Yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 1,25 dari jumlah Aktiva TertimbangMenurut
Resiko.
c. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak.
d. Laba yang ditahan
Yaitu saldo laba setelah diperhitungkan pajak oleh kantor pusatnya diputuskan untuk ditahan di kantor cabangnya di Indonesia.
e. Laba tahun lalu
Yaitu seluruh laba bersih dari tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan penggunaanya oleh kantor pusat. Dalam hal
bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang modal.
f. Laba tahun berjalan
Yaitu laba yang diperolah dalam tahun buku berjalan stelah dikurangi taksiran-taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun berjalan tersebut yang
diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50. Dalam hal tahun buku berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang modal.
g. Selisih antara penerimaan dalam segala bentuk diluar butir a sd f dari
kantor pusat, danatau kantor-kantor cabang bank di luar Indonesia kepada kantor cabangnya di Indonesia, dengan penempatan dana dalam
segala bentuk di luar butir a sd f dari kantor cabangnya di Indonesia kepada kantor pusat danatau kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia
Net Inter OfficeFundNIOF yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Apabila posisi NIOF yang sebenarnya lebih besar dari NIOF
yang sudah ditetapkan, maka diperhitungkan sebagai modal adalah NIOF yang sebenarnya. Dalam hal posisi NIOF negatif, maka jumlah tersebut
merupakan penguran dari modal.
CAR dirumuskan sebagai berikut : CAR = Total Capitalx 100
Risk weighted assets
2.3.2 Return on Asset
Return on Asset ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas
dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara total laba terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena, tingkat
pengembalian semakin besar. “Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga kredit yang disalurkan juga
meningkat. ROA dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Net Income x 100
Total Asset
2.3.3 Operating Expenses to Operating Income BOPO
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Standar terbaik BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No.
69PBI2004 adalah 92. Rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Operating Expensesx 100 Operating Income
2.3.4 Non Performing Loan
Bank Indonesia menetapkan jenjang mutu kredit berdasarkan kolektibilitas kredit, dimana kolektibilitas itu sendiri merypakan suatu kondisi pembayaran
pokok atau angsuran pokok, bunga dan tingkat kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. Jadi
kolektibilitas itu pada prinsipnya berdasarkan lamanya waktu penyelesaian kewajiban nasabah berupa prinsipalangsuran prinsipal, bunga, dan overdraft serta
kemungkinan lainnya, sehingga jenjang mutu kredit dimaksud adalah kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.
Menurut Rivai dalam Bhakti, 2009 : 20, kredit bermasalh merupakan kredit yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang
bersangkutan. Adapun kredit menurut kualitasnya digolongkan sebagai berikut:
1. Kredit lancar kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria:
a. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian kredit yang dijamin dengan jaminan tunai.
2. Kreedit dalam perhatian khusus. Kredit yang digolongkan kedalam perhatian
khusus apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok bunga yang belum melampaui 90
hari. b.
Kadang-kadang terjadi cerukan. c.
Mutasi rekening relatif aktif. d.
Jarang terjadi pelanggaran terhadap kintrak yang diperjanjikan. e.
Didukung pinjaman yang baru. 3.
Kredit kurang lancar. Kredit yang digolongkan kedalam kurang lancar apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90
hari. b.
Sering terjadi cerukan. c.
Frekuensi mutasi rekening relatif rendah. d.
Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari.
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah.
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit diragukan. Kredit yang digolongkan kedalam diragukan apabila
memenuhi kriteria: a.
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 180 hari.
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan. 5.
Kredit macet. Kredit yang digolongkan kedalam kredit macet apabila memenuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270
hari. b.
Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. c.
Dari segi hukum maupaun kondosi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bankdalammenutupirisiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL
mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pularisiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harusmelakukan
analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembalikewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadappenggunaan
kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhikewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadapagunan untuk
memperkecil risiko kredit. Agar kinerja berapor biru makasetiap bank harus menjaga NPL-nya dibawah 5, hal ini sejalandengan ketentuan Bank
Indonesia.Adapun NPL dirumuskan sebagai berikut : NPL =Total Non Performing Loan x 100
Total Loans
2.4 Faktor Eksternal Bank