g. Melakukan koordinasi dan pengendalian serta membantu
pelaksanaan penanggulangan masalah bencana alam, wabah penyakit menular serta rawan pangan.
h. Melakukan pembinaan terhadap organisasi sosial dan organisasi keagamaan.
i. Melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan keluarga. 7. Seksi Pelayanan Umum
Seksi pelayanan umum merupakan unsur pelaksana pemerintah di bidang pelayanan umum, yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berda
di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Adapun rincian tugas Kepala Seksi Pelayanan Umum yaitu :
a. Menerima petunjuk atau arahan dari atasan. b. Membuat program kerja di bidang pelayanan umum.
c. Mengagendakan surat masuk dan surat keluar d. Mengagendakan surat masuk dan surat keluar.
e. Menstempel surat-surat yang ditandatangani oleh Camat. f. Memberi nomor urut, kode terhadap surat keluar serta menyimpan
kartu kendali. g. Mengurus kegiatan rumah tangga kecamatan.
h. Melaksanakan kegiatan pendistribusian perlengkapan kecamatan. i. Melakukan pelayanan serta memproses urusan Kartu Keluarga dan
Kartu Penduduk.
4.2.3. Keberadaan Aparat Kecamatan Deli Tua
Sesuai dengan Susunan Organisasi Pemerintah Kecamatan Deli Tua pada gambar 2 maka susunan pegawainya terdiri dari seorang Camat, seorang Sekretaris
Kecamatan dan lima orang Kepala Seksi serta sepuluh orang staf. Dari susunan
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah aparat Kecamatan Deli Tua secara keseluruhan berjumlah 15 orang dengan status pegawai negeri sipil.
Untuk lebih jelasnya data aparat Kecamatan Deli Tua dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Aparat Kecamatan Deli Tua
Pendidikan No Nama
Jabatan Gol
Ruang Umum Diklat
1. Drs. Citra Effendi Capah
Camat IIId S-1 SPAMA
2. Syaiful Amri, BA
Sekcam IIId
Sarmud ADUMLA 3.
Freddy, SH Kasi Pem
IIId S-1 ADUMLA
4. Irwan Dermawan, SmHk
Kasi Trantib IIId
Sarmud ADUMLA 5.
Bustami, SE Kasi PMD
IIId S-1 SPADA
6. Marasoleh Harahap, SH
Kasi Kesos IIId
S-1 ADUMLA 7.
Ria Ukur Ginting, S.Sos Kasi Pel. Um
IIId S-1 ADUM
8. Samin Tarigan
Staf Pem IIIb
STM -
9. Wahyu Rismiana
Staf Pem IIIa
D-IV ADUM 10. Salamah
Staf Pem
IId SMA -
11. Walentina Siburian
Staf PMD IIIb
Sarmud - 12. Bambang
Indramawan Staf PMD
IIIa D -IV
ADUM
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
13. Daniel Purba,
SmHk Staf Kesos
IIIb Sarmud -
14. Siti Rohani Daulay
Staf Kesos IIIb
SMEA - 15. Mainizar
Staf Pel. Um IIIb
SMA - 16. Nurhasanah
Staf Pel. Um IIIb
SMA - 17.
Bagian Ginting Staf Pel. Um
IIIa SMA -
Sumber : DUK Kantor Kecamatan Deli Tua, Januari 2007 Keterangan :
Sekcam = Sekretaris
Camat Kasi Pem
= Kepala Seksi Pemerintahan Staf Pem
= Staf pada Seksi Pemerintahan Kasi Trantib
= Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kasi PMD
= Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat DesaKelurahan Staf PMD
= Staf pada Seksi Pemberdayaan Masyarakat DesaKelurahan Kasi Kesos
= Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Staf Kesos
= Staf pada Seksi Kesejahteraan Sosial Kasi Pel. Um.
= Kepala Seksi Pelayanan Umum Staf Pel. Um.
= Staf Pada Seksi Pelayanan Umum
4.3.Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.3.1. Dimensi Kemampuan enabling
Menurut Stewart 1998:77 membuat mampu enabling berarti memastikan bahwa staf mempunyai segala sumber daya yang mereka perlukan untuk dapat
diberdayakan secara penuh. Kemampuan menurut Robins 2001:46 adalah: Suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan. Seluruh kemampuan seseorng pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah
keamampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan serupa.
Diharapkan dengan meningkatnya kemampuan pegawai baik secara intelektual dan fisik, pegawai akan memberi kontribusi secara maksimal terhadap
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selanjutnya menurut Ndraha 1987:113 yaitu:
Kemampuan untuk melaksanakan tugas adalah kemampuan untuk mencapai keluaran yang telah ditetapkan atau hasil yang hendak dicapai. Kemampuan
ini meliputi kemampuan untuk merencanakan usaha mencapai tujuan dan kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut. Dalam kemampuan
untuk merencanakan usaha tersebut termasuk kemampuan untuk menggali, menggerakkan, dan mengombinasikan masukan dari lingkungan dan
menyiapkannya bagi sistem pelaksanaan tugas.
Sedangkan Stewart 1998:77 mengemukakan pendapatnya mengenai
kemampuan yang berkaitan dengan sumber daya dalam organisasi yaitu membuat mampu enabling berarti memastikan bahwa staf mempunyai segala sumber daya
yang mereka perlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh.
Dengan demikian, pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan kecamatan perlu didukung oleh kemampuan aparat pemerintahan kecamatan. Dengan kemampuan
aparat kecamatan yang meningkat, pelaksanaan tugas akan dapat sukses dan berhasil. Dengan demikian, keberhasilan efektivitas organisasi akan dapat dicapai. Dimensi
kemampuan enabling lima indikator yaitu : pendidikan, keterampilan, pengalaman, kematangan emosi dan kematangan spiritual.
Sebagai gambaran mengenai sikap aparat kecamatan sebagai responden dalam memberikan respon terhadap indikator dalam dimensi kemampuan SDM dapat dilihat
dalam tabel dan penjelasan berikut: Tabel 7. Tanggapan Responden Terhadap Pentingnya Pendidikan dalam
Melaksanakan Tugas n=15
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
No Alternatif Jawaban
b f
b x f f
1. 2.
3. 4.
5. Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1 1
10 3
1 5
40 9
2 6,67
66,66 20,00
6,67 Jumlah
15 56
100 Sumber : Pengolahan data tahun 2008 kuesioner nomor 1
Data jawaban kuesioner di atas menunjukkan Skor 56 yang termasuk dalam kriteria baik.
Berdasarkan pendapat responden pada tabel 8 diketahui bahwa pendidikan sangat penting untuk mendukung pegawai dalam melaksanakan setiap tugasnya.
Jawaban ini dinyatakan oleh 1 orang responden 6,67 menyatakan sangat setuju bahwa pendidikan itu sangat penting untuk mendukung pegawai dalam melaksanakan
setiap tugasnya, 10 orang responden 66,66 menyatakan setuju, 3 orang responden 20,00 menyatakan ragu-ragu, dan 1 orang responden 6,67 menyatakan tidak
setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang
menyatakan setuju bahwa pendidikan sangat penting untuk mendukung pegawai dalam melaksanakan setiap tugasnya karena dengan pendidikan akan menambah
wawasan pegawai dan lebih cerdas dalam menghadapi masalah. Hasil penelitian di atas secara empiris menunjukkan keterkaitan dengan konsep-konsep teoritis
sebagaimana dikemukakan Sihombing 2000:10 bahwa pendidikan memfokuskan diri pada pengembangan kepribadian dan sikap mental yang berpengaruh terhadap
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
kematangan berperilaku. Hal yang sama secara teoritis dikemukakan Supriatna 1997:78 sebagai berikut
Pendidikan sebagai sarana tranformasi budaya dalam pendidikan sumber daya manusia sangat relevan dengan aspek survival, kemedekaan,
humanisasi, pemberdayaan, dan rasionalisasi. Tujuan akhir proses teransformasi ini ialah terciptanya produktivitas, etos kerja, kemandirian,
dan jati diri manusia yang unggul untuk memenuhi tuntutan pembangunan.
Dengan memperhatikan konsep yang dikemukakan di atas dan dikaitkan dengan sikap responden terhadap indikator pendidikan bagi aparat kecamatan sebagai
suatu kebutuhan yang sangat mendesak dalam rangka dan upaya tercapainya etos kerja, kemandirian, dan jati diri aparat pemerintahan kecamatan untuk memenuhi
tuntutan pembangunan dan dinamisasi masyarakat yang terus berubah dengan segala permasalahannya.
Tabel 8. Tanggapan Responden Terhadap Keterampilan Aparat Kecamatan dalam Melaksanakan Tugas n=15
No Alternatif Jawaban
b f
b x f f
1. 2.
3. 4.
5. Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1 1
10 3
1 5
40 9
2 6,67
66,66 20,00
6,67 Jumlah
15 56
100 Sumber : Pengolahan data tahun 2008 kuesioner nomor 2
Data jawaban kuesioner di atas menunjukkan Skor 56 yang termasuk dalam kriteria baik.
Berdasarkan pendapat responden pada tabel 9 diketahui bahwa keterampilan dalam melaksanakan tugas menunjukkan kemampuan aparat pemerintahan
kecamatan. Jawaban ini dinyatakan oleh 1 orang responden 6,67 menyatakan
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
sangat setuju bahwa keterampilan dalam melaksanakan tugas menunjukkan kemampuan aparat pemerintahan, 10 orang responden 66,66 menyatakan setuju,
3 orang responden 20,00 menyatakan ragu-ragu, dan 1 orang responden 6,67 menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang menyatakan setuju bahwa keterampilan dalam melaksanakan tugas menunjukkan
kemampuan aparat pemerintahan kecamatan karena keterampilan yang dimiliki pegawai untuk melaksanakan setiap tugas-tugasnya menunjukkan kemampuan
pegawai itu sendiri. Keteramapilan sangat erat kaitannya dengan SDM, Gie 2003:85 mengemukakan sebagai berikut
Kegiatan menguasai sesuatu ketermapilan dengan tambahan bahwa mepelajari ketermapilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih,
dan mengulang ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas, metode, pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan secara praktis
adalah orang yang memiliki keterampilan.
Sedangkan menurut Makmur 2007:70 bahwa “ketermapilan merupakan pemahaman seseorang akan suatu metode cara, teknik, pengetahuan dan teori dan
dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam organisasi telah menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki keterampilan”.
Jika dikaitkan dengan kondisi aparat pemerintahan kecamatan konsep belajar keterampilan yang dikemukakan oleh The Liang Gie sangat sesuai dengan kondisi
dan dinamisasi masyarakat. Tabel 9. Tanggapan Responden Terhadap Pengalaman Untuk Dijadikan Pegangan
dalam Mengambil Keputusan n=15
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
NO Alternatif Jawaban
b f
b x f f
1. 2.
3. 4.
5. Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1 3
8 2
2 15
32 6
4 20,00
53,34 13,33
13,33
Jumlah 15
57 100
Sumber : Pengolahan data tahun 2008 kuesioner nomor 3 Data jawaban kuesioner di atas menunjukkan Skor 57 yang termasuk dalam
kriteria baik. Berdasarkan pendapat responden pada tabel 10 diketahui bahwa pengalaman
seorang aparat pemerintahan kecamatan sering dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan di kecamatan. Jawaban ini dinyatakan oleh 3 orang responden 20,00
menyatakan sangat setuju bahwa pengalaman seorang aparat pemerintahan kecamatan sering dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan di kecamatan, 8
orang responden 53,34 menyatakan setuju, 2 orang responden 13,33 menyatakan ragu-ragu, dan 2 orang responden 13,33 menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang
menyatakan setuju bahwa pengalaman seorang aparat pemerintahan kecamatan sering dijadikan pegangan dalam mengambil keputusan di kecamatan. Bukti empiris itu
dikuatkan oleh penjelasan teoritis sebagaimana dikemukakan Hasibuan 2000:34 bahwa pengalaman seseorang merupakan salah satu spesifikasi yang dibutuhkan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pentingnya pengalaman dikemukakan Karjadi 1995:39 yang menyatakan sebagai berikut:
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
Seorang pekerja harus benar-benar seorang yang mempunyai banyak pengalaman, khususnya dalam bidang pekerjaannya. Hanya dengan
pengalaman yang cukup seseorang dapat mempertimbangkan segala hal yang menyangkut kehidupan dan nasib dari sebuah organisasi.
Konsepsi tersebut sangat relevan dengan konteks penyeleggaraan pemerintahan kecamatan yang menempatkan pengalaman seorang aparat kecamatan
pada posisi strategis dibandingkan dengan faktor pendidikan dan keterampilan.
Tabel 10. Tanggapan Responden Terhadap Kematangan Emosional dalam
Menjalankan Tugas n=15
No Alternatif Jawaban
b f
b x f f
1. 2.
3. 4.
5. Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1 1
10 3
1 5
40 9
2 6,67
66,66 20,00
6,67 Jumlah
15 56
100 Sumber : Pengolahan data tahun 2008 kuesioner nomor 4
Data jawaban kuesioner di atas menunjukkan Skor 56 yang termasuk dalam kriteria baik.
Berdasarkan pendapat responden pada tabel 11 diketahui bahwa Kematangan dalam mengendalikan diri terhadap pelaksanaan tugas sangat diperlukan. Jawaban ini
dinyatakan oleh 1 orang responden 6,667 menyatakan sangat setuju bahwa Kematangan dalam mengendalikan diri terhadap pelaksanaan tugas sangat
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
diperlukan, 10 orang responden 66,66 menyatakan setuju, 3 orang responden 20,00 menyatakan ragu-ragu, dan 1 orang responden 6,67 menyatakan tidak
setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang
menyatakan setuju bahwa kematangan dalam mengendalikan diri terhadap pelaksanaan tugas sangat diperlukan pegawai karena dapat mempengaruhi setiap
keputusan yang diambil. Dalam beberapa hasil penelitian sebagaimana ditulis oleh para pakar menunjukkan bahwa kematangan emosional EQ jauh lebih penting dari
kecerdasan intelektual IQ. Untuk menelusuri hal tersebut Goleman 1996:47 berpendapat bahwa “kematangan emosional adalah mentability yang menentukan
seberapa baik kita mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain mana pun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum terasah”.
Dalam pandangan Goleman, kecerdasan emosional tidaklah ditentukansejak lahir. Argumen ini didasarkan pada sintesis yang benar-benar orisinil dari penelitian
terbaru termasuk pengetahuan baru mengenai arsitektur otak yang melandasi emosi dan rasionalitas. Hal tersebut dengan cermat memperlihatkan bagaimana kecerdasan
emosional dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri sendiri. Menurut Goleman 1996:416
Dorongan pertama dalam suatu situasi emosional adalah dorongan hati, bukan dorongan kepala. Ada pula reaksi emosional jenis kedua yang lebih
lamban darpadarespons cepat yang digodok dan diolah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum mengalir ke perasaan. Sitat jalur ke dua untuk
memicu emosi ini lebih disengaja dan biasanya kita cukup sadar akan gagasan tang menimbulkannya.
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
Pandangan ini semakin memperjelas bahwa pendidikan dan kemampuan seseorang itu tidak hanya didasarkan kepada kecerdasan intelektual IQ misalnya
dengan tingkat pendidikan seseorang, tetapi perlu didukung oleh kecerdasan emosional pengendalian diri. Mengenai EQ Emotional Quotient menurut Agustian
2003:65 bahwa Emotional Quotient memegang begitu penting dalam membangun hubungan antarmanusia yang efektif sekaligus peranannya dalam meningkatkan
kinerja. Agustian 2003:100 selanjutnya mengemukakan sebagai berikut. Emosi adalah getaran pada kalbu yang terjadi akibat tersentuhnya
spiritualitas seseorang. Begitupun ketika suara hati kasih sayang yang terdapat di relung hati tersentuh, ia dengan serta merta akan merasa terharu.
Dalam penjelasannya mengenai emosi ini, Agustian mengemukakan bahwa ketika getaran-getaran hati bersinggungan dengan sifat-sifat keadilan, sinyal pada
otak pun mengalami getaran yang sama. Kemungkinan besar sikap-sikap yang muncul adalah sikap-sikap kemarahan apabila melihat si lemah dinjak-injak
haknya sikap sedih ketika melihat bantuan bencana alam yang tidak sampai ke tangan korban, sikap bahagia saat para pembela kebenaran berhasil memenjarakan
para penjarah uang rakyat. Agustian 2003:100 menyimpulkan bahwa: emosi adalah sebuah sinyal yang berbentuk baru, sedih, kecewa, marah, atau bahagia, ketika
suara hati spiritual mengalami singgungan pada got spot. Berdasarkan argumentasi Goleman di atas, semakin memperjelas bahwa
kemampuan SDM tidak bisa diukur lagi dengan kemampuan dalam pengertian kemampuan SDM secara eksternal. Dalam konteks kemampuan aparat pemerintahan
kecamatan dapat dikemukakan bahwa kelemahan SDM pemerintahan kecamatan
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
tidak saja lemah secara intelektual, tetapi juga sangat lemah dalam emosional, dan juga spiritual.
Tabel 11.
Tanggapan Responden terhadap Kematangan Spiritual dalam Menjalankan Tugas n=15
No Alternatif Jawaban
b f
b x f f
1. 2.
3. 4.
5. Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1 1
9 3
2 5
36 9
4 6,67
60,00 20,00
13,33
Jumlah 15
54 100
Sumber : Pengolahan data tahun 2008 kuesioner nomor 5 Data jawaban kuesioner di atas menunjukkan Skor 54 yang termasuk dalam
kriteria baik. Berdasarkan pendapat responden pada tabel 11 diketahui bahwa Kemampuan
aparat Pemerintahan kecamatan dapat dilihat dari kematangan spiritualnya atau kematangan keagamaannya. Jawaban ini dinyatakan oleh 1 orang responden
6,667 menyatakan sangat setuju dengan pernyataan di atas, 9 orang responden 60,00 menyatakan setuju, 3 orang responden 20,00 menyatakan ragu-ragu,
dan 2 orang responden 13,33 menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang menyatakan setuju bahwa kemampuan aparat pemerintahan kecamatan dapat dilihat
dari kematangan spiritualnya atau kematangan keagamaannya semakin tinggi kematangan spritualnya maka akan semakin baiklah kemampuan aparat tersebut.
Bambang Indramawan: Analisis Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Camat Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008
Seperti dikemukakan di atas bahwa kelemahan SDM pemerintahan kecamatan tidak saja lemah secara intelektual, tetapi juga sangat lemah dalam emosional, dan juga
spiritual, karena pemerintahan supra kecamatan pusat-provinsi dan kabupaten tidak membiasakan atau membudayakan mentransformasi nilai-nilai intelektual emosional,
dan spiritual kepada aparat kecamatan. Justru yang diperlihatkan oleh aparat pemerintah supra kecamatan adalah sikap dan prilaku korup, arogan, dan
kesewenang-wenangan. Kondisi yang demikian ini, tidak bisa diharapkan menciptakan tatanan pemerintahan yang baik. Hal yang demikian itu secara
berkelanjutan tetap memosikan aparat pemerintahan kecamatan sebagai pelayan birokrasi dan bukan pelayan masyrakat.
Dalam konteks kematangan spiritual, Agustian 2003:218 mengemukakan sebagai berikut.
Tauhid akan mampu menstabilkan tekanan amygdala sistem saraf emosi sehingga emosi selalu terkendali. Pada saat inilah seseorang dikatakan
memiliki EQ tinggi . Suara-suara Ilahiah itulah bisikan informasi maha penting yang mampu menghasilkan keputusan yang sesuai, dengan hukum
alam, sesuai dengan situasi yang ada dan sesuai dengan garis orbit spiritualitas.
4.3.2. Dimensi Kelancaran facilitating