia”. Akhirnya Sadako Sasaki dikubur bersama 1000 ekor bangau dengan jumlah penuh. Karena melihat kesabaran dan usahanya teman-temannya juga menyumbang mendirikan “Taman Perdamaian” Peace Park di tempat dimana Sasaki Sadako dikuburkan dan terdapat patung Sadako Sasaki yang sedang memegang origami burung bangau di tangannya di Hiroshima sekarang ini. Universitas Sumatera Utara Cerita tentang Sadako Sasaki yang berusaha meraih gol dengan melipat burung bangau sebanyak 1000 ekor yang bertujuan mengharapkan mendapatkan kesehatan, kebahagiaan dan kedamaian dunia yang abadi melebar luas ke segala penjuru dunia. Meskipun dia meninggal sebelum mencapai keberhasilannya, tradisi mengirim burung bangau origami ke tugu peringatan Hiroshima ini terus bertahan, yang telah memikul arti sebagai simbol “Pengharapan Jepang untuk penghentian persenjataan mengakhiri Perang dan Kedamaian Dunia”. Melipat beribu-ribu burung bangau ini juga disebut sebagai “Tsuru wa sennen Bangau Beribu”, sebuah tradisi Jepang sepasang tunangan melipat bangau 1001 bersama-sama sebelum mereka menikah. Tugas ini meyakinkan bahwa pasangan ini dapat bekerja lebih lama bersama-sama tanpa kesusahan dan dapat mendatangkan penderitaan atau kesengsaraan bersama-sama. Buah hasil kerjanya dapat disaksikan bangga pada hari perayaan pernikahan. “Tsuru” adalah kata burung bangau dalam bahasa Jepang, ada juga istilah lain dalam sebutan burung bangau yaitu “Tancho” dan dikenal di Jepang dengan sebutan “Japanese Crane Red Crest”. Peran dimana pasangan yang melipat bangau kertas seribu bangau ini secara Universitas Sumatera Utara bersama-sama ini disebut “Senbazuru”. Sedangkan melipat burung bangau disebut “Orizuru”. Setelah pasangan ini menyelesaikan melipat 1000 ekor burung bangau ini mereka membentuk sebuah objek baru Rokoan. Rokoan adalah gaya lipat dimana beberapa lipatan burung bangau dihubungkan bersama-sama membentuk sebuah rangkaian. Menurut orang Jepang rangkaian ini diartikan bahwa pasangan pengantin tersebut akan tetap hidup kekal. Bentuk burung bangau juga telah mentradisi terus menerus sebagai hadiah kepada teman baik dan kepada pasangan cinta yang tidak pernah pudar. Dari uraian diatas penulis melihat adanya banyak keyakinan dan kepercayaan terhadap burung bangau Tsuru yang sangat kuat sejak dahulu kala hingga sekarang ini bagi masyarakat Jepang, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah burung bangau Tsuru tersebut.

1.2. Rumusan Masalah