BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara
global panas yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas heat stroke dan kematian, terutama pada orang tua
dan anak-anak. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem
dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam banjir,
badai dan kebakaran dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain
http:www.earthhour.wwf.or.idnews_detail.php?id=104 .
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air Waterborne diseases maupun penyebaran penyakit melalui vektor vector-borne diseases. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh
meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal
itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan
terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah
Universitas Sumatera Utara
pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang ekosistem baru untuk nyamuk ini berkembang biak.
Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada
sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru
kronis, dan lain-lain. WHO World Health Organization sebagai organisasi kesehatan dunia
mengangkat isu ini menjadi tema dari Hari Kesehatan Sedunia HKS tahun 2008, yaitu Protecting Health from Climate Change atau Melindungi Kesehatan dari
Perubahan Iklim. Sebenarnya masalah kesehatan merupakan masalah ‘hilir’ dari pemanasan global Global Warming dan perubahan iklim Climate Change.
Hulu permasalahannya ada pada bidang lain yang lebih dulu merasakan dampaknya. Dokter dan tenaga medis lainnya menjadi ‘tukang cuci piring‘ jika
hanya mengobati saja. Karena itu, yang jauh lebih penting adalah upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang telah terjadi dan upaya untuk mengurangi dampak
buruk dengan berbagai langkah pencegahan. Berbicara tentang langkah-langkah pencegahan, banyak yang berkomentar
kalau merasa diri belum siap. Belum siap untuk menggunakan mobil hybrid, belum siap untuk tidak menggunakan AC, belum siap untuk tidak menggunakan
komputer lama-lama. Padahal hal tersebut hanya beberapa dari berbagai langkah untuk mencegah pemanasan global.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009 , Pemilihan Umum Dunia untuk pertama kali diadakan. Dan pilihannya antara Bumi atau Global Warming. Kita semua memiliki hak untuk
memilih. Tidak peduli berapa usia, kewarganegaraan, ras atau latar belakang Anda. Ini bukan tentang dari negara mana Anda berasal, tapi dari planet mana
Anda berasal. Saklar lampu adalah cara Anda untuk memilih. Pilih Bumi dengan mematikan saklar lampu selama 60 menit, dan bergabunglah dengan dunia untuk
Earth Hour . Earth Hour adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF
World Wide Fund for Nature , juga dikenal sebagai World Wildlife Fund dan
diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya, meminta rumah dan perkantoran memadamkan
lampu dan
peralatan listrik yang tidak perlu selama
satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim
. Earth Hour dicetuskan oleh WWF dan The Sydney Morning
Herald tahun 2007, ketika 2.2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan
memadamkan semua lampu yang tidak perlu. Setelah Sydney, banyak kota-kota
lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008 Untuk kedua kalinya, tahun 2010 adalah momentum bagi Indonesia untuk
turut menyuarakan dukungan dalam kampanye global EARTH HOUR. Bersama dengan pemimpin kota C40 – Climate Leadership Group – dan sebagai salah satu
negara G20, DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam, pada hari Sabtu, 27 Maret 2010, pukul 20.30 –
21.30. Pernyataan dukungan ini merupakan salah satu tindakan nyata Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap kampanye hemat energi dan perubahan iklim
global, setelah sebagai bagian dari C40 berpartisipasi di Climate Summit for Mayors di Kopenhagen, Desember 2009, dan mengeluarkan komitmen
Universitas Sumatera Utara
pengurangan emisi di Jakarta hingga 30 dari BAU hingga 2030
.
Di Indonesia sendiri, kegiatan ini difokuskan di Jakarta. Namun bukan berarti di daerah lain
tidak boleh berpartisipasi. Ingat, ini tentang dari planet mana Anda berasal kan? ini sungguh ide yang bagus. Namun kegiatan semacam ini memerlukan suatu
tindakan yang berkelanjutan, bukan hanya kegiatan yang sekali bergaung setelah itu hilang begitu saja. Setidaknya event ini dapat digunakan sebagai momentum
untuk kembali mengingatkan orang-orang akan dampak Global Warming
. Di Bali sendiri kegiatan semacam ini sudah dilakukan sejak dulu. Melalui
Nyepi yang tahun ini jatuh pada tanggal 26 Maret kemarin, masyarakat Bali salah satunya diwajibkan untuk tidak menyalakan api Amati Geni yang dalam
kehidupan modern diwujudkan dalam bentuk tidak menyalakan lampu. Hasilnya, pada Nyepi tahun lalu PT PLN mencatat penghematan bahan bakar solar untuk
pembangkit listrik sebanyak 3 miliar rupiah
Tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam kampanye
Global Warming. Salah satunya adalah karakteristik dari target kampanye.
Karena beda target tentu saja pendekatan berbeda. Apakah targetnya sekitar kalangan mahasiswa yang homogen ataukah masyarakat umum yang heterogen.
Pertimbangan yang tak kalah pentingnya adalah menetapkan masalahnya ada di mana. Dalam penelitian kesehatan, ada 3 hal yang sering dijadikan patokan yaitu:
Pemahaman, Sikap dan Perilaku.
Apakah pemahaman tentang Global Warming yang kurang, sikapnya yang tidak setuju, atau perilakunya yang tidak sesuai? Memang untuk menggambarkan
adanya kecenderungan atau keterkaitan dari ketiga hal tersebut perlu dilakukan suatu survey atau penelitian lebih lanjut. Karena bisa jadi pemahaman yang cukup
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat merubah sikap, apalagi perilakunya. Namun ada kalanya kita melihat orang dengan perilaku yang mencerminkan peduli pemanasan global namun tanpa
mengetahui apa itu pemanasan global. Lalu kita mulai dari mana? Keterbatasan akan kurangnya penelitian
mengenai pemahaman, sikap dan perilaku masyarakat terhadap Global Warming bukanlah alasan untuk tidak mengkampanyekan Global Warming. Kita bisa
memulainya dengan menekankan pada aspek “Pemahaman” ditambah sedikit latihan untuk merubah sikap.
Disini peneliti tertarik menjadikan mahasiswa USU sebagai responden oleh karena usia responden yang masih dikategorikan remaja dan kawula muda
dan juga memiliki kepedulian dengan aspek sosial yang terjadi di masyarakat. Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana
pemahaman para mahasiswa USU terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi.
I.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah pemahaman mahasiswa USU terhadap iklan kampanye Earth
Hour di televisi?” I.3
Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dan mempersempit ruang lingkup permasalahan,
sehingga tidak mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan
hubungan dan menguji hipotesis. 2.
Penelitian terbatas untuk mengetahui pemahaman para mahasiswa terhadap iklan kampanye Earth Hour di televisi.
3. Objek penelitian ini adalah mahasiswa Reguler S-1 Universitas Sumatera
Utara angkatan 2007-2009 dan masih aktif kuliah.
Universitas Sumatera Utara
4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2010 dan di stasiun televisi
RCTI.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian