personil di lingkungan Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara yang menyatakan bahwa dalam setiap pengungkapan perkara terutama penangkapan
tersangka, mutlak diperlukan kerjasama individu yang tergabung dalam tim yang disebut unit atau sub unit.
IV.2.3. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah komunikasi antar personil di dalam tim kerja berpengaruh terhadap penyelesaian konflik internal.
Analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b X + e Untuk menguji pengaruh variabel komunikasi antar personil di dalam tim
kerja X terhadap penyelesaian konflik internal Y digunakan uji Statistik t uji t. Apabila nilai t
hitung
nilai t
tabel
, maka H ditolak dan H
a
diterima. Sebaliknya apabila nilai t
hitung
nilai t
tabel
, maka H diterima dan H
a
ditolak. Hasil pengujian hipotesis kedua dapat dilihat pada Tabel IV.11 berikut ini.
Tabel IV.11. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 Constant
6.823 1.929
3.537 .001
Komunikasi antar personil di dalam tim kerja X
.542 .121
.481 4.493
.000
a Dependent Variable: Penyelesaian konflik internal
Sumber: Hasil Penelitian, 2010 Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel IV.11 di atas, maka persamaan regresi linear sederhana dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 6,823 + 0,542 X + e
Hasil pengujian hipotesis kedua diperlihatkan pada Tabel IV.11 di atas diperoleh nilai t
hitung
dari variabel komunikasi antar personil di dalam tim kerja X. Nilai t
hitung
dari variabel komunikasi antar personil di dalam tim kerja X dibandingkan dengan nilai t
tabel
dengan menggunakan tingkat kepercayaan confidence interval 95 atau รก = 0,05 0,052 = 0,025, maka diperoleh nilai t
tabel
sebesar 1,960. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel komunikasi
antar personil di dalam tim kerja X memiliki nilai t
hitung
4,493 nilai t
tabel
1,960, maka keputusannya adalah menerima H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel
variabel komunikasi antar personil di dalam tim kerja X berpengaruh signifikan significant terhadap penyelesaian konflik internal Y.
Kemampuan variabel komunikasi antar personil di dalam tim kerja X menjelaskan pengaruhnya terhadap penyelesaian konflik internal Y ditunjukkan
pada Tabel IV.2 di bawah ini.
Tabel IV.12 Nilai Koefisien Determinasi R
2
Hipotesis Kedua
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .781a
.610 .602
1.55591
a Predictors: Constant, komunikasi antar personil di dalam tim kerja
Sumber: Hasil Penelitian, 2010 Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
Tabel IV.12 di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,610 atau 61. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen, yaitu komunikasi antar personil di dalam tim kerja X menjelaskan pengaruhnya terhadap
penyelesaian konflik internal Y sebesar 61. Sedangkan sisanya sebesar 39 merupakan variabel yang tidak diteliti.
Dengan demikian jelas tergambar bahwa komunikasi antar personil merupakan faktor yang sangat penting dalam menjaga kekompakan sebuah tim kerja
terutama dalam sebuah kondisi pekerjaan yang masih-masing personilnya bekerja di bawah tekanan. Kondisi ini sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara yang
dilakukan terhadap beberapa personil Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara yang terlibat langsung dalam menangani unjuk rasa anarkhis pembentukan
Provinsi Tapanuli yang menyatakan bahwa kekompakan di dalam tim kerja ada kaitannya dengan peranan ketua tim dalam menyikapi berbagai permasalahan yang
terjadi didalam tim kerja terutama dengan seringnya melakukan koordinasi dan musyawarah dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
IV.2.4. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga