MACAM PELELANGAN SUMBER HUKUM PELELANGAN

• Swakelola, yaitu pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau upah borongan tenaga. Dari keempat metode itu, hanya pelelangan yang akan kita bahas secara mendetail. Berdasarkan Keppres No. 18 Tahun 2000, pelelangan didefinisikan sebagai berikut: Serangkaian kegiatan untuk menyediakan barangjasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barangjasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih sebagai penyedia terbaik.

2.1.1 MACAM PELELANGAN

Proses pengadaan barangjasa dalam proyek konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Pada prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam memenuhi syarat dapat ikut dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang diizinkan ikut adalah penyedia barangjasa yang diundang oleh pengguna jasa. Pemilihan macam pelelangan pada umumnya tergantung pada besar-kecilnya bangunan; tingkat kompleksitas bangunan; besarkecilnya biaya bangunan; jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan karakteristik dari kedua macam pelelangan tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan baik bagi pengguna jasa maupun penyedia jasa seperti yang dicantumkan pada tabel 2.1 dibawah: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Komparasi pelelangan umum dengan pelelangan terbatas DESKRIPSI PELELANGAN UMUM PELELANGAN TERBATAS Jumlah peserta Jumlah peserta lelang relatif lebih banyak. Relatif lebih sedikit karena penyedia jasa yang boleh ikut adalah mereka yang diundang oleh pengguna jasa. Kemampuan peserta lelang Tidak semua peserta lelang diketahui kemampuannya. Setiap peserta lelang diketahui dengan pasti kemampuannya. Penetapan pemenang lelang Relatif lebih sulit karena jumlah pesertanya lebih banyak. Relatif lebih mudah karena telah diketahui kemampuan seluruh peserta lelang. Kekurangannya Tidak diketahui dengan pasti kemampuan setiap peserta lelang. Ada kecendrungan terjadinya praktek kecurangan dalam pelelangan, misalnya terjadi bid shopping. Kelebihannya Pengguna jasa lebih leluasa dalam memilih penyedia jasa dikarenakan jumlah yang cukup untuk menetapkan pemenang yang kompetitif. Kemampuan peserta telah diketahui dengan pasti.

2.1.2 SUMBER HUKUM PELELANGAN

Peraturan yang mengatur pelaksanaan di Indonesia diatur oleh Keputusan Presiden Republik di Indonesia tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Keppres tentang Pelaksanaan APBN. Keppres yang mengatur pengadaan barang dan jasa telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, contohnya Keppres No. 14 A Tahun 1980, tanggal 14 April 1980 disempurnakan menjadi Keppres No. 18 Tahun 1981, tangal 5 Mei 1981. Tahun anggaran 19841985 telah dikeluarkan Keppres No.29 Tahun 1984, tanggal 21 April 1984 sebagai pengganti Keppres No. 14 A Tahun 1980 dan Keppres No. 18 Tahun 1981. Kemudian Universitas Sumatera Utara disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Keppres No. 16 Tahun 1994 dilanjutkan KeppresNo. 6 Tahun 1999 dan terakhir Keppres No. 18 Tahun 2000. Dengan demikian peraturan yang saat ini berlaku adalah Keppres No. 18 Tahun 2000, sehingga pembahasan selanjutnya didasarkan pada peraturan tersebut. Jika dilihat dari isi dan jiwanya Keppres No. 18 Tahun 2000 telah menunjukkan sikap reformis yang sejak lama didambakan oleh kalangan industri konstruksi. Salah satunya adalah masalah “kesetaraan” antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Istilah “pemberi tugas” yang bernuansa diskriminatif sudah tidak digunakan lagi; selanjutnya disebut pengguna jasa, sedangkan untuk konsultankontraktor digunakan istilah “penyedia jasa”. Dalam salah satu ketentuannya, baik pengguna jasa maupun penyedia jasa dapat terkena sanksi jika menyalahi ketentuannya, sehingga tidak ada lagi istilah warga negara kelas 1, 2, dan 3. Sikap reformis yang kedua adalah adanya peran yang besar bagi asosiasi perusahaan atau profesi untuk melakukan sertifikasi perusahaan atau tenaga ahli yang bergerak di bidangnya.

2.1.3 TATA CARA PELELANGAN 1. Syarat Peserta Lelang