Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting
untuk diarsipkan atau dikliping.
8
Bahasa
Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar nasional, regional dan lokal. Ditinjau
dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah.
Pada dasarnya isi surat kabar bisa dilihat sebagai berikut: 1 Pemberitaan news getter, 2 Pandangan atau pendapat opinion yang dibagi atas pendapat masyarakat public
opinion berupa komentar, artikel dan surat pembaca dan opini penerbit press opinion meliputi tajuk rencana, pojok dan karikatur, dan 3 Periklanan advertising yang berbentuk
iklan display, iklan baris dan iklan pariwara atau advertorial.
I.5.3 Bahasa, Kekuasaan dan Ideologi
Manusia adalah makhluk berpikir, demikian menurut dunia filsafat. Konsekuensi dari kenyataan ini adalah bahwa manusia adalah makhluk yang berbahasa. Manusia mengucapkan
pikirannya melalui bahasa. Dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang menciptakan realitas dan menatanya melalui bahasa. Bahasa mengangkat hal yang tersembunyi ke
permukaan sehingga menjadi suatu kenyataan. Tetapi selain itu bahasa yang sama juga dapat menghancurkan realitas orang lain. Menurut Halliday, saat seseorang menggunakan bahasa,
berarti ia menggunakan bahasa tersebut untuk menggambarkan pengalaman.
9
8
Elvinaro Ardianto, Ibid., hlm. 104-106
9
Alex Sobur, Op.cit, hlm.17
Pengalaman tersebut adalah pengalaman tentang abtraksi-abstraksi, tentang kualitas, tentang keadaan dan
Universitas Sumatera Utara
hubungan –hubungan dunia sekitar kita. Berdasarkan penggambaran-penggambaran tersebut maka menurut Halliday sangat perlu dibuat suatu acuan khusus yang disepakati untuk
menghindari kesalahpahaman. Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa.
10
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Menurut aliran ini individu tidak dianggap sebagai subjek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai pikirannya, tetapi
sangat dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa dalam aliran ini tidak dipahami sebagai medium yang netral tetapi merupakan representasi yang berperan
Pandangan pertama diwakili oleh pandangan kaum Positivisme. Menurut pandangan ini, bahasa dinilai sebagai jembatan antara
manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat diekspresikan melalui penggunaan bahasa secara langsung tanpa ada kendala. Salah satu ciri
dari aliran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas, dimana orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang
penting adalah apakah pernyataan tersebut dinyatakan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Pandangan kedua disebut sebagai pandangan konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Menurut aliran ini bahasa
tidak dilihat hanya sebagai alat untuk memahami realitas objektif saja dan dipisahkan dari subjek yang menyampaikan pernyataan. Tetapi justru menganggap subjek merupakan faktor
sentral dalam kegiatan wacana dan hubungan-hubungan sosialnya. Aliran konstruktivisme memahami bahasa adalah sesuatu yang diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan
yang bertujuan. Dan setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna yaitu tindakan pembentukan diri dan pengungkapan jati diri oleh si pembicara.
10
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, LkiS, Yogyakarta, 2005, hlm. 4-6
Universitas Sumatera Utara
dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu maupun strategis-strategis di dalamnya.
Kekuasaan
Kekuasaan menurut Max Weber adalah kemungkinan seorang aktor dalam antarhubungan sosial akan berada pada suatu posisi untuk melaksanakan kehendaknya
sendiri, meski terdapat perlawanan tanpa menghiraukan landasan tempat meletakkan kemungkinan tersebut.
Galtung membangun konsep kekuasaan bertolak dari dua prinsip dasar dalam kehidupan manusia. Yaitu ada being dan memiliki having. Kekuasaan terjadi dalam relasi
yang tidak seimbang yaitu terdapat perbedaan dari segi being dan segi having serta kedudukan position dalam struktur sosial.
11
a. Kekuasaan ideologis, orang yang berkuasa karena sebagai pemberi kekuasaan ide
atau gagasan mampu menyusup dan emmbentuk kehendak orang lain yang menerimanya.
Kekuasaan yang sudah dimiliki sejak lahir dari pembawaan keturunan disebut being power, kekuasaan yang diperoleh dari “memiliki”
sumber-sumber kemakmuran disebut having power dan kekuasaan karena kedudukan dalam suatu struktur disebut structure power.
Galtung juga membagi kekuasaan menjadi kekuasaan atas diri sendiri dan kekuasaan atas orang lain. Kekuasaan atas diri sendiri adalah kemampuan menentukan dan mengejar
tujuan bagi dirinya. Selanjutnya Galtung membagi kekuasaan atas orang lain menjadi tiga macam yaitu:
b. Kekuasaan renumeratif, kekuasaan yang terjadi karena memiliki pemikat untuk
diberikan sebagai ganjaran yang dapat berupa barng-barang, jabatan dan sebaginya.
11
Hotman Siahaan, Pers yang Gamang, LSPS, Jakarta, 2001, hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
c. Kekuasaan punitif, kekuasaan yang terjadi karena memiliki sarana untuk
menghancurkan orang lain ataupun barang milik orang lain jika orang tersebut tidak menaati kehendak pemberi kekuasaan.
Kekuasaan dalam hubungannya dengan wacana adalah terjadinya kontrol. Dimana satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana. Dan ini
tidak harus selalu dalam bentuk fisik tetapi dapat juga secara mental. Kelompok dominan mungkin membuat kelompok lain berbicara, bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Hal ini dapat terjadi karena sebagai kelompok dominan mereka lebih mempunyai akses yang dapat berupa pengetahun, uang, pendidikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dominan.
12
Ideologi
Bentuk kekuasaan ini dalam media dapat dilihat dari siap yang boleh dan harus berbicara, siap yang hanya bisa mendengar dan mengiyakan. Dalam lapangan berita, pemilik
atau politisasi yang posisinya kuat menentukan siapa narasumber atau bagian mana yang harus diliput dan mana yang tidak perlu atau bahkan dilarang untuk diberitakan. Selain itu
seorang yang mempunyai kekuasaan dapat juga menentukan bagaimana ia harus ditampilkan, hal ini misalnya terlihat dari penonjolan atau pemakaian kata-kata tertentu dalam berita.
Eriyanto menempatkan ideologi sebagai konsep sentral dalam analisis wacana karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari
ideologi tertentu.
13
12
Eriyanto, Op.cit, hlm. 12
13
Eriyanto, Ibid, hlm. 13
Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
ideologi dibangun oleh kelompok-kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegatimasi dominasi mereka.
Perkembangan teori komunikasi dan budaya yang kritis pada tahun-tahun terakhir telah membawa serta perhatian pada ideologi, kesadaran dan hegemoni. Ideologi sebagai
sistem ide-ide yang diungkapkan dalam komunikasi. Kesadaran adalah esensi atau totalitas dari sikap, pendapat dan perasaan yang dimiliki oleh individu-individu atau kelompok-
kelompok. Hegemoni adalah proses dimana ideologi “dominan” disampaikan, kesadaran dibentuk dan kuasa sosial dijalankan.
Harus disadari betul bahwa teks media yang tersusun atas seperangkat tanda yang membentuk bahasa tidak pernah membawa makna tunggal di dalamnya. Kenyataannya, teks
media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut.
14
J. B. Wahyudi mendefinisikan berita sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan
dipublikasikan secara luas melalui media massa. Perisiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita, bila tidak dipublikasikan media massa secara periodik.
Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memprodukasi informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang melingkupi institusi media.
I.5.4 Berita